Mobil Bima berhenti tepat di depan rumah kontrakan Nasya. Ia turun dengan kantong buah di tangan, menatap rumah sederhana itu sambil menarik napas. “Semoga aja orangtua Nasya suka,” batinnya, sambil melangkah ke arah pintu rumah. Bima pun segera mengetuk pintunya. “Assalamualaikum.”Tak lama kemudian, Harun dan Ranti buru-buru membuka pintu. Keduanya tampak kaget, seperti tidak menyangka Bima kembali datang.“Waalaikumsalam. Nak Bima, ya ampun, pagi-pagi udah ke sini,” kata Harun sambil tersenyum lebar, agak canggung.“Saya ada perlu sama Nasya, Om. Nasyanya ada kan?” jawab Bima sambil melirik ke dalam rumah.“Oh, ada kok. Masih ngumpet di kamar kayaknya,” sahut Harun cepat, “Ayo masuk, masuk dulu.”Bima mengulurkan kantong buah yang ia bawa. Harun menatapnya dengan sedikit bingung. “Wah, repot-repot bawa buah segala, Nak Bima.”Bima tersenyum sopan. “Nggak repot kok, Om.”Ranti yang sejak tadi berdiri di samping Harun, buru-buru menambahkan dengan tawa kecil, “Aduh, jadi nggak enak,
Read more