Lian Yue dan pasukannya tiba di garis depan seperti badai yang tidak dapat dihentikan. Pedang-pedang mereka menyambar dengan presisi, memotong barisan musuh yang mencoba melawan. Pasukan Bulan Perak dikenal karena strategi mereka yang terorganisir dan kemampuan tempur yang luar biasa, membuat gelombang pasukan aliran sesat mulai tercerai-berai.“Majulah tanpa ragu! Kekaisaran Thang tidak boleh jatuh!” suara Lian Yue menggema, memberikan semangat baru bagi pasukan kekaisaran yang hampir putus asa.Namun, di tengah kobaran semangat itu, Li Mei memiliki tujuan yang berbeda.Li Mei melintasi medan perang dengan ketenangan seorang pembunuh. Racun dari jurus Debu-Debu Intan melayang di udara, membuat musuh yang terlalu dekat ambruk seketika. Namun, matanya tetap fokus mencari satu orang: Xiao Feng.Saat melihat sekilas Bai Ling yang sedang bertarung di kejauhan, ia tidak dapat menahan perasaan cemburu yang mendidih di dalam dadanya. Bai Ling tampak lelah, tubuhnya nyaris ambruk, tetapi tetap
Kehadiran Li Mei dan pasukan Bulan Perak membawa dampak yang signifikan di medan perang saat ini. Hal itu terbukti ketika para prajurit aliran sesat, yang sebelumnya mendominasi, kini mulai terdesak. Jurus Debu-Debu Intan yang Li Mei gunakan menjadi mimpi buruk bagi musuh. Racunnya menyebar dengan presisi, membuat pasukan musuh lumpuh secara perlahan meski hanya terkena goresan kecil.Namun, keberadaan Li Mei di sisi Xiao Feng menciptakan situasi yang tidak kalah tegang di antara sekutu mereka. Bai Ling, yang melihat dari kejauhan, merasa darahnya mendidih. Matanya terpaku pada Li Mei yang bertarung seolah-olah ia adalah pelindung pribadi Xiao Feng. Dalam hati, Bai Ling bergumam penuh rasa cemburu:“Wanita itu… dia selalu mencari alasan untuk mendekatinya.”Bai Ling memutuskan untuk mendekati Xiao Feng, tetapi langkahnya terhenti oleh gelombang pasukan musuh yang terus berdatangan. Ia melompat ke udara, mengayunkan Kipas Esnya, membekukan puluhan musuh sekaligus. “Kalian tidak akan me
Saat ini, Xiao Feng berdiri dengan napas tersengal, tubuhnya basah oleh keringat dan darah. Pedang Pembalik Surga di tangannya berkilauan, memancarkan aura petir yang semakin intens. Xue Yang, meski sudah terlihat lelah, tetap berdiri tegap, tatapan matanya dipenuhi kebencian. Di sekeliling mereka, medan perang seolah membeku, hanya suara jeritan dan dentuman di kejauhan yang terdengar samar."Hahaha! Kau pikir pertarungan ini akan dimenangkan hanya karena kau berhasil membuatku mundur sedikit?" seru Xue Yang, menggenggam Kristal Kematian di tangannya. "Aku masih belum selesai!" ucapnya sembari menatap Xiao Feng dengan tatapan dingin.Xiao Feng mengusap darah dari sudut bibirnya, matanya menatap tajam ke arah musuhnya, Xue Yang masih terlihat baik-baik saja, meski telah melalui pertarungan panjang dengannya. Ia tahu pertarungan ini harus diakhiri sekarang, sebelum Xue Yang mendapatkan kesempatan untuk bangkit kembali."Xue Yang, kau akan merasakan kekuatan sejati dari Kristal Naga dan
Medan perang mulai mereda, meskipun asap masih mengepul dan aroma amis darah yang memenuhi udara. Pasukan kekaisaran Thang dan sekutunya kini fokus membersihkan sisa-sisa perlawanan dari pasukan sekte aliran sesat. Guan Ping, yang memimpin kelompoknya dengan disiplin, memastikan tidak ada musuh yang tersisa di area pertempuran utama.Sementara itu, Xiao Chen masih menebarkan aura mengerikan. Setiap ayunan pedangnya, meskipun terlihat santai, selalu berhasil menebas musuh yang mencoba melarikan diri. Ia tidak menunjukkan belas kasih, tetapi juga tidak menghabisi mereka yang sudah meletakkan senjata."Kalian cukup beruntung aku bukan orang yang sama seperti dulu," gumamnya dingin sambil menyeka darah dari pedangnya. Namun, beberapa musuh berhasil menyelinap ke dalam hutan, meninggalkan medan perang dalam keputusasaan.Di tengah medan perang yang hampir tenang, Li Mei memeluk Xiao Feng dengan erat, matanya yang lembut memancarkan rasa lega bercampur kekhawatiran."Jangan pernah melakukan
Langit malam perlahan menyelimuti medan perang yang kini dipenuhi tenda-tenda darurat. Nyala api unggun memberikan kehangatan, sementara aroma makanan sederhana menguar di udara, membawa sedikit kenyamanan bagi para prajurit yang kelelahan.Di dapur tenda, Li Mei, Lian Yue, dan Bai Ling tampak sibuk memasak. Meski biasanya mereka tidak pernah terlihat akur, malam itu rasa tanggung jawab mereka mengalahkan persaingan yang ada."Tambahkan lebih banyak garam," ujar Bai Ling sambil mencicipi sup sederhana di dalam panci besar.Li Mei memutar matanya sambil menambahkan segenggam garam. "Kalau terlalu asin, itu salahmu."Lian Yue, yang sedang mengiris sayuran, menghela napas panjang. "Bisa kalian berdua berhenti bertengkar sebentar? Pasukan sudah cukup menderita tanpa harus mendengar kalian."Meskipun ucapannya tegas, ada senyum tipis di wajahnya. Bagaimanapun, suasana ini sedikit lebih damai daripada tekanan pertempuran siang tadi.Setelah makanan siap, mereka mulai membagikan semangkuk su
Sebelumnya."Lihat itu, bintang jatuh...!" seru Xiao Feng sambil menunjuk langit malam yang diterangi sinar bintang. Sebuah bintang melesat cepat melintasi cakrawala, meninggalkan jejak cahaya yang samar. Suasana di bukit kecil itu menjadi hening, hanya suara angin malam yang menemani mereka."Cepat buat permohonan," lanjut Xiao Feng dengan nada lembut. "Konon, bintang jatuh dapat mengabulkan permintaan kita."Ia terdiam sejenak, menundukkan kepala seperti tengah merenung. Setelah beberapa saat, ia akhirnya membuka mulut, "Kedamaian... hanya itu yang kuinginkan."Xiao Feng kemudian menoleh ke Bai Ling yang duduk di sebelahnya. "Dan kau, Bai’er? Apa yang kau minta?"Bai Ling tidak langsung menjawab. Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi merah muda. Ia menundukkan kepala sambil tersenyum kecil, lalu berkata, "Kau akan mengetahuinya nanti."Xiao Feng tersenyum tipis mendengar jawaban itu, tetapi ia tidak bertanya lebih lanjut. Mereka berdua terdiam, menikmati suasana malam y
Matahari pagi menyinari perkemahan yang mulai sepi. Setelah peperangan panjang, para pejuang mulai kembali ke tempat asal mereka masing-masing. Lian Yue bersama pasukan Bulan Perak bersiap untuk kembali ke markas besar mereka, tetapi sebelum ia menaiki kudanya, suara Xiao Feng menghentikannya."Lian Yue, tunggu."Ia menoleh, melihat Xiao Feng yang datang mendekat sambil membawa Pedang Pembalik Surga di tangannya. Pedang itu berkilauan dalam cahaya pagi, memancarkan aura keagungan yang tidak pernah pudar."Aku ingin mengembalikannya," ujar Xiao Feng dengan nada serius. "Pedang ini adalah milikmu, dan aku tidak bisa terus membawanya."Lian Yue menggeleng sambil tersenyum. "Tidak, Xiao Feng. Pedang ini telah memilihmu. Sejak pertama kali kau menggunakannya, aku tahu kau adalah pemilik yang sebenarnya. Aku tidak bisa menerimanya kembali."Xiao Feng terdiam, tatapannya tertuju pada pedang itu. Ia tahu ada kebenaran dalam kata-kata Lian Yue, tetapi hatinya merasa berat menerima hadiah sebes
Setelah perpisahan dengan Lian Yue dan pasukan Bulan Perak, Xiao Feng dan Li Mei melanjutkan perjalanan menuju markas Anggrek Hitam. Jalan setapak yang mereka lewati dikelilingi oleh hamparan bukit hijau dan gemerisik daun dari pepohonan tua. Suasana terasa damai, tetapi perasaan dalam hati mereka jauh dari kata tenang.Li Mei memecah keheningan. "Xiao Feng, setelah ini... apa kau benar-benar akan pergi bersama Bai Ling?"Xiao Feng menoleh ke arahnya, menatap Li Mei dengan lembut. "Ya, kami sudah membuat janji. Setelah semua ini selesai, kami akan menjadi pengembara. Aku merasa ini jalan terbaik untuk menemukan siapa diriku sebenarnya, tanpa perang atau dendam yang membebani."Li Mei menundukkan kepalanya, senyumnya terasa pahit. "Aku mengerti. Bai Ling adalah pilihan yang tepat untukmu." Keluhnya dengan air mata yang mulai menggenang.Xiao Feng tertawa kecil. "Pilihan yang tepat? Kau berbicara seolah aku sedang memilih barang di pasar." Timpalnya, berusaha memecah perasaan Li Mei yan
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela