All Chapters of Anakku Jadi Saksi Perselingkuhan Suamiku sama Sahabatku: Chapter 1 - Chapter 9

9 Chapters

Bab 1

Di malam perayaan pernikahanku yang kelima dengan Lionel, dia meniduri sahabatku, Regina, di ranjang kami.Terdengar suara anak-anak melalui kamera."Tante Regina, aku akan menjaga pintu. Aku nggak akan membiarkan ibuku masuk!"Regina menghadiahi Lionel sebuah ciuman. "Putramu pintar. Kamu nggak pertimbangkan untuk punya anak lagi dengan Ivana?"Lionel menutupi wajahnya dengan bantal.Dia berkata, "Aku mual melihat bekas luka di perutnya."...Di hari perceraianku dengan Lionel, hujan hampir turun saat kami berdua berjalan keluar dari kantor sipil."Ivana." Lionel membuka pintu mobil untukku. "Aku antar kamu pulang."Sebelum aku menjawab, putraku, Deon, telah mengeluarkan ponsel dan jam tanganku melalui jendela belakang."Ayah, Tante Regina bilang dia akan buatkan iga asam manis buatku malam ini. Dia sudah beli bahan makanan dan menunggu di rumah kita."Lionel memandang Deon. Kemudian, mengerutkan kening. "Masuklah ke dalam."Deon memutar bola matanya ke arahku. Dia masuk ke dalam mobi
Read more

Bab 2

Regina menatapku, lalu memandang Deon sambil tersenyum."Ibumu sudah pulang, jadi Tante harus pergi."Deon duduk di lantai sambil menangis. "Suruh dia pergi. Aku mau Tante Regina tetap di sini. Aku ingin Tante Regina menjadi ibuku!"Walau Deon baru berusia empat tahun, yang mana perkataannya tidak boleh terlalu dianggap serius, tetapi mendengarnya mengucapkan kata-kata seperti itu, hatiku terasa pedih sekali.Regina menepuk pundakku. "Anak-anak memang seperti ini. Jangan terlalu dipikirkan."Lionel yang berdiri di samping langsung mengangkat tubuh Deon dari lantai. Nada bicaranya sedingin es."Kalau kamu masih bilang begitu, kamu akan dihukum berdiri di luar selama satu jam."Kata-kata Lionel cukup ampuh juga. Deon tidak berani merengek dan berguling-guling di lantai lagi.Satu-satunya suara yang tersisa di ruang tamu hanyalah isak tangisnya Deon.Aku memandang pemandangan konyol yang menutupi kedamaian di depanku. Tiba-tiba aku merasa diriku bodoh sekali karena telah ditipu oleh dua o
Read more

Bab 3

Malam harinya, Alisia mengetuk pintu kamarku sambil memegang bantal. Dia bertanya, apa dia boleh tidur bersamaku.Saat mengendongnya ke atas ranjang, aku merasa tubuhnya gemetar."Ada apa?"Alisia membuka sedikit celah dari selimutnya dan berkata, "Aku nonton film yang kamu sebut barusan. Aku agak takut."Aku tertegun sejenak. Saat menyadari apa yang terjadi, aku langsung tertawa terbahak-bahak.Alisia menarik selimut menutupi wajahnya."Jangan tertawa, Bu."Sejak hari itu, dia sering memanggilku 'ibu'.Tidak terasa, kini sudah waktunya Alisia masuk bangku Sekolah Dasar.Hari itu, aku menerima telepon dari guru, yang mengatakan Alisia sedang berkelahi dengan orang lain.Dalam perjalanan ke sekolah, aku memikirkan banyak kemungkinan, tetapi aku masih belum menemukan jawabannya.Alisia merupakan anak yang sangat dewasa, bahkan sebelum waktunya. Apalagi, kemampuannya dalam mengendalikan emosi sudah melampaui usianya.Setelah tinggal bersamanya, hanya kejadian film horor yang membuatnya em
Read more

Bab 4

Aku menghela napas. Tidak ada hubungannya dengan itu.Aku dulu mencintai mereka dan bersedia melakukan semua hal itu untuk mereka. Sekarang aku tidak mencintai mereka lagi, jadi aku tidak peduli apa mereka bersedia melakukannya untukku.Saat melihat Lionel, pria itu masih sibuk berbicara di telepon. Dia memijat-mijat keningnya dengan ujung jarinya. Pria itu kelihatannya sangat lelah.Dulu, aku pasti akan menunggunya menyelesaikan pekerjaannya dulu, barulah aku akan berbicara dengannya.Namun sekarang, aku teringat Alisia masih sendirian di rumah. Anak itu pasti sudah kelaparan.Lantaran hatiku punya kekhawatiran, aku tidak peduli begitu banyak lagi."Pak Lionel."Aku berdiri di depan Lionel dan menunjukkan senyuman sopan.Dia tertegun. Setelah menyampaikan beberapa patah kata kepada orang di seberang sana, dia pun menutup telepon."Kenapa bisa kamu?""Hmm?" Aku mengangkat bahu. "Bukankah wajar aku kembali ke kampung halaman setelah bercerai?""Sebaliknya, mengapa membiarkan Deon belaja
Read more

Bab 5

Saat aku bersiap pergi, terdengar suara Lionel."Pertimbangkanlah baik-baik. Anak seusia Deon nggak akan bisa hidup tanpa ibunya. Selain itu .... " Dia menatapku tajam, seolah-olah sedang mencari kelemahanku. "Kamu nggak tega meninggalkan Deon, 'kan?"Aku memikirkan hal itu dengan serius. Namun, yang muncul di benakku semuanya hanya ingatan yang berhubungan dengan Alisia.Anak itu paling suka tomat dan kentang. Dia tidak terlalu pilih-pilih makanan. Satu-satunya yang tidak dia makan hanyalah jahe. Namun tidak masalah, karena aku juga tidak suka.Alisia suka warna biru. Sebenarnya, dia lebih suka memakai rok daripada celana pendek, tetapi anak itu terlalu gengsi untuk mengakuinya.Saat hal-hal kecil ini bermunculan, bayangan Deon juga telah memudar.Aku mengangkat kepalaku sambil memperlihatkan senyuman alami. "Terima kasih sudah mengingatkanku. Aku harus pulang. Putriku masih belum makan."Kemudian, diikuti tatapan tidak percaya dari Lionel, aku membuka pintu, masuk ke dalam mobil, dan
Read more

Bab 6

Aku menghela napas dan bertanya pada Alisia, "Apa kamu ingin makan malam bersama mereka?"Alisia melirik Deon, yang hampir menangis, kemudian berkata dengan cuek, "Aku ikuti perkataan Ibu saja."Deon duduk di kursi mobil depan. Dia tampak sangat gembira dan terus-menerus menoleh ke belakang untuk melihatku.Saat aku berbicara dengan Alisia, dia akan cemberut, tetapi dia tidak akan berbaring di lantai sambil merengek seperti dulu lagi.Kini Deon jauh lebih pengertian daripada sebelumnya, tetapi aku dulu juga tidak membencinya karena sifat kekanak-kanakannya ini. Sama halnya dengan sekarang. Aku juga tidak akan menyukainya hanya karena dia berubah lebih pengertian.Dalam beberapa hari terakhir ini, Lionel sibuk dengan pekerjaannya dan bolak-balik dari Hodam ke Brumen. Meski Deon punya pelayan di rumah yang menjaganya, dia sering berlari ke tokoku sendirian sepulang sekolah. Kemudian, duduk di meja makan sambil mengerjakan tugas sekolah, bahkan sampai toko tutup.Lionel juga tidak menjela
Read more

Bab 7

Setelah kejadian itu, sekolah juga hampir memasuki liburan akhir semester.Lionel sudah lama tidak muncul di depanku. Deon juga sudah lama tidak mengunjungi toko mi-ku.Aku mengira drama ayah anak itu telah berakhir. Alisia dan aku akhirnya bisa kembali hidup damai.Namun di saat aku pulang membawa sekantong udang hari ini, aku tidak menemukan sosok Alisia.Aku berusaha menenangkan diri. Kemudian, mengeluarkan ponsel dan menelepon guru Alisia serta toko buku yang sering dia kunjungi.Namun, mereka bilang tidak bertemu dengan Alisia.Aku sangat cemas sampai berlari keluar untuk melapor polisi.Di koridor, aku berpapasan dengan Tante Adel, tetangga seberang kami, yang menenteng keranjang sayur. Melihat aku panik hingga berkeringat, dia pun bertanya kepadaku, apa yang telah terjadi.Begitu mendengar Alisia hilang, Tante Adel bahkan lebih panik daripada aku."Ivana, Tante nggak pantas bilang begini, tapi apa mungkin pria kaya yang mengejarmu itu yang membawa Alisia pergi?"Aku tertegun. "A
Read more

Bab 8

Aku berpura-pura tidak tahu apa yang dia pikirkan dan bertanya, "Kenapa? Apa dia pernah melihat orang duduk di kursi mobil ini? Regina?"Lionel membuang muka karena malu. "Ivana, aku memang melakukan kesalahan, tapi kenapa kamu nggak memberiku kesempatan sama sekali?""Aku banyak merenung dalam dua tahun terakhir ini. Deon juga nggak keras kepala seperti dulu lagi. Jadi ....""Jadi setelah dua tahun, Regina masih mengejar dari Brumen ke Hodam dengan membawa kue untuk merayakan ulang tahun Deon? Apa itu semua hanya perasaan sepihaknya saja?"Lionel tersedak. Jakunnya bergerak."Setelah kejadian itu, dia hamil.""Tapi aku menyuruhnya aborsi."Mataku terbelalak. Mendadak ada perasaan mual menyelimutiku. Untuk pertama kalinya, aku merasa Lionel tidak pantas aku cintai selama sembilan tahun ini."Jadi, kenapa kamu memberitahuku hal ini? Apa kamu ingin mengingatkanku akan rasa sakit yang aku derita hari itu?""Atau kamu ingin memanfaatkan penderitaan wanita lain untuk membuatku merasa lebih
Read more

Bab 9

Sebelum berangkat, Deon melihat dari jendela mobil. Dia tidak menangis ataupun rewel, tetapi hanya bertanya kepadaku dengan mata memerah."Bu, kalau aku merindukanmu, bolehkah aku meneleponmu? Kalau Ibu merasa terganggu, aku akan meneleponmu sebulan sekali."Aku khawatir dengan anak ini, jadi aku pun mengangguk.Ayah Lionel mungkin sedang menerima karma buruknya. Sampai sekarang, dia hanya memiliki Deon, sebagai cucu satu-satunya.Saat kembali kali ini, Deon juga akan dilatih sebagai pewaris masa depan Keluarga Sebastian.Akan lebih baik meninggalkan Deon di kediaman Sebastian daripada mengikutiku.Mobil melaju makin jauh. Terakhir, bercampur dengan arus lalu lintas dan tidak kelihatan lagi.Alisia mengangkat kepalanya. "Bu, Deon menghancurkan Lego-nya sendiri. Aku melihatnya."Aku tertegun sejenak, lalu tersenyum lega."Anak ini lebih pintar dari ayahnya.""Mungkin karena mewarisi gen-ku."Alisia mengerutkan bibirnya tak berdaya. "Kita makan apa malam ini?""Mi instan.""Ya ampun!"Ek
Read more
DMCA.com Protection Status