Home / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Takdir Di Bawah Langit Naga: Chapter 151 - Chapter 160

237 Chapters

Bab 151: Malam yang Tenang dan Pagi yang Kelam

Sebelumnya."Lihat itu, bintang jatuh...!" seru Xiao Feng sambil menunjuk langit malam yang diterangi sinar bintang. Sebuah bintang melesat cepat melintasi cakrawala, meninggalkan jejak cahaya yang samar. Suasana di bukit kecil itu menjadi hening, hanya suara angin malam yang menemani mereka."Cepat buat permohonan," lanjut Xiao Feng dengan nada lembut. "Konon, bintang jatuh dapat mengabulkan permintaan kita."Ia terdiam sejenak, menundukkan kepala seperti tengah merenung. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka mulut, "Kedamaian... hanya itu yang kuinginkan."Xiao Feng kemudian menoleh ke Bai Ling yang duduk di sebelahnya. "Dan kau, Bai’er? Apa yang kau minta?"Bai Ling tidak langsung menjawab. Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi merah muda. Ia menundukkan kepala sambil tersenyum kecil, lalu berkata, "Kau akan mengetahuinya nanti."Xiao Feng tersenyum tipis mendengar jawaban itu, tetapi ia tidak bertanya lebih lanjut. Mereka berdua terdiam, menikmati suasana malam y
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 152: Perpisahan dan Janji yang Tersimpan

Matahari pagi menyinari perkemahan yang mulai sepi. Setelah peperangan panjang, para pejuang mulai kembali ke tempat asal mereka masing-masing. Lian Yue bersama pasukan Bulan Perak bersiap untuk kembali ke markas besar mereka, tetapi sebelum ia menaiki kudanya, suara Xiao Feng menghentikannya."Lian Yue, tunggu."Ia menoleh, melihat Xiao Feng yang datang mendekat sambil membawa Pedang Pembalik Surga di tangannya. Pedang itu berkilauan dalam cahaya pagi, memancarkan aura keagungan yang tidak pernah pudar."Aku ingin mengembalikannya," ujar Xiao Feng dengan nada serius. "Pedang ini adalah milikmu, dan aku tidak bisa terus membawanya."Lian Yue menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, Xiao Feng. Pedang ini telah memilihmu. Sejak pertama kali kau menggunakannya, aku tahu kau adalah pemilik yang sebenarnya. Aku tidak bisa menerimanya kembali."Xiao Feng terdiam, tatapannya tertuju pada pedang itu. Ia tahu ada kebenaran dalam kata-kata Lian Yue, tetapi hatinya merasa berat menerima hadiah sebes
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 153: Perjalanan dan Janji yang Tersimpan

Setelah perpisahan dengan Lian Yue dan pasukan Bulan Perak, Xiao Feng dan Li Mei melanjutkan perjalanan menuju markas Anggrek Hitam. Jalan setapak yang mereka lewati dikelilingi oleh hamparan bukit hijau dan gemerisik daun dari pepohonan tua. Suasana terasa damai, tetapi perasaan dalam hati mereka jauh dari kata tenang.Li Mei memecah keheningan. "Xiao Feng, setelah ini... apa kau benar-benar akan pergi bersama Bai Ling?"Xiao Feng menoleh ke arahnya, menatap Li Mei dengan lembut. "Ya, kami sudah membuat janji. Setelah semua ini selesai, kami akan menjadi pengembara. Aku merasa ini jalan terbaik untuk menemukan siapa diriku sebenarnya, tanpa perang atau dendam yang membebani."Li Mei menundukkan kepalanya, senyumnya terasa pahit. "Aku mengerti. Bai Ling adalah pilihan yang tepat untukmu." Keluhnya dengan air mata yang mulai menggenang.Xiao Feng tertawa kecil. "Pilihan yang tepat? Kau berbicara seolah aku sedang memilih barang di pasar." Timpalnya, berusaha memecah perasaan Li Mei yan
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 154: Pertemuan dengan Prajurit Abadi

Xiao Feng dan Bai Ling berjalan menyusuri hutan yang rimbun, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang menjulang seperti penjaga setia hutan. Mereka mencari buah-buahan untuk mengisi perut yang mulai kosong. Langkah mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam hutan hingga akhirnya sebuah desa kecil yang tampak sunyi muncul di depan mata."Aneh, tempat ini terlihat seperti ditinggalkan," ujar Bai Ling sambil memandang sekeliling. Rumah-rumah tampak utuh, tetapi tidak ada tanda kehidupan."Tetap waspada," balas Xiao Feng. "Mungkin ada sesuatu yang tidak beres di sini."Mereka menyusuri desa, memeriksa setiap rumah, tetapi tidak menemukan siapa pun. Ketika mereka hampir menyerah, terdengar suara 'tak, tak, tak' seperti pohon yang sedang ditebang dari arah hutan di sisi desa."Seseorang ada di sana," ucap Xiao Feng sambil menunjuk arah suara."Kita harus berhati-hati," Bai Ling mengingatkan.Di tengah hutan, mereka melihat seorang pria tua dengan tubuh kurus kering seperti mayat hidup. Ia berd
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 155: Pertemuan di Kota Xiaohe

Xiao Feng dan Bai Ling memulai perjalanan mereka ke sebuah gunung yang menjulang di kejauhan. Udara dingin mengiringi langkah mereka, tetapi keindahan alam membuat rasa lelah mereka berkurang."Gunung ini cukup tinggi," ujar Bai Ling sambil memandang ke atas, tangan kirinya memegang kipas esnya yang sesekali ia gunakan untuk menyejukkan tubuh. "Apa kau yakin kita harus mendakinya?""Dari puncak, kita bisa melihat lebih jauh," jawab Xiao Feng sambil tersenyum kecil. "Mungkin ada petunjuk tentang tempat yang menarik untuk dikunjungi."Setelah mendaki selama beberapa jam, mereka akhirnya tiba di puncak. Dari sana, mereka melihat pemandangan yang luar biasa: lembah hijau yang membentang luas, dan di kejauhan terlihat sebuah kota kecil dengan atap-atap berwarna merah bata yang tampak jarang dikunjungi orang."Kota itu tampak menarik," kata Bai Ling sambil menunjuk ke arah kota. "Sepertinya tenang, cocok untuk beristirahat.""Kita ke sana," sahut Xiao Feng. "Siapa tahu, kita bisa menemukan s
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 156: Perpisahan di Kota Xiaohe

Malam di kota Xiaohe berlalu dengan tenang. Setelah saling mengucapkan selamat malam, Xiao Feng dan Bai Ling terlelap di kamar penginapan kecil yang hangat."Aku mencintaimu," bisik Bai Ling perlahan, terlalu pelan untuk didengar Xiao Feng, sebelum matanya terpejam dalam damai.Waktu berjalan dengan cepat. Keesokan harinya, matahari baru saja terbit ketika Xiao Feng dan Bai Ling bersiap meninggalkan kota itu."Kita harus berpamitan pada Mei Lan sebelum pergi," ujar Bai Ling sambil merapikan tasnya."Tentu. Aku ingin memastikan dia dan keluarganya baik-baik saja," jawab Xiao Feng.Mereka lantas berjalan menyusuri jalan kecil menuju rumah Mei Lan. Namun, suasana yang mereka temui berbeda dari hari sebelumnya. Di depan rumah sederhana itu, beberapa pria berbadan besar tampak berdiri mengelilingi Mei Lan, yang berjongkok sambil memeluk keranjang dagangannya. Wajah bocah itu tampak takut, tetapi matanya tetap memancarkan keberanian yang tak biasa."Kami tidak punya uang lebih!" teriak Mei
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 157: Perjalanan Menuju Chang'an

Xiao Feng dan Bai Ling melangkah perlahan menyusuri jalan tanah yang penuh debu. Langit siang itu cerah, tetapi suasana hati mereka menjadi gelap ketika melihat seorang wanita paruh baya duduk di pinggir jalan, menangis di samping tubuh suaminya yang tak bernyawa. Tubuh lelaki itu penuh luka, menunjukkan perlawanan sengit sebelum akhirnya kalah."Tolong... bantu aku," isak wanita itu dengan suara serak, matanya penuh harap meskipun wajahnya basah oleh air mata.Xiao Feng menghampiri, sementara Bai Ling berdiri tak jauh di belakangnya. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya lembut.Wanita itu mengusap air matanya, mencoba berbicara dengan jelas meskipun suaranya gemetar. "Kami... kami diserang oleh bandit. Mereka mengambil semua harta kami... dan membawa putri kami. Dia masih begitu muda...""Ke mana mereka pergi?" tanya Bai Ling dengan nada serius.Wanita itu menunjuk ke arah barat. "Mereka mengatakan akan menjual anakku sebagai budak di Chang'an. Aku memohon... aku mohon, selamatkan di
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 158: Turnamen Chang’an dan Pencarian yang Terpecah

Keramaian Chang’an membuat langkah Xiao Feng dan Bai Ling terasa lambat. Jalan-jalan besar dipenuhi pedagang, pengemis, serta wajah-wajah mencurigakan yang terus bergerak."Kita harus berhati-hati," ujar Xiao Feng sambil menoleh ke Bai Ling. "Kota ini penuh dengan mata-mata dan telinga. Jika kita menarik perhatian, kemungkinan besar musuh akan tahu kita ada di sini."Bai Ling mengangguk. "Kau benar, Feng'Ge. Kita perlu bergerak diam-diam. Tapi kita juga harus cepat. Anak itu tidak punya banyak waktu."Langkah mereka membawa mereka ke sebuah kedai kecil di sudut jalan utama. Bangunan itu terlihat usang, tetapi penuh dengan pengunjung. Suara tawa keras, suara gelas yang saling beradu, dan percakapan kasar memenuhi ruangan. Kedai itu tampak ramai dengan berbagai orang yang mencurigakan. Sebagian besar pria berbadan besar, wajah mereka kasar, dengan bekas luka yang menunjukkan mereka sudah lama hidup di dunia bawah.Xiao Feng dan Bai Ling memilih meja di sudut, mencoba menghindari perhati
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 159: Pertarungan Pertama di Arena

Kerumunan di arena bergemuruh saat nama Xiao Feng dipanggil. Langkahnya mantap saat ia memasuki arena, tatapan matanya tajam memandang ke depan, sementara tepuk tangan dan teriakan para penonton menyelimuti suasana. Di tengah arena, seorang pria bertubuh besar dengan otot yang mencolok sudah menunggunya. Dia memperkenalkan dirinya dengan suara menggelegar."Aku adalah Zhang Bao dari Wilayah Timur! Mereka menyebutku Macan Timur karena kekuatanku yang tak terkalahkan. Siapapun yang melawanku, akan kubuat berlutut dalam hitungan detik."Xiao Feng berhenti beberapa langkah dari Zhang Bao, memasang senyuman tipis. "Kau bicara besar. Tapi kata-kata tidak memenangkan pertarungan. Ayo, tunjukkan kekuatanmu, Macan Timur."Gong tanda dimulainya pertarungan berbunyi. Zhang Bao melangkah maju dengan cepat, tinjunya yang besar melesat ke arah Xiao Feng. Tapi Xiao Feng, tanpa ragu sedikit pun, hanya menggeser tubuhnya ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah."Apa itu seranganmu?" ejek Xia
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 160: Pertarungan Pemuda Tubuh Besi

Xiao Feng duduk di salah satu kursi di pinggiran arena, matanya tajam mengamati pertandingan yang sedang berlangsung. Suara gemuruh penonton bergema di seluruh arena, menciptakan suasana yang semakin intens. Di tengah arena, seorang pemuda bertubuh tegap dengan otot-otot yang terlihat jelas, berdiri tenang menghadapi lawannya. Namun, yang menarik perhatian Xiao Feng bukan hanya ketenangan pemuda itu, melainkan cara ia bertarung.Setiap pukulan dan tendangan lawan yang seharusnya menghancurkan tubuhnya, hanya menimbulkan suara "duk!" seperti menghantam batu. Tidak ada goresan, tidak ada luka. Tubuh pemuda itu tampak kebal terhadap serangan fisik. Xiao Feng menyipitkan mata, memusatkan perhatian pada gerakan pemuda itu."Teknik Tubuh Besi... Tapi itu pasti gaya milik Paman Guan Ping," gumamnya pelan. "Apa mungkin ada orang dari Kekaisaran Han di tempat ini?"Pemuda itu tampak tenang saat lawannya, seorang pendekar bertongkat, mengerahkan jurus-jurus terbaiknya. Tongkat kayu itu melesat
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status