Home / Horor / Belenggu Rumah Darah / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Belenggu Rumah Darah: Chapter 81 - Chapter 90

120 Chapters

Bab 81 - Kematian di Pintu Gerbang

Malam yang seharusnya tenang setelah keberhasilan ritual tiba-tiba berubah menjadi kengerian baru. Penduduk Desa Sinarjati, yang sebelumnya merasa lega karena berhasil menghentikan siklus kegelapan di rumah tua itu, kini terjebak dalam mimpi buruk yang jauh lebih gelap. Entitas-entitas yang bersembunyi di balik kegelapan rumah tua itu tampaknya belum menyerah. Mereka merencanakan balas dendam yang lebih mengerikan—dan kali ini, mereka membunuh satu per satu.Mira berdiri di luar rumah Pak Gunadi, melihat ke arah rumah tua yang menjulang angkuh di kejauhan. Meski ritual yang mereka lakukan berhasil menghentikan pengorbanan Arga dan memutus sebagian besar pengaruh roh-roh itu, ada sesuatu yang tetap salah. Udara di desa terasa lebih berat, lebih pekat dengan teror yang tak terucapkan. Dan sekarang, penduduk desa yang membantunya dalam ritual mulai mati satu per satu, dengan cara yang mengerikan.Malam sebelumnya, Pak Gunadi, lelaki tua yang dengan gagah berani memi
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 82 - Jiwa yang Terperangkap

Langkah kaki Arga terdengar pelan saat ia menyusuri lorong-lorong gelap rumah tua yang kini lebih mencekam daripada sebelumnya. Suara desis dan bisikan yang tak terjelaskan terus menghantui setiap sudut ruangan, membuat udara semakin berat. Kali ini, rumah itu terasa berbeda—lebih hidup, lebih penuh dengan kehadiran yang tak kasat mata. Arga tahu bahwa dia tidak sendirian, bahkan ketika bayang-bayang di sekelilingnya tampak sunyi.Di belakangnya, Mira mengikuti dengan hati-hati, matanya terus bergerak, waspada akan setiap gerakan atau suara aneh. Mereka berdua tahu, entitas-entitas jahat di rumah ini tidak lagi hanya mengawasi. Mereka sudah mulai menyerang, dan kali ini, mereka tidak akan ragu untuk membunuh."Arga, kita harus pergi dari sini," bisik Mira dengan suara gemetar. "Mereka membunuh orang-orang, satu per satu."Arga tidak menjawab. Ada sesuatu yang aneh terjadi dalam pikirannya. Suara-suara, jauh lebih banyak daripada sebelumnya, terdengar di ke
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 83 - Malam yang Mematikan

Malam itu lebih gelap dari biasanya. Tak ada cahaya bintang di langit, hanya kegelapan pekat yang menelan segala sesuatu di sekitarnya. Udara di sekitar rumah tua itu terasa berat, seolah-olah waktu berhenti dan seluruh dunia menyusut ke dalam bayang-bayang rumah yang kini terasa lebih hidup, lebih berbahaya dari sebelumnya. Arga dan Mira terperangkap, dan entitas-entitas jahat yang menghuni rumah itu semakin dekat—mereka tahu bahwa waktu mereka hampir habis.Ketika mereka mencoba membuka pintu utama untuk keluar, gagang pintu terasa dingin seperti es, tetapi lebih dari itu, pintu itu seolah-olah menyatu dengan dinding. Arga menariknya berkali-kali dengan segenap tenaga, namun pintu itu tak bergerak. Hanya ada satu hal yang jelas—mereka tidak bisa pergi."Mira, pintunya terkunci," bisik Arga dengan nada ketakutan. Keringat dingin mengalir di wajahnya, meski udara di sekitarnya begitu dingin. "Rumah ini tidak akan membiarkan kita keluar."Mira, yang b
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 84 - Kutukan yang Tak Terhentikan

Kegelapan yang melingkupi rumah tua itu terasa semakin padat, semakin hidup. Arga dan Mira berdiri di tengah ruang bawah tanah yang dingin dan sunyi, napas mereka terhenti oleh ketakutan dan kesadaran bahwa setiap usaha mereka untuk melarikan diri telah gagal. Kengerian rumah ini tidak lagi sekadar bisikan atau bayangan yang meliuk-liuk di sudut pandang mereka—rumah ini adalah penjara bagi jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya, dan kini mereka tahu, tak ada jalan keluar.Mira menatap sekeliling ruangan, menyadari bahwa dinding batu di bawah tanah ini dipenuhi dengan simbol-simbol mistik yang aneh, ukiran-ukiran kuno yang tampak jauh lebih tua dari rumah itu sendiri. Dia mendekati salah satu dinding dan menyentuhnya dengan hati-hati. Saat tangannya menyentuh permukaan dingin itu, sebuah sensasi aneh menjalar ke seluruh tubuhnya—seolah-olah dinding itu menyimpan kekuatan yang tak terkatakan."Arga, lihat ini..." suaranya hampir tak terdengar, penuh kekaguman
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bab 85 - Pengorbanan

Malam semakin gelap, kegelapan yang menutupi rumah tua itu terasa semakin pekat, semakin mencekik. Jeritan roh-roh yang terperangkap mengisi udara, memenuhi setiap ruangan, setiap lorong dengan ketakutan yang tak terkatakan. Arga dan Mira berdiri di tengah-tengah ruangan yang hampa, tak ada jalan keluar, hanya kehampaan yang dingin dan perasaan tak terhindarkan bahwa mereka sedang menunggu sesuatu yang lebih mengerikan.Arga menatap wajah Mira, yang penuh dengan air mata dan ketakutan. Hatinya terasa begitu berat, dan dalam dirinya, pertempuran batin yang menghancurkan mulai merasuk. Dia tahu bahwa mereka telah sampai pada titik akhir—dan tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan. Setiap usaha untuk melarikan diri, setiap upaya untuk menghentikan kutukan ini, semuanya sia-sia. Rumah ini, kutukan ini, lebih kuat daripada yang mereka bayangkan.Di dalam dirinya, Arga mulai menyadari satu kebenaran yang tak terelakkan: hanya ada satu cara untuk menghentikan semua ini.
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 86 - Akhir yang Tak Terelakkan

Di dalam ruang utama rumah tua itu, kegelapan tampak lebih pekat dari sebelumnya, seolah-olah seluruh dunia di luar tak lagi ada. Jeritan roh-roh yang terperangkap memenuhi udara, semakin mendesak, semakin penuh dengan keputusasaan dan kemarahan. Di tengah ruangan, Arga berdiri tegak, meskipun tubuhnya terasa berat dan napasnya tersengal-sengal. Matanya tertuju pada pusat ruangan, tempat di mana ritual pengorbanan harus dilakukan—tempat di mana semuanya akan berakhir.Mira berdiri di sudut ruangan, tak berdaya dan penuh ketakutan. Dia ingin menghentikan Arga, tapi dia tahu dalam hatinya bahwa keputusan Arga sudah bulat. Di tengah-tengah kengerian yang melingkupi mereka, satu hal jelas—kutukan ini hanya bisa dihentikan dengan pengorbanan. Dan Arga telah memilih untuk menjadi pengorbanan itu."Arga, jangan lakukan ini," bisik Mira, suaranya parau oleh tangis yang tak bisa ia tahan lagi. "Kita bisa menemukan cara lain. Tolong... jangan pergi."Arga meno
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Bab 87 - Kebebasan yang Salah

Pagi yang seharusnya membawa ketenangan, menyelimuti Desa Sinarjati dengan cahaya lembut, tetapi bagi Mira, fajar itu terasa lebih dingin dari sebelumnya. Di luar, langit berubah dari hitam pekat menjadi merah muda yang samar, namun di dalam hatinya, kegelapan tetap tinggal. Pengorbanan Arga, pengorbanan yang seharusnya menghentikan kutukan, telah mengakhiri teror yang menghantui rumah tua itu. Setidaknya, itulah yang dia yakini.Namun, saat dia berdiri di luar rumah tua yang kini terasa sepi, keheningan itu tidak membawa kedamaian yang dia harapkan. Ada sesuatu yang salah, sesuatu yang tidak dia pahami. Udara di sekitarnya terasa berat, seperti ada sesuatu yang tertahan di bawah permukaan, menunggu saat yang tepat untuk keluar.Mira menatap rumah tua itu sekali lagi, tempat di mana Arga telah menyerahkan hidupnya untuk menghentikan roh-roh jahat yang terperangkap di dalamnya. Cahaya pagi menyinari jendela-jendela berdebu, membuat bayang-bayang di dalam rumah itu tampa
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 88 - Rumah yang Tetap Berdiri

Di pinggiran Desa Sinarjati, rumah tua itu tetap berdiri dengan angkuhnya, seperti monumen kelam dari masa lalu yang tidak akan pernah hilang. Dindingnya yang dulu terasa hidup dengan jeritan dan suara roh-roh terperangkap kini sunyi. Hanya keheningan yang menyelimuti bangunan itu, seolah-olah rumah tersebut telah tertidur setelah pengorbanan Arga. Tapi di balik keheningan itu, ada sesuatu yang masih menunggu, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa.Penduduk desa mulai kembali ke kehidupan mereka, berusaha melupakan teror yang pernah menghantui mereka selama bertahun-tahun. Namun, setiap kali mereka berjalan melewati rumah itu, ada perasaan aneh yang tidak bisa mereka abaikan. Mereka merasakan tatapan tak kasat mata yang selalu mengintai dari balik jendela, seolah-olah rumah itu belum benar-benar melepaskan cengkeramannya.Pak Gunadi, salah satu tetua desa yang bertahan dari semua kejadian mengerikan itu, sering duduk di bangku depan rumahnya yang menghadap la
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Bab 89 - Kehilangan yang Membekas

Waktu berjalan dengan lambat bagi Mira. Setiap hari terasa seperti upaya tanpa akhir untuk melupakan peristiwa yang menghantui setiap sudut hidupnya. Pengorbanan Arga, yang menyelamatkan desa dari kutukan yang sudah berlangsung selama berabad-abad, telah mengubah hidupnya selamanya. Meski kutukan itu tampaknya telah berakhir, Mira tahu bahwa dia tidak pernah benar-benar bebas. Trauma kehilangan Arga, rasa bersalah karena dia tidak bisa menghentikannya, dan kegelapan yang seolah-olah terus mengawasinya, semuanya masih tertinggal dalam dirinya, membekas lebih dalam dari luka fisik.Setiap hari, Mira berusaha menjalani rutinitas sederhana. Dia kembali bekerja, berbicara dengan orang-orang desa, berusaha tersenyum seperti biasa. Namun, rasa sepi yang mengikutinya di setiap langkah membuat semua itu tampak seperti bayangan dari kehidupan yang sudah tidak lagi ia kenal. Orang-orang di desa menganggapnya kuat karena dia selamat dari mimpi buruk itu. Tapi di dalam dirinya, Mira meras
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Bab 90 - Rumah Kosong yang Berbicara

Desa Sinarjati tenggelam dalam kesunyian yang lebih dalam daripada sebelumnya. Setelah pengorbanan Arga dan keheningan yang menyelimuti rumah tua itu, kehidupan di desa berjalan lambat, seolah-olah desa itu sendiri telah kehilangan sebagian dari jiwanya. Penduduk desa melanjutkan aktivitas mereka dengan hati-hati, tapi tak seorang pun berbicara tentang apa yang telah terjadi di rumah tua itu. Ada sesuatu yang melingkupi desa—bukan hanya kegelapan, tapi rasa takut yang lebih halus, lebih dalam.Rumah tua itu, yang telah menjadi pusat dari segala teror, tetap berdiri dengan angkuh di pinggiran desa. Dindingnya yang usang terlihat seolah-olah bisa runtuh kapan saja, namun tidak pernah goyah. Jendela-jendelanya yang dulu penuh bayangan kini tampak kosong, namun rumah itu sendiri tidak pernah benar-benar sunyi. Setiap kali seseorang melewati rumah itu, ada perasaan aneh yang menjalar di punggung mereka, seolah-olah ada sesuatu di dalamnya yang masih bergerak, masih hidup. Se
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status