Home / Horor / Belenggu Rumah Darah / Bab 89 - Kehilangan yang Membekas

Share

Bab 89 - Kehilangan yang Membekas

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2024-11-10 16:21:29

Waktu berjalan dengan lambat bagi Mira. Setiap hari terasa seperti upaya tanpa akhir untuk melupakan peristiwa yang menghantui setiap sudut hidupnya. Pengorbanan Arga, yang menyelamatkan desa dari kutukan yang sudah berlangsung selama berabad-abad, telah mengubah hidupnya selamanya. Meski kutukan itu tampaknya telah berakhir, Mira tahu bahwa dia tidak pernah benar-benar bebas. Trauma kehilangan Arga, rasa bersalah karena dia tidak bisa menghentikannya, dan kegelapan yang seolah-olah terus mengawasinya, semuanya masih tertinggal dalam dirinya, membekas lebih dalam dari luka fisik.

Setiap hari, Mira berusaha menjalani rutinitas sederhana. Dia kembali bekerja, berbicara dengan orang-orang desa, berusaha tersenyum seperti biasa. Namun, rasa sepi yang mengikutinya di setiap langkah membuat semua itu tampak seperti bayangan dari kehidupan yang sudah tidak lagi ia kenal. Orang-orang di desa menganggapnya kuat karena dia selamat dari mimpi buruk itu. Tapi di dalam dirinya, Mira meras

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 90 - Rumah Kosong yang Berbicara

    Desa Sinarjati tenggelam dalam kesunyian yang lebih dalam daripada sebelumnya. Setelah pengorbanan Arga dan keheningan yang menyelimuti rumah tua itu, kehidupan di desa berjalan lambat, seolah-olah desa itu sendiri telah kehilangan sebagian dari jiwanya. Penduduk desa melanjutkan aktivitas mereka dengan hati-hati, tapi tak seorang pun berbicara tentang apa yang telah terjadi di rumah tua itu. Ada sesuatu yang melingkupi desa—bukan hanya kegelapan, tapi rasa takut yang lebih halus, lebih dalam.Rumah tua itu, yang telah menjadi pusat dari segala teror, tetap berdiri dengan angkuh di pinggiran desa. Dindingnya yang usang terlihat seolah-olah bisa runtuh kapan saja, namun tidak pernah goyah. Jendela-jendelanya yang dulu penuh bayangan kini tampak kosong, namun rumah itu sendiri tidak pernah benar-benar sunyi. Setiap kali seseorang melewati rumah itu, ada perasaan aneh yang menjalar di punggung mereka, seolah-olah ada sesuatu di dalamnya yang masih bergerak, masih hidup. Se

    Last Updated : 2024-11-10
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 91 - Mira dan Kenangan Buruk

    Setelah beberapa bulan berlalu sejak pengorbanan Arga, Mira memutuskan untuk kembali ke rutinitas hidupnya. Ia berharap pekerjaan sebagai jurnalis, yang selama ini memberinya kebebasan dan kepuasan, dapat membantunya melupakan masa lalu dan mengembalikan kehidupan normalnya. Namun, kenyataan jauh lebih kejam dari harapannya. Setiap kali dia duduk di mejanya, memulai proyek baru, pikirannya selalu terlempar kembali ke rumah tua itu—ke teror yang tak akan pernah bisa ia lupakan.Mira menatap layar laptopnya, seharusnya menulis laporan investigasi tentang kasus korupsi yang sedang ia selidiki, tetapi jemarinya tetap menggantung di atas papan ketik. Alih-alih fokus pada pekerjaannya, pikiran Mira terus berputar pada wajah Arga. Kilasan kejadian di rumah tua itu kembali menghantuinya—detik-detik terakhir ketika Arga mengorbankan dirinya, darahnya yang jatuh di lantai, cahaya menyilaukan yang menyapu kegelapan, lalu keheningan yang memekik setelah semuanya berakhir.

    Last Updated : 2024-11-11
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 92 - Penjaga Baru Desa

    Setelah hilangnya Pak Kusuma, yang selama ini dikenal sebagai penjaga desa dan pemegang pengetahuan tradisional tentang hal-hal gaib di Desa Sinarjati, suasana di desa mulai berubah. Pak Kusuma telah menghilang secara misterius setelah kejadian di rumah tua, dan dengan ketiadaannya, desa terasa seolah kehilangan sosok pelindung yang selama ini menghalau kegelapan. Kini, desa harus memilih penjaga baru, seseorang yang akan melanjutkan peran penting itu—tetapi sosok yang mereka pilih ternyata tidak memiliki ketenangan dan kepercayaan diri yang sama seperti pendahulunya.Pak Hasan, seorang pria setengah baya yang dihormati di antara penduduk desa karena kebijaksanaannya, ditunjuk sebagai tetua baru. Namun, sejak awal penunjukkannya, sesuatu tampak tidak biasa. Pak Hasan tampak berbeda dari Pak Kusuma. Di balik senyum ramahnya, selalu ada kecemasan yang tak bisa disembunyikan. Tatapannya sering kali gugup, terutama ketika berbicara tentang rumah tua yang masih berdiri angku

    Last Updated : 2024-11-11
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 93 - Arwah di Cermin

    Malam turun dengan sunyi di Desa Sinarjati. Udara malam terasa dingin, menggigit kulit, dan keheningan yang mengelilingi desa semakin menyesakkan. Di dalam kamarnya yang remang, Mira duduk di tepi tempat tidurnya, memandangi cermin yang tergantung di dinding seberang. Cahaya dari lampu redup membuat bayangannya di cermin tampak samar, tapi cukup jelas untuk memperlihatkan setiap kerutan kelelahan di wajahnya.Malam ini seperti malam-malam lainnya sejak pengorbanan Arga—penuh dengan kenangan yang tidak bisa dihindari. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya, dan meskipun dia telah mencoba melanjutkan hidup, ada sesuatu yang selalu menariknya kembali ke kejadian mengerikan di rumah tua itu.Mira menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat. Pikirannya terus berputar, memikirkan semua yang telah terjadi—keputusan Arga, kegelapan yang tetap tinggal, dan bisikan yang masih kadang-kadang terdengar dari dalam rumah tua itu. Tapi malam ini, ada s

    Last Updated : 2024-11-12
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 94 - Kejadian Aneh di Desa

    Malam di Desa Sinarjati selalu sunyi, tetapi akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda di udara. Penduduk desa mulai menyadari bahwa keheningan yang mereka nikmati selama beberapa bulan terakhir telah berubah menjadi sesuatu yang lebih menakutkan. Ada desas-desus tentang suara-suara aneh yang terdengar di malam hari, benda-benda yang bergerak sendiri, dan peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dijelaskan.Desa, yang dulu tampak mulai pulih dari kutukan rumah tua itu, kini kembali diselimuti oleh ketakutan yang tak terucapkan. Orang-orang mulai berbicara dengan bisik-bisik, takut bahwa mereka akan menarik perhatian sesuatu yang lebih gelap jika mereka berbicara terlalu keras."Sudah beberapa malam terakhir ini," kata Bu Ratna kepada tetangganya saat mereka bertemu di pasar pagi. "Aku mendengar suara-suara seperti bisikan di luar jendela. Pertama aku pikir itu angin, tapi semakin aku dengar, semakin jelas... suara itu seperti orang yang sedang berbicara."Bu Siti, te

    Last Updated : 2024-11-12
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 95 - Misteri Penghilangannya Laras

    Mira duduk di mejanya, menatap tumpukan catatan dan potongan berita yang telah dia kumpulkan sejak kejadian di rumah tua itu. Setiap potongan informasi seolah menyimpan petunjuk tentang kutukan yang tidak pernah benar-benar hilang. Tapi kali ini, sesuatu yang lebih mengganggu menarik perhatiannya—nama Laras muncul kembali dalam beberapa percakapan dan desas-desus yang beredar di desa. Laras, yang dulu terlihat begitu terlibat dalam misteri rumah tua itu, hilang secara misterius setelah pengorbanan Arga. Namun, kini muncul laporan bahwa dia mungkin masih hidup.Penduduk desa, yang dulu takut untuk berbicara terlalu banyak tentang kejadian aneh, sekarang berbisik-bisik tentang penampakan Laras. Beberapa dari mereka mengklaim melihat sosoknya di hutan, dekat rumah tua, berjalan sendirian di antara pepohonan yang gelap, seolah-olah dia tidak pernah benar-benar pergi. Namun, tidak ada yang berani mendekatinya atau mencari tahu lebih jauh.Desas-desus tentang Laras sem

    Last Updated : 2024-11-13
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 96 - Penelusuran Hutan Terlarang

    Langkah Mira semakin berat saat dia memasuki hutan yang semakin gelap, hanya ditemani oleh ketegangan yang menekan dadanya. Keheningan di dalam hutan terasa mencekik, seolah-olah dunia di luar telah berhenti dan hanya ada dirinya dan kegelapan yang mengelilinginya. Pepohonan tinggi yang menjulang, dengan dedaunan tebal yang hampir menutupi cahaya bulan, menciptakan bayang-bayang yang bergerak perlahan di antara angin yang berhembus lembut.Mira tahu bahwa dia telah melangkah terlalu jauh. Hutan ini, yang dikenal oleh penduduk desa sebagai "Hutan Terlarang," memiliki sejarah kelam yang tak pernah benar-benar diungkapkan. Banyak yang percaya bahwa hutan ini adalah tempat di mana kutukan rumah tua itu bermula, bahwa ada sesuatu yang lebih tua dan lebih jahat yang tersembunyi di dalamnya. Penduduk desa jarang berbicara tentang hutan ini, seolah-olah menyebut namanya saja bisa memancing bencana.Tetapi Mira tidak punya pilihan. Laras—atau sosok yang menyerupai Laras&m

    Last Updated : 2024-11-13
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 97 - Bayangan dari Masa Lalu

    Mira berdiri diam, napasnya tersengal di tengah kegelapan hutan yang semakin pekat. Setelah melemparkan batu yang mengganggu ritual aneh di hadapannya, keheningan yang mencekam menyelimuti seluruh area. Orang-orang berjubah hitam berhenti merapalkan mantra, dan semua mata mereka berbalik menatapnya dengan tatapan yang dingin, membuat darah Mira berdesir.Namun, sebelum Mira bisa melakukan apa-apa, sebuah rasa pusing yang tiba-tiba menghantamnya. Dunia di sekitarnya berputar, dan tubuhnya goyah seolah-olah ditarik ke dalam pusaran tak kasat mata. Dia mencoba berpegangan pada pohon terdekat, tetapi pandangannya menjadi kabur. Bayangan di sekelilingnya mulai bergerak, memanjang dan melengkung, seperti sesuatu yang datang dari masa lalu, menariknya lebih dalam ke dalam kegelapan.Ketika Mira membuka matanya kembali, dia tidak lagi berada di tengah hutan. Pemandangan di sekitarnya telah berubah total. Dia kini berada di depan rumah tua itu—tapi bukan rumah yang dia ke

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 120 - Desa yang Kembali Hidup

    Desa Sinarjati, yang dulu begitu sunyi dan dipenuhi ketakutan, kini mulai berangsur kembali hidup setelah rumah tua terkutuk itu hancur. Penduduk yang selama bertahun-tahun hidup di bawah bayang-bayang kegelapan, akhirnya bisa merasakan kelegaan yang telah lama mereka rindukan. Matahari yang bersinar di atas ladang dan pepohonan tampak lebih hangat, lebih terang, seolah-olah alam itu sendiri sedang merayakan berakhirnya kutukan yang selama ini membelenggu desa.Di pasar kecil desa, para pedagang kembali dengan senyum di wajah mereka, menawarkan dagangan dengan lebih ceria daripada sebelumnya. Anak-anak mulai berlarian di jalan-jalan yang dulu sunyi, tidak lagi takut untuk mendekati area yang dulu dikenal sebagai tanah terkutuk. Suasana penuh harapan tampak mengisi setiap sudut desa, membawa angin segar yang sebelumnya tertahan oleh kegelapan.Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama.Desas-desus mulai menyebar di antara penduduk. Seiring berjalannya hari, bebe

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 119 - Kehadiran Tak Terlihat

    Malam di kota seharusnya membawa keheningan yang menenangkan, namun bagi Mira, setiap malam justru terasa semakin menakutkan. Keheningan yang menyelimuti apartemennya kini bukan lagi tanda kedamaian, melainkan awal dari sesuatu yang mengerikan. Malam demi malam, kehadiran yang tak terlihat semakin kuat, membayangi setiap gerakan dan napasnya. Suara-suara yang awalnya samar kini semakin jelas, seperti sesuatu yang tak kasat mata berusaha mendekatinya.Mira berdiri di jendela apartemennya, memandangi jalanan kota yang sepi. Tirai di sebelahnya berkibar pelan, meskipun tidak ada angin yang masuk dari jendela tertutup. Dia menelan ludah, mencoba mengabaikan perasaan cemas yang semakin menekan dadanya. Tapi dia tahu, di dalam hatinya, bahwa apa yang dia rasakan bukanlah imajinasi semata. Sesuatu telah berubah, dan kehadiran itu semakin nyata, semakin sulit untuk diabaikan.Langkah-langkah kecil terdengar samar dari koridor apartemen, seperti seseorang sedang berjalan pelan,

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 118 - Penglihatan yang Mengganggu

    Pagi itu, matahari terbit seperti biasa di luar jendela apartemen Mira, memancarkan sinar hangat yang lembut ke dalam ruang tamunya yang tenang. Hari yang cerah seharusnya membawa perasaan damai, namun bagi Mira, keheningan ini terasa tidak wajar—terlalu sunyi, terlalu kosong. Dia telah mencoba menenangkan pikirannya sejak mimpi buruk yang semakin sering menghantuinya, namun rasa cemas itu tetap melekat, merayap di sudut pikirannya.Dengan setengah sadar, Mira berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang masih lelah akibat malam tanpa tidur. Saat dia membuka keran, air dingin mengalir, memercikkan kesegaran yang sejenak menghilangkan rasa kantuk. Namun, ketika dia mengangkat wajah untuk menatap cermin, sesuatu yang aneh terjadi—sesuatu yang membuat tubuhnya membeku seketika.Di balik bayangannya sendiri di cermin, Mira melihat sekilas sosok lain, seseorang yang begitu dikenalnya. Arga. Dia berdiri di belakangnya, tersenyum samar, seperti bayanga

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 117 - Langkah yang Tertinggal

    Mira duduk di depan meja kerjanya, menatap layar komputer yang dipenuhi dengan laporan-laporan jurnalistik yang harus dia selesaikan. Di sekitar kantor, suara ketikan cepat dan obrolan singkat antar rekan kerjanya menggema, menciptakan suasana sibuk yang biasa di tempat itu. Namun, bagi Mira, hiruk-pikuk itu tidak bisa menutupi kegelisahan yang terus menghantui pikirannya. Setiap detik terasa berat, dan di balik setiap kasus aneh yang dia tangani, ada bayangan yang selalu mengintip dari masa lalu—dari rumah tua di Desa Sinarjati.Sudah beberapa minggu sejak Mira kembali ke kota, mencoba menjalani hidupnya seperti biasa. Dia kembali bekerja sebagai jurnalis, meliput berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kota. Namun, meskipun tangannya sibuk mengetik, pikirannya terus melayang kembali ke desa, ke kegelapan yang pernah menyelimutinya, ke rumah tua yang kini hanya tinggal reruntuhan. Setiap kasus misterius yang dia tangani seolah mengingatkan pada sesuatu yang lebih be

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 116 - Cahaya di Tengah Kegelapan

    Malam di kota besar tampak tenang, namun dalam keheningan itu, Mira tidak bisa merasa benar-benar damai. Sejak kembali dari Desa Sinarjati, rasa lega yang semula ia rasakan mulai memudar, digantikan oleh kecemasan yang kian hari kian membesar. Meskipun dia tahu rumah tua itu telah hancur, meskipun kutukan itu telah dipatahkan, ada sesuatu yang terus menghantuinya—bayangan kegelapan yang seolah-olah tidak mau pergi.Setiap malam, Mira terbangun dengan jantung berdetak kencang, peluh dingin membasahi tubuhnya, dan mimpi buruk yang selalu sama menghantuinya. Dalam mimpi itu, dia berdiri di depan rumah tua yang tak lagi ada. Kegelapan pekat menyelimuti sekeliling, dan meskipun rumah itu telah runtuh, ia merasakan kehadiran sesuatu yang lebih kuat, lebih jahat. Bayangan hitam tanpa wajah terus mendekatinya, menyeretnya ke dalam kegelapan, dan setiap kali dia mencoba melarikan diri, kakinya terbenam di tanah yang basah dan berat, seperti lumpur yang menahannya.Mira te

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 115 - Mira yang Terbebaskan

    Matahari baru saja terbit ketika Mira menginjakkan kaki di stasiun kereta kota. Udara pagi di kota besar terasa berbeda—segar, penuh kehidupan, dan jauh dari suasana mencekam yang selama ini menyelimuti Desa Sinarjati. Suara deru kendaraan dan aktivitas pagi hari mulai menggema, menciptakan simfoni perkotaan yang dinamis. Bagi sebagian besar orang, itu hanyalah pagi yang biasa, namun bagi Mira, hari ini menandai awal yang baru, sebuah kebebasan yang baru dia rasakan.Dia menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara segar masuk ke paru-parunya, merasa beban berat di pundaknya yang selama ini menghantuinya mulai terasa lebih ringan. Ketika dia meninggalkan desa, dia tahu bahwa dia tidak meninggalkan masa lalu sepenuhnya—jejak kutukan yang pernah merantai hidupnya tidak akan sepenuhnya hilang. Namun, kini dia menyadari bahwa kutukan itu bukan lagi sesuatu yang membebani atau mengurungnya. Itu hanyalah bagian dari sejarah dirinya, dan dia telah belajar menerima itu.Mira be

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 114 - Hari yang Tenang

    Pagi di Desa Sinarjati akhirnya terasa lebih tenang dari biasanya. Matahari memancarkan sinar lembutnya, menyinari desa yang selama ini dikelilingi oleh kegelapan dan ketakutan. Burung-burung berkicau di atas pepohonan, dan angin lembut membawa aroma tanah basah yang baru saja disiram embun pagi. Bagi kebanyakan orang, pagi ini terasa berbeda—seolah-olah ada beban besar yang terangkat, meskipun masih ada rasa cemas yang menyelip di antara kehidupan sehari-hari.Penduduk desa perlahan-lahan kembali ke rutinitas mereka. Pasar kecil yang dulunya sepi karena ketakutan mulai ramai lagi dengan aktivitas. Orang-orang berbincang pelan sambil melakukan pekerjaan mereka, dan anak-anak berlarian di jalan-jalan desa, meskipun kali ini mereka berhati-hati untuk tidak terlalu mendekati area bekas rumah tua yang kini telah hilang dari pandangan.Mira, yang tinggal di desa untuk sementara waktu, berjalan di antara penduduk dengan tatapan kosong namun penuh pengamatan. Meskipun r

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 113 - Penghancuran Rumah

    Pagi di Desa Sinarjati membawa udara yang berbeda. Setelah pengorbanan Laras, suasana yang selama ini terasa berat dan penuh ketegangan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa hening yang mendalam. Namun, di tengah ketenangan itu, ada sesuatu yang terjadi di tengah reruntuhan rumah tua—sesuatu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah terlibat dalam kutukan yang selama ini menjerat desa.Mira berdiri diam di pinggir reruntuhan, hatinya masih dipenuhi oleh keharuan dan kesedihan setelah melihat Laras mengorbankan dirinya demi kedamaian. Pengorbanan itu, yang dilakukan dengan kesadaran penuh, membawa perasaan lega yang begitu besar. Namun, saat itu juga, Mira merasakan getaran aneh di tanah di bawah kakinya. Tanah yang selama ini terasa diam dan menyimpan energi kegelapan, kini mulai bergerak, seolah-olah sedang bersiap untuk melepaskan sesuatu.Suara gemeretak kayu yang patah terdengar di kejauhan, mengalir dari arah sisa-sisa rumah tua yang tampak lebih

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 112 - Kekuatan Pengorbanan

    Udara pagi di Desa Sinarjati terasa berat, diselimuti ketenangan yang aneh setelah malam yang penuh teror. Sinar matahari yang biasanya membawa harapan, tampak terhalang oleh sisa-sisa energi gelap yang masih mengendap di udara, seolah-olah desa itu belum benar-benar terbebas dari cengkeraman kutukan yang telah menghancurkan banyak hidup. Di tengah keheningan itu, Laras berdiri di reruntuhan rumah tua, tatapannya tegas namun penuh dengan kesedihan yang dalam. Dia tahu bahwa saat ini adalah titik akhir—satu-satunya cara untuk mengakhiri kutukan ini selamanya.Mira, yang baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada Arga, berdiri di samping Laras. Dia merasa lelah, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional. Namun, di tengah semua kelelahan itu, ada tekad yang tidak bisa disangkal. Mereka berdua tahu bahwa masih ada satu hal yang harus dilakukan. Kutukan ini tidak akan berhenti hanya dengan menutup portal atau menghancurkan rumah tua. Kegelapan ini membutuhkan sesuatu

DMCA.com Protection Status