Xiao Feng dan Bai Ling berjalan menyusuri hutan yang rimbun, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang menjulang seperti penjaga setia hutan. Mereka mencari buah-buahan untuk mengisi perut yang mulai kosong. Langkah mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam hutan hingga akhirnya sebuah desa kecil yang tampak sunyi muncul di depan mata."Aneh, tempat ini terlihat seperti ditinggalkan," ujar Bai Ling sambil memandang sekeliling. Rumah-rumah tampak utuh, tetapi tidak ada tanda kehidupan."Tetap waspada," balas Xiao Feng. "Mungkin ada sesuatu yang tidak beres di sini."Mereka menyusuri desa, memeriksa setiap rumah, tetapi tidak menemukan siapa pun. Ketika mereka hampir menyerah, terdengar suara 'tak, tak, tak' seperti pohon yang sedang ditebang dari arah hutan di sisi desa."Seseorang ada di sana," ucap Xiao Feng sambil menunjuk arah suara."Kita harus berhati-hati," Bai Ling mengingatkan.Di tengah hutan, mereka melihat seorang pria tua dengan tubuh kurus kering seperti mayat hidup. Ia berd
Xiao Feng dan Bai Ling memulai perjalanan mereka ke sebuah gunung yang menjulang di kejauhan. Udara dingin mengiringi langkah mereka, tetapi keindahan alam membuat rasa lelah mereka berkurang."Gunung ini cukup tinggi," ujar Bai Ling sambil memandang ke atas, tangan kirinya memegang kipas esnya yang sesekali ia gunakan untuk menyejukkan tubuh. "Apa kau yakin kita harus mendakinya?""Dari puncak, kita bisa melihat lebih jauh," jawab Xiao Feng sambil tersenyum kecil. "Mungkin ada petunjuk tentang tempat yang menarik untuk dikunjungi."Setelah mendaki selama beberapa jam, mereka akhirnya tiba di puncak. Dari sana, mereka melihat pemandangan yang luar biasa: lembah hijau yang membentang luas, dan di kejauhan terlihat sebuah kota kecil dengan atap-atap berwarna merah bata yang tampak jarang dikunjungi orang."Kota itu tampak menarik," kata Bai Ling sambil menunjuk ke arah kota. "Sepertinya tenang, cocok untuk beristirahat.""Kita ke sana," sahut Xiao Feng. "Siapa tahu, kita bisa menemukan s
Malam di kota Xiaohe berlalu dengan tenang. Setelah saling mengucapkan selamat malam, Xiao Feng dan Bai Ling terlelap di kamar penginapan kecil yang hangat."Aku mencintaimu," bisik Bai Ling perlahan, terlalu pelan untuk didengar Xiao Feng, sebelum matanya terpejam dalam damai.Waktu berjalan dengan cepat. Keesokan harinya, matahari baru saja terbit ketika Xiao Feng dan Bai Ling bersiap meninggalkan kota itu."Kita harus berpamitan pada Mei Lan sebelum pergi," ujar Bai Ling sambil merapikan tasnya."Tentu. Aku ingin memastikan dia dan keluarganya baik-baik saja," jawab Xiao Feng.Mereka lantas berjalan menyusuri jalan kecil menuju rumah Mei Lan. Namun, suasana yang mereka temui berbeda dari hari sebelumnya. Di depan rumah sederhana itu, beberapa pria berbadan besar tampak berdiri mengelilingi Mei Lan, yang berjongkok sambil memeluk keranjang dagangannya. Wajah bocah itu tampak takut, tetapi matanya tetap memancarkan keberanian yang tak biasa."Kami tidak punya uang lebih!" teriak Mei
Xiao Feng dan Bai Ling melangkah perlahan menyusuri jalan tanah yang penuh debu. Langit siang itu cerah, tetapi suasana hati mereka menjadi gelap ketika melihat seorang wanita paruh baya duduk di pinggir jalan, menangis di samping tubuh suaminya yang tak bernyawa. Tubuh lelaki itu penuh luka, menunjukkan perlawanan sengit sebelum akhirnya kalah."Tolong... bantu aku," isak wanita itu dengan suara serak, matanya penuh harap meskipun wajahnya basah oleh air mata.Xiao Feng menghampiri, sementara Bai Ling berdiri tak jauh di belakangnya. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya lembut.Wanita itu mengusap air matanya, mencoba berbicara dengan jelas meskipun suaranya gemetar. "Kami... kami diserang oleh bandit. Mereka mengambil semua harta kami... dan membawa putri kami. Dia masih begitu muda...""Ke mana mereka pergi?" tanya Bai Ling dengan nada serius.Wanita itu menunjuk ke arah barat. "Mereka mengatakan akan menjual anakku sebagai budak di Chang'an. Aku memohon... aku mohon, selamatkan di
Keramaian Chang’an membuat langkah Xiao Feng dan Bai Ling terasa lambat. Jalan-jalan besar dipenuhi pedagang, pengemis, serta wajah-wajah mencurigakan yang terus bergerak."Kita harus berhati-hati," ujar Xiao Feng sambil menoleh ke Bai Ling. "Kota ini penuh dengan mata-mata dan telinga. Jika kita menarik perhatian, kemungkinan besar musuh akan tahu kita ada di sini."Bai Ling mengangguk. "Kau benar, Feng'Ge. Kita perlu bergerak diam-diam. Tapi kita juga harus cepat. Anak itu tidak punya banyak waktu."Langkah mereka membawa mereka ke sebuah kedai kecil di sudut jalan utama. Bangunan itu terlihat usang, tetapi penuh dengan pengunjung. Suara tawa keras, suara gelas yang saling beradu, dan percakapan kasar memenuhi ruangan. Kedai itu tampak ramai dengan berbagai orang yang mencurigakan. Sebagian besar pria berbadan besar, wajah mereka kasar, dengan bekas luka yang menunjukkan mereka sudah lama hidup di dunia bawah.Xiao Feng dan Bai Ling memilih meja di sudut, mencoba menghindari perhati
Kerumunan di arena bergemuruh saat nama Xiao Feng dipanggil. Langkahnya mantap saat ia memasuki arena, tatapan matanya tajam memandang ke depan, sementara tepuk tangan dan teriakan para penonton menyelimuti suasana. Di tengah arena, seorang pria bertubuh besar dengan otot yang mencolok sudah menunggunya. Dia memperkenalkan dirinya dengan suara menggelegar."Aku adalah Zhang Bao dari Wilayah Timur! Mereka menyebutku Macan Timur karena kekuatanku yang tak terkalahkan. Siapapun yang melawanku, akan kubuat berlutut dalam hitungan detik."Xiao Feng berhenti beberapa langkah dari Zhang Bao, memasang senyuman tipis. "Kau bicara besar. Tapi kata-kata tidak memenangkan pertarungan. Ayo, tunjukkan kekuatanmu, Macan Timur."Gong tanda dimulainya pertarungan berbunyi. Zhang Bao melangkah maju dengan cepat, tinjunya yang besar melesat ke arah Xiao Feng. Tapi Xiao Feng, tanpa ragu sedikit pun, hanya menggeser tubuhnya ke samping, menghindari serangan itu dengan mudah."Apa itu seranganmu?" ejek Xia
Xiao Feng duduk di salah satu kursi di pinggiran arena, matanya tajam mengamati pertandingan yang sedang berlangsung. Suara gemuruh penonton bergema di seluruh arena, menciptakan suasana yang semakin intens. Di tengah arena, seorang pemuda bertubuh tegap dengan otot-otot yang terlihat jelas, berdiri tenang menghadapi lawannya. Namun, yang menarik perhatian Xiao Feng bukan hanya ketenangan pemuda itu, melainkan cara ia bertarung.Setiap pukulan dan tendangan lawan yang seharusnya menghancurkan tubuhnya, hanya menimbulkan suara "duk!" seperti menghantam batu. Tidak ada goresan, tidak ada luka. Tubuh pemuda itu tampak kebal terhadap serangan fisik. Xiao Feng menyipitkan mata, memusatkan perhatian pada gerakan pemuda itu."Teknik Tubuh Besi... Tapi itu pasti gaya milik Paman Guan Ping," gumamnya pelan. "Apa mungkin ada orang dari Kekaisaran Han di tempat ini?"Pemuda itu tampak tenang saat lawannya, seorang pendekar bertongkat, mengerahkan jurus-jurus terbaiknya. Tongkat kayu itu melesat
Pagi itu, matahari baru saja menyembul dari balik cakrawala ketika keramaian sudah kembali memenuhi arena Chang’an. Penonton berbondong-bondong menuju tempat pertandingan, bersemangat menyaksikan para pendekar bertarung memperebutkan hadiah utama. Xiao Feng duduk di salah satu sudut ruang tunggu, mengenakan pakaian tempurnya yang sederhana namun rapi. Ia mempersiapkan diri untuk pertandingan yang tak hanya menentukan masa depannya dalam turnamen, tetapi juga langkah berikutnya dalam mencari keadilan.Di arena, gong besar dipukul tiga kali, "Dong! Dong! Dong!", tanda bahwa pertandingan berikutnya segera dimulai. Nama Xiao Feng dan Lu Zhen disebut oleh juru bicara, memicu sorakan gemuruh dari penonton."Hingga akhirnya kita tiba pada momen ini!" seru juru bicara. "Pertarungan antara Xiao Feng, pendekar misterius dari luar Chang’an, melawan Lu Zhen, sang Benteng Besi dari Utara!"Xiao Feng berjalan ke tengah arena, sorotan mata semua orang tertuju padanya. Di sisi lain, Lu Zhen sudah ber
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Pada saat situasi semakin memanas, di tengah medan yang penuh darah dan jeritan, Yang Zhan berdiri tegak dengan tombak panjangnya, napasnya mulai memburu, keringat sudah bercucuran, membasahi hampir seluruh bagian tubuh, tetapi sorot matanya tetap tajam, seolah tidak menunjukkan rasa ketir sedikitpun. Ia mengamati ratusan musuh yang mengepungnya. Tubuh besar dan kekuatannya membuatnya menjadi pusat perhatian di medan perang, terutama bagi pasukan Bendera Merah yang mulai menyerangnya dari segala arah."Ayo! Siapa lagi yang ingin mati?!" teriak Yang Zhan dengan suara menggelegar. Ia memutar tombaknya, menciptakan angin kuat yang menyapu musuh di sekitarnya. Beberapa orang terlempar ke belakang, tulang mereka patah hanya dengan satu serangan."Zhan-ge, jangan terlalu memaksakan diri!" teriak Lin Mei dari kejauhan, yang masih bertarung dengan kelompok lainnya.Mendengar hal itu, ia segera menoleh lalu menjawab, "Tenang saja! Aku akan memastikan tak satu pun dari mereka bisa mendekatimu!"
Setelah pertarungan sengit dengan Han Feng dan berhasil membunuhnya, Xiao Feng dan rombongannya bersiap meninggalkan pasar gelap yang kini sunyi. Udara terasa berat dengan bau darah yang masih menguar, dan langit mulai gelap, seolah menggambarkan ketegangan yang belum berakhir saat itu.Namun, langkah mereka tiba-tiba terhenti ketika suara derap kaki dan gemuruh senjata menggema dari segala arah. Dari sudut-sudut jalan, gang-gang gelap, dan bahkan dari atap bangunan, muncul ratusan bahkan ribuan pasukan berseragam merah. Mereka adalah Pasukan Bendera Merah.Sorot obor menyala-nyala, menerangi raut wajah mereka yang penuh tekad dan kemarahan. Mereka berdiri rapat, mengepung Xiao Feng dan rombongannya dalam formasi yang tampak dirancang dengan sempurna. Seorang pria kurus dengan jubah merah berdiri di atas bangunan kayu yang dibawa oleh beberapa anak buahnya. Matanya penuh dendam, menatap lurus ke arah Xiao Feng."Xiao Feng!" teriak pria itu dengan suara lantang y
Langkah kaki pria besar itu menggema di tengah pasar yang porak-poranda. Tubuhnya seperti gunung yang bergerak, dengan zirah hitam berkilauan yang melindungi tubuhnya. Kapak raksasa di tangannya tampak seperti cukup kuat untuk membelah batu besar hanya dengan sekali serangan. Sorot matanya tajam, penuh percaya diri, seolah-olah tahu bahwa ia adalah rintangan terakhir yang akan sulit dilewati."Kalian pikir bisa lolos begitu saja?" pria besar itu berbicara dengan suara berat seperti guntur. "Aku adalah Han Feng, Penjaga Besar dari pasar gelap ini. Tidak ada seorang pun yang bisa meninggalkan tempat ini hidup-hidup setelah membuat kekacauan seperti kalian."Yang Zhan dan Qing Yue tampak ragu sejenak setelah melihat kedatangan penjaga tersebut. Aura pria itu begitu menekan, dan kekuatan yang terpancar dari tubuhnya membuat mereka sedikit ketir. Qing Yue menggenggam erat pedangnya, sementara Yang Zhan menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya.Namun, Xiao Feng mela