Home / Pendekar / Takdir Di Bawah Langit Naga / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Takdir Di Bawah Langit Naga: Chapter 141 - Chapter 150

237 Chapters

Bab 141: Harapan dari Kekaisaran Han

Disisi lain, tepatnya ketika Xiao Chen melakukan perjalan panjang yang memakan waktu beberapa hari, ia dapat tiba disana dengan waktu cukup singkat dengan menggunakan jurus meringangkan tubuh tingkat tinggi yang ia miliki. Pada akhbirnya ia tiba di gerbang megah Kekaisaran Han setelah perjalanan panjang yang melelahkan. Tubuhnya mungkin lelah, tetapi tekadnya tetap kokoh seperti saat keberangkatan dirinya. Ia kemudian melangkah masuk, melewati penjagaan ketat menuju aula pertemuan, tempat Kaisar Han dan para penasehatnya sedang berkumpul.Kedatangannya ditempat tersebut disambut hangat oleh beberapa penjaga yang sudah mengenalnya, beberapa tetua ditempat itu juga merasakan kerinduan yang mendalam, setelah beberapa puluh tahun mereka tidak bertemu dengannya. Namun karena keterbatasan waktu, dirinya tidak ingin membuang waktu lebih lama, lalu menyampaikan niatnya untuk segera menemui kaisar Han.“Kedatanganku bukan sekadar permintaan pribadi,” kata Xiao Chen dengan suara tegas sembari
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 142: Kebangkitan Kegelapan

Di tengah gemuruh medan perang yang seolah berhenti sejenak, suara tawa lantang memecah keheningan. Dari atas tebing yang menghadap langsung ke medan pertempuran, berdiri seorang pria dengan aura kegelapan yang memancar seperti badai. Xue Yang, pemimpin tertinggi aliran sesat, melangkah maju dengan perlahan. Di tangannya, lima pecahan Kristal Kematian memancarkan cahaya gelap yang mencekam.“Hari ini akan menjadi akhir dari segala perlawanan kalian,” ujar Xue Yang dengan suara dingin, sembari mengangkat tangannya. Cahaya dari kristal itu mulai menyatu, membentuk satu kristal utuh yang melayang di atas telapak tangannya.Gao Yi berdiri di sisinya, mengenakan baju perang gelap dengan senyum tipis di wajahnya. “Lihatlah,” katanya pelan, tetapi cukup keras untuk didengar oleh para pendekar di bawah. “Kekuasaan yang tak tertandingi. Kekaisaran Thang sudah tiada artinya di hadapan kami.”Dari bawah, Xiao Feng mengepalkan tangan, amarah berkobar di dalam dadanya. “Mereka bahkan belum memulai
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 143: Medan Pertarungan Tak Berujung

Xiao Feng melesat dengan kecepatan penuh, pedang Pembalik Surga di tangannya memancarkan kilatan cahaya emas yang menyilaukan. Ia menerjang langsung ke arah Xue Yang, yang berdiri tegak dengan kristal hitam yang kini memancarkan aura kegelapan mencekam.“Terima ini, Xue Yang!” teriak Xiao Feng, ayunan pedangnya membelah udara, menciptakan gelombang energi yang menargetkan tubuh lawannya. Berniat menghabisi pria itu dengan satu kali serangan pedangnnya.Namun Xue Yang mengangkat satu tangan sebelum Xiao Feng berhasil mencapainya, ia menciptakan penghalang energi gelap yang menahan serangan itu. Tetapi kali ini, penghalangnya retak akibat serangan barusan, dan ia terdorong beberapa langkah ke belakang. Dengan tatapan dingin, ia berucap, “Kekuatanmu memang meningkat, tetapi itu belum cukup untuk mengalahkanku.”Sesaat kemudian Xue Yang menggerakkan kristalnya, dan dari dalamnya, bayangan-bayangan berbentuk naga keluar kembali, melesat dengan kecepatan tinggi menuju Xiao Feng.“Wsuhhh! Ws
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 144: Pertarungan Tanpa Akhir

Beberapa waktu lalu. Di tengah medan perang yang kacau, Xiao Feng berhadapan langsung dengan Xue Yang, sementara di sudut lain medan itu, pasukan kekaisaran Thang dan aliran sesat bertempur habis-habisan.“Dengan ini, semua akan berakhir,” ucap Xue Yang dingin, suaranya bergema seiring kristal kematian di tangannya yang bersinar semakin gelap, menciptakan pusaran energi yang mencekam.“Tidak, ini adalah awal dari akhir bagimu!” teriak Xiao Feng sambil melompat ke udara, pedang Pembalik Surga di tangannya memancarkan cahaya keemasan yang membelah kegelapan.Xue Yang memulai serangan, mengeluarkan makhluk bayangan raksasa dari kristal kematiannya. Makhluk itu melompat ke arah Xiao Feng dengan cakarnya yang besar, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang medan perang.Xiao Feng berputar di udara, menggunakan Langkah Naga Petir untuk menghindar. Suara “Wussshh!” terdengar saat ia bergerak secepat kilat, lalu menyerang balik dengan Pukulan Langit Bergetar, melepaskan gelombang energi y
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 145: Jalan Berliku Menuju Pertempuran

Di tempat lain, ketika medan perang di kekaisaran Thang sedang berkobar, alur waktu membawa kita ke perjalanan Lian Yue dan pasukannya.Setelah melewati hutan lebat dan medan yang penuh jebakan, pasukan kelompok Bulan Perak akhirnya tiba. Mereka telah menghadapi banyak rintangan selama perjalanan, termasuk serangan mendadak dari sisa-sisa pasukan aliran sesat yang mencoba melarikan diri, dari peperangan besar yang sedang terjadi. Dalam salah satu pertempuran, Bai Ling yang sempat bergabung dengan mereka menunjukkan kemampuan hebatnya dengan kipas es yang mematikan. Ia membekukan satu peleton musuh dalam sekejap dengan jurus Panah Es Berantai, membuat Lian Yue dan pasukannya bisa melanjutkan perjalanan tanpa banyak kehilangan waktu.Namun, di tengah perjalanan, Bai Ling memilih berpisah dari rombongan. “Aku harus kembali ke sisi Xiao Feng,” katanya tegas pada Lian Yue.“Hati-hati, Bai Ling. Jangan sampai kau terluka!” balas Lian Yue. Meski hatinya berat melepas Bai Ling, ia tahu pertem
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 146: Cemburu di Medan Perang

Lian Yue dan pasukannya tiba di garis depan seperti badai yang tidak dapat dihentikan. Pedang-pedang mereka menyambar dengan presisi, memotong barisan musuh yang mencoba melawan. Pasukan Bulan Perak dikenal karena strategi mereka yang terorganisir dan kemampuan tempur yang luar biasa, membuat gelombang pasukan aliran sesat mulai tercerai-berai.“Majulah tanpa ragu! Kekaisaran Thang tidak boleh jatuh!” suara Lian Yue menggema, memberikan semangat baru bagi pasukan kekaisaran yang hampir putus asa.Namun, di tengah kobaran semangat itu, Li Mei memiliki tujuan yang berbeda.Li Mei melintasi medan perang dengan ketenangan seorang pembunuh. Racun dari jurus Debu-Debu Intan melayang di udara, membuat musuh yang terlalu dekat ambruk seketika. Namun, matanya tetap fokus mencari satu orang: Xiao Feng.Saat melihat sekilas Bai Ling yang sedang bertarung di kejauhan, ia tidak dapat menahan perasaan cemburu yang mendidih di dalam dadanya. Bai Ling tampak lelah, tubuhnya nyaris ambruk, tetapi tetap
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 147: Di Tengah Api dan Racun

Kehadiran Li Mei dan pasukan Bulan Perak membawa dampak yang signifikan di medan perang saat ini. Hal itu terbukti ketika para prajurit aliran sesat, yang sebelumnya mendominasi, kini mulai terdesak. Jurus Debu-Debu Intan yang Li Mei gunakan menjadi mimpi buruk bagi musuh. Racunnya menyebar dengan presisi, membuat pasukan musuh lumpuh secara perlahan meski hanya terkena goresan kecil.Namun, keberadaan Li Mei di sisi Xiao Feng menciptakan situasi yang tidak kalah tegang di antara sekutu mereka. Bai Ling, yang melihat dari kejauhan, merasa darahnya mendidih. Matanya terpaku pada Li Mei yang bertarung seolah-olah ia adalah pelindung pribadi Xiao Feng. Dalam hati, Bai Ling bergumam penuh rasa cemburu:“Wanita itu… dia selalu mencari alasan untuk mendekatinya.”Bai Ling memutuskan untuk mendekati Xiao Feng, tetapi langkahnya terhenti oleh gelombang pasukan musuh yang terus berdatangan. Ia melompat ke udara, mengayunkan Kipas Esnya, membekukan puluhan musuh sekaligus. “Kalian tidak akan me
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 148: Raungan Akhir di Tengah Api

Saat ini, Xiao Feng berdiri dengan napas tersengal, tubuhnya basah oleh keringat dan darah. Pedang Pembalik Surga di tangannya berkilauan, memancarkan aura petir yang semakin intens. Xue Yang, meski sudah terlihat lelah, tetap berdiri tegap, tatapan matanya dipenuhi kebencian. Di sekeliling mereka, medan perang seolah membeku, hanya suara jeritan dan dentuman di kejauhan yang terdengar samar."Hahaha! Kau pikir pertarungan ini akan dimenangkan hanya karena kau berhasil membuatku mundur sedikit?" seru Xue Yang, menggenggam Kristal Kematian di tangannya. "Aku masih belum selesai!" ucapnya sembari menatap Xiao Feng dengan tatapan dingin.Xiao Feng mengusap darah dari sudut bibirnya, matanya menatap tajam ke arah musuhnya, Xue Yang masih terlihat baik-baik saja, meski telah melalui pertarungan panjang dengannya. Ia tahu pertarungan ini harus diakhiri sekarang, sebelum Xue Yang mendapatkan kesempatan untuk bangkit kembali."Xue Yang, kau akan merasakan kekuatan sejati dari Kristal Naga dan
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 149: Kekhawatiran yang Terpendam

Medan perang mulai mereda, meskipun asap masih mengepul dan aroma amis darah yang memenuhi udara. Pasukan kekaisaran Thang dan sekutunya kini fokus membersihkan sisa-sisa perlawanan dari pasukan sekte aliran sesat. Guan Ping, yang memimpin kelompoknya dengan disiplin, memastikan tidak ada musuh yang tersisa di area pertempuran utama.Sementara itu, Xiao Chen masih menebarkan aura mengerikan. Setiap ayunan pedangnya, meskipun terlihat santai, selalu berhasil menebas musuh yang mencoba melarikan diri. Ia tidak menunjukkan belas kasih, tetapi juga tidak menghabisi mereka yang sudah meletakkan senjata."Kalian cukup beruntung aku bukan orang yang sama seperti dulu," gumamnya dingin sambil menyeka darah dari pedangnya. Namun, beberapa musuh berhasil menyelinap ke dalam hutan, meninggalkan medan perang dalam keputusasaan.Di tengah medan perang yang hampir tenang, Li Mei memeluk Xiao Feng dengan erat, matanya yang lembut memancarkan rasa lega bercampur kekhawatiran."Jangan pernah melakukan
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 150: Malam Setelah Peperangan Usai

Langit malam perlahan menyelimuti medan perang yang kini dipenuhi tenda-tenda darurat. Nyala api unggun memberikan kehangatan, sementara aroma makanan sederhana menguar di udara, membawa sedikit kenyamanan bagi para prajurit yang kelelahan.Di dapur tenda, Li Mei, Lian Yue, dan Bai Ling tampak sibuk memasak. Meski biasanya mereka tidak pernah terlihat akur, malam itu rasa tanggung jawab mereka mengalahkan persaingan yang ada."Tambahkan lebih banyak garam," ujar Bai Ling sambil mencicipi sup sederhana di dalam panci besar.Li Mei memutar matanya sambil menambahkan segenggam garam. "Kalau terlalu asin, itu salahmu."Lian Yue, yang sedang mengiris sayuran, menghela napas panjang. "Bisa kalian berdua berhenti bertengkar sebentar? Pasukan sudah cukup menderita tanpa harus mendengar kalian."Meskipun ucapannya tegas, ada senyum tipis di wajahnya. Bagaimanapun, suasana ini sedikit lebih damai daripada tekanan pertempuran siang tadi.Setelah makanan siap, mereka mulai membagikan semangkuk su
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status