Home / Horor / Belenggu Rumah Darah / Bab 94 - Kejadian Aneh di Desa

Share

Bab 94 - Kejadian Aneh di Desa

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2024-11-12 17:27:52

Malam di Desa Sinarjati selalu sunyi, tetapi akhir-akhir ini, ada sesuatu yang berbeda di udara. Penduduk desa mulai menyadari bahwa keheningan yang mereka nikmati selama beberapa bulan terakhir telah berubah menjadi sesuatu yang lebih menakutkan. Ada desas-desus tentang suara-suara aneh yang terdengar di malam hari, benda-benda yang bergerak sendiri, dan peristiwa-peristiwa yang tidak bisa dijelaskan.

Desa, yang dulu tampak mulai pulih dari kutukan rumah tua itu, kini kembali diselimuti oleh ketakutan yang tak terucapkan. Orang-orang mulai berbicara dengan bisik-bisik, takut bahwa mereka akan menarik perhatian sesuatu yang lebih gelap jika mereka berbicara terlalu keras.

"Sudah beberapa malam terakhir ini," kata Bu Ratna kepada tetangganya saat mereka bertemu di pasar pagi. "Aku mendengar suara-suara seperti bisikan di luar jendela. Pertama aku pikir itu angin, tapi semakin aku dengar, semakin jelas... suara itu seperti orang yang sedang berbicara."

Bu Siti, te

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 95 - Misteri Penghilangannya Laras

    Mira duduk di mejanya, menatap tumpukan catatan dan potongan berita yang telah dia kumpulkan sejak kejadian di rumah tua itu. Setiap potongan informasi seolah menyimpan petunjuk tentang kutukan yang tidak pernah benar-benar hilang. Tapi kali ini, sesuatu yang lebih mengganggu menarik perhatiannya—nama Laras muncul kembali dalam beberapa percakapan dan desas-desus yang beredar di desa. Laras, yang dulu terlihat begitu terlibat dalam misteri rumah tua itu, hilang secara misterius setelah pengorbanan Arga. Namun, kini muncul laporan bahwa dia mungkin masih hidup.Penduduk desa, yang dulu takut untuk berbicara terlalu banyak tentang kejadian aneh, sekarang berbisik-bisik tentang penampakan Laras. Beberapa dari mereka mengklaim melihat sosoknya di hutan, dekat rumah tua, berjalan sendirian di antara pepohonan yang gelap, seolah-olah dia tidak pernah benar-benar pergi. Namun, tidak ada yang berani mendekatinya atau mencari tahu lebih jauh.Desas-desus tentang Laras sem

    Last Updated : 2024-11-13
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 96 - Penelusuran Hutan Terlarang

    Langkah Mira semakin berat saat dia memasuki hutan yang semakin gelap, hanya ditemani oleh ketegangan yang menekan dadanya. Keheningan di dalam hutan terasa mencekik, seolah-olah dunia di luar telah berhenti dan hanya ada dirinya dan kegelapan yang mengelilinginya. Pepohonan tinggi yang menjulang, dengan dedaunan tebal yang hampir menutupi cahaya bulan, menciptakan bayang-bayang yang bergerak perlahan di antara angin yang berhembus lembut.Mira tahu bahwa dia telah melangkah terlalu jauh. Hutan ini, yang dikenal oleh penduduk desa sebagai "Hutan Terlarang," memiliki sejarah kelam yang tak pernah benar-benar diungkapkan. Banyak yang percaya bahwa hutan ini adalah tempat di mana kutukan rumah tua itu bermula, bahwa ada sesuatu yang lebih tua dan lebih jahat yang tersembunyi di dalamnya. Penduduk desa jarang berbicara tentang hutan ini, seolah-olah menyebut namanya saja bisa memancing bencana.Tetapi Mira tidak punya pilihan. Laras—atau sosok yang menyerupai Laras&m

    Last Updated : 2024-11-13
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 97 - Bayangan dari Masa Lalu

    Mira berdiri diam, napasnya tersengal di tengah kegelapan hutan yang semakin pekat. Setelah melemparkan batu yang mengganggu ritual aneh di hadapannya, keheningan yang mencekam menyelimuti seluruh area. Orang-orang berjubah hitam berhenti merapalkan mantra, dan semua mata mereka berbalik menatapnya dengan tatapan yang dingin, membuat darah Mira berdesir.Namun, sebelum Mira bisa melakukan apa-apa, sebuah rasa pusing yang tiba-tiba menghantamnya. Dunia di sekitarnya berputar, dan tubuhnya goyah seolah-olah ditarik ke dalam pusaran tak kasat mata. Dia mencoba berpegangan pada pohon terdekat, tetapi pandangannya menjadi kabur. Bayangan di sekelilingnya mulai bergerak, memanjang dan melengkung, seperti sesuatu yang datang dari masa lalu, menariknya lebih dalam ke dalam kegelapan.Ketika Mira membuka matanya kembali, dia tidak lagi berada di tengah hutan. Pemandangan di sekitarnya telah berubah total. Dia kini berada di depan rumah tua itu—tapi bukan rumah yang dia ke

    Last Updated : 2024-11-14
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 98 - Laras yang Kembali

    Desa Sinarjati diliputi suasana tenang yang ganjil pada pagi itu, seolah-olah alam sendiri tahu bahwa sesuatu yang gelap sedang mendekat. Angin dingin berhembus di antara pepohonan, membawa kesan hampa dan rasa takut yang mengendap dalam hati penduduk desa. Mereka yang keluar untuk beraktivitas mulai merasakan ketidaknyamanan yang samar, seolah-olah desa itu sedang diawasi dari bayang-bayang.Kemudian, kabar tersebar dengan cepat: Laras telah kembali.Ketika penduduk desa pertama kali melihatnya, mereka terperangah. Laras, yang selama ini menghilang tanpa jejak, tiba-tiba muncul berjalan di jalan utama desa. Wajahnya pucat, tubuhnya terlihat kurus, hampir seperti mayat hidup yang berjalan tanpa arah. Mata-matanya yang dulunya penuh kehidupan kini tampak kosong, pandangannya lurus ke depan, tidak peduli dengan orang-orang yang menatapnya dengan campuran ketakutan dan rasa ingin tahu.Bu Ratna, yang melihatnya pertama kali dari jendela rumahnya, langsung berlari k

    Last Updated : 2024-11-14
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 99 - Peringatan dari Laras

    Malam itu, langit di atas Desa Sinarjati terlihat lebih gelap dari biasanya, seolah-olah bayang-bayang yang berkumpul di atas desa berasal dari tempat yang lebih kelam daripada sekadar malam. Hembusan angin membawa suara-suara samar, seperti bisikan-bisikan yang bergema dari dunia lain, dan penduduk desa, yang selama ini mencoba melupakan horor di rumah tua itu, kini merasa ketakutan mulai menguat kembali.Mira duduk di tepi jendela rumahnya, memandang ke arah kegelapan di luar. Bayangan Laras yang muncul di desa hari itu masih membayangi pikirannya, setiap kata yang keluar dari bibir pucat Laras terukir di benaknya. Rumah tua itu… pintu gerbang… mereka sudah bangkit. Kegelisahan menumpuk di dalam diri Mira, rasa takut bercampur dengan ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.Tiba-tiba, ketukan lembut terdengar di pintu. Jantung Mira berdetak lebih cepat. Siapa yang datang di tengah malam seperti ini?Mira bangkit perlahan, menahan

    Last Updated : 2024-11-15
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 100 - Kembali ke Rumah Kegelapan

    Malam itu terasa lebih gelap daripada malam-malam sebelumnya, seolah-olah kegelapan itu sendiri semakin pekat dan mendekat. Mira berdiri di depan jendela kamarnya, menatap keluar ke arah hutan yang membentang jauh menuju rumah tua. Bayangan pepohonan bergerak pelan, seperti raksasa yang mengawasi desa di bawahnya. Di balik bayang-bayang itu, Mira tahu, terletak rumah yang menunggu. Rumah tempat segala teror bermula—dan tempat segalanya harus berakhir.Malam ini adalah malam yang dia tahu akan mengubah segalanya. Selama ini, kutukan rumah tua itu telah menghantui desa, membawa ketakutan yang semakin kuat setiap harinya. Pengorbanan Arga yang seharusnya menghentikan semua ini ternyata tidak cukup. Kini, dia tahu bahwa arwah-arwah yang terjebak di sana masih menuntut lebih banyak korban, dan dia adalah kunci dari apa yang akan terjadi selanjutnya.Mira merapikan jaket tebalnya, menahan napas sebelum menghela panjang. Dia tahu bahwa perjalanan ini akan berbahaya, mun

    Last Updated : 2024-11-15
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 101 - Kebenaran yang Mengerikan

    Cahaya lilin yang redup memantul di dinding-dinding rumah tua itu, menimbulkan bayangan yang tampak hidup dan bergerak seiring dengan langkah Mira yang semakin dalam memasuki kegelapan. Hawa dingin semakin menyelimuti tubuhnya, dan bisikan-bisikan yang mengisi udara semakin jelas, seolah-olah roh-roh yang terperangkap di dalam rumah itu kini menuntut perhatian. Meski ketakutan terus mengendap di dalam hatinya, Mira tahu bahwa dia semakin dekat dengan kebenaran—kebenaran yang selama ini disembunyikan di balik dinding-dinding rumah terkutuk ini.Setelah menyalakan lilin di tengah simbol bercahaya di lantai, Mira merasa ada sesuatu yang bergeser di bawahnya, seperti lantai kayu yang menyembunyikan rahasia gelap. Getaran aneh terasa merambat melalui kakinya, mengalir ke seluruh tubuhnya seperti peringatan bahwa dia telah melangkah terlalu jauh. Namun, justru inilah yang membuat Mira yakin bahwa jawabannya ada di sini—di pusat rumah ini.Matanya tertarik ke arah

    Last Updated : 2024-11-16
  • Belenggu Rumah Darah   Bab 102 - Malam di Bawah Teror

    Langkah-langkah Mira semakin berat saat dia melangkah lebih jauh ke dalam rumah yang sekarang benar-benar terasa hidup. Suara lantai kayu yang berderit di bawah kakinya hampir tenggelam dalam bisikan-bisikan yang memenuhi udara di sekelilingnya. Rumah ini, yang dulu hanya terasa menyeramkan, kini terasa penuh dengan kegelapan yang nyata, kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah dia bayangkan.Di setiap sudut, ada perasaan bahwa sesuatu sedang mengawasinya. Suara samar dari dunia lain, seolah-olah roh-roh itu sedang menunggu saat yang tepat untuk menyerang. Jurnal yang baru saja dia temukan di lantai bawah memberikan gambaran mengerikan tentang rumah ini, dan Mira tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan teror ini menyebar ke luar. Namun, semakin lama dia berada di dalam rumah, semakin dia merasakan kekuatan itu semakin kuat, semakin mendekat.Tiba-tiba, suara tangisan kecil terdengar di sekelilingnya, melayang di udara seperti suara angin lembut yang membawa jeritan

    Last Updated : 2024-11-16

Latest chapter

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 120 - Desa yang Kembali Hidup

    Desa Sinarjati, yang dulu begitu sunyi dan dipenuhi ketakutan, kini mulai berangsur kembali hidup setelah rumah tua terkutuk itu hancur. Penduduk yang selama bertahun-tahun hidup di bawah bayang-bayang kegelapan, akhirnya bisa merasakan kelegaan yang telah lama mereka rindukan. Matahari yang bersinar di atas ladang dan pepohonan tampak lebih hangat, lebih terang, seolah-olah alam itu sendiri sedang merayakan berakhirnya kutukan yang selama ini membelenggu desa.Di pasar kecil desa, para pedagang kembali dengan senyum di wajah mereka, menawarkan dagangan dengan lebih ceria daripada sebelumnya. Anak-anak mulai berlarian di jalan-jalan yang dulu sunyi, tidak lagi takut untuk mendekati area yang dulu dikenal sebagai tanah terkutuk. Suasana penuh harapan tampak mengisi setiap sudut desa, membawa angin segar yang sebelumnya tertahan oleh kegelapan.Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama.Desas-desus mulai menyebar di antara penduduk. Seiring berjalannya hari, bebe

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 119 - Kehadiran Tak Terlihat

    Malam di kota seharusnya membawa keheningan yang menenangkan, namun bagi Mira, setiap malam justru terasa semakin menakutkan. Keheningan yang menyelimuti apartemennya kini bukan lagi tanda kedamaian, melainkan awal dari sesuatu yang mengerikan. Malam demi malam, kehadiran yang tak terlihat semakin kuat, membayangi setiap gerakan dan napasnya. Suara-suara yang awalnya samar kini semakin jelas, seperti sesuatu yang tak kasat mata berusaha mendekatinya.Mira berdiri di jendela apartemennya, memandangi jalanan kota yang sepi. Tirai di sebelahnya berkibar pelan, meskipun tidak ada angin yang masuk dari jendela tertutup. Dia menelan ludah, mencoba mengabaikan perasaan cemas yang semakin menekan dadanya. Tapi dia tahu, di dalam hatinya, bahwa apa yang dia rasakan bukanlah imajinasi semata. Sesuatu telah berubah, dan kehadiran itu semakin nyata, semakin sulit untuk diabaikan.Langkah-langkah kecil terdengar samar dari koridor apartemen, seperti seseorang sedang berjalan pelan,

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 118 - Penglihatan yang Mengganggu

    Pagi itu, matahari terbit seperti biasa di luar jendela apartemen Mira, memancarkan sinar hangat yang lembut ke dalam ruang tamunya yang tenang. Hari yang cerah seharusnya membawa perasaan damai, namun bagi Mira, keheningan ini terasa tidak wajar—terlalu sunyi, terlalu kosong. Dia telah mencoba menenangkan pikirannya sejak mimpi buruk yang semakin sering menghantuinya, namun rasa cemas itu tetap melekat, merayap di sudut pikirannya.Dengan setengah sadar, Mira berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya yang masih lelah akibat malam tanpa tidur. Saat dia membuka keran, air dingin mengalir, memercikkan kesegaran yang sejenak menghilangkan rasa kantuk. Namun, ketika dia mengangkat wajah untuk menatap cermin, sesuatu yang aneh terjadi—sesuatu yang membuat tubuhnya membeku seketika.Di balik bayangannya sendiri di cermin, Mira melihat sekilas sosok lain, seseorang yang begitu dikenalnya. Arga. Dia berdiri di belakangnya, tersenyum samar, seperti bayanga

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 117 - Langkah yang Tertinggal

    Mira duduk di depan meja kerjanya, menatap layar komputer yang dipenuhi dengan laporan-laporan jurnalistik yang harus dia selesaikan. Di sekitar kantor, suara ketikan cepat dan obrolan singkat antar rekan kerjanya menggema, menciptakan suasana sibuk yang biasa di tempat itu. Namun, bagi Mira, hiruk-pikuk itu tidak bisa menutupi kegelisahan yang terus menghantui pikirannya. Setiap detik terasa berat, dan di balik setiap kasus aneh yang dia tangani, ada bayangan yang selalu mengintip dari masa lalu—dari rumah tua di Desa Sinarjati.Sudah beberapa minggu sejak Mira kembali ke kota, mencoba menjalani hidupnya seperti biasa. Dia kembali bekerja sebagai jurnalis, meliput berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar kota. Namun, meskipun tangannya sibuk mengetik, pikirannya terus melayang kembali ke desa, ke kegelapan yang pernah menyelimutinya, ke rumah tua yang kini hanya tinggal reruntuhan. Setiap kasus misterius yang dia tangani seolah mengingatkan pada sesuatu yang lebih be

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 116 - Cahaya di Tengah Kegelapan

    Malam di kota besar tampak tenang, namun dalam keheningan itu, Mira tidak bisa merasa benar-benar damai. Sejak kembali dari Desa Sinarjati, rasa lega yang semula ia rasakan mulai memudar, digantikan oleh kecemasan yang kian hari kian membesar. Meskipun dia tahu rumah tua itu telah hancur, meskipun kutukan itu telah dipatahkan, ada sesuatu yang terus menghantuinya—bayangan kegelapan yang seolah-olah tidak mau pergi.Setiap malam, Mira terbangun dengan jantung berdetak kencang, peluh dingin membasahi tubuhnya, dan mimpi buruk yang selalu sama menghantuinya. Dalam mimpi itu, dia berdiri di depan rumah tua yang tak lagi ada. Kegelapan pekat menyelimuti sekeliling, dan meskipun rumah itu telah runtuh, ia merasakan kehadiran sesuatu yang lebih kuat, lebih jahat. Bayangan hitam tanpa wajah terus mendekatinya, menyeretnya ke dalam kegelapan, dan setiap kali dia mencoba melarikan diri, kakinya terbenam di tanah yang basah dan berat, seperti lumpur yang menahannya.Mira te

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 115 - Mira yang Terbebaskan

    Matahari baru saja terbit ketika Mira menginjakkan kaki di stasiun kereta kota. Udara pagi di kota besar terasa berbeda—segar, penuh kehidupan, dan jauh dari suasana mencekam yang selama ini menyelimuti Desa Sinarjati. Suara deru kendaraan dan aktivitas pagi hari mulai menggema, menciptakan simfoni perkotaan yang dinamis. Bagi sebagian besar orang, itu hanyalah pagi yang biasa, namun bagi Mira, hari ini menandai awal yang baru, sebuah kebebasan yang baru dia rasakan.Dia menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara segar masuk ke paru-parunya, merasa beban berat di pundaknya yang selama ini menghantuinya mulai terasa lebih ringan. Ketika dia meninggalkan desa, dia tahu bahwa dia tidak meninggalkan masa lalu sepenuhnya—jejak kutukan yang pernah merantai hidupnya tidak akan sepenuhnya hilang. Namun, kini dia menyadari bahwa kutukan itu bukan lagi sesuatu yang membebani atau mengurungnya. Itu hanyalah bagian dari sejarah dirinya, dan dia telah belajar menerima itu.Mira be

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 114 - Hari yang Tenang

    Pagi di Desa Sinarjati akhirnya terasa lebih tenang dari biasanya. Matahari memancarkan sinar lembutnya, menyinari desa yang selama ini dikelilingi oleh kegelapan dan ketakutan. Burung-burung berkicau di atas pepohonan, dan angin lembut membawa aroma tanah basah yang baru saja disiram embun pagi. Bagi kebanyakan orang, pagi ini terasa berbeda—seolah-olah ada beban besar yang terangkat, meskipun masih ada rasa cemas yang menyelip di antara kehidupan sehari-hari.Penduduk desa perlahan-lahan kembali ke rutinitas mereka. Pasar kecil yang dulunya sepi karena ketakutan mulai ramai lagi dengan aktivitas. Orang-orang berbincang pelan sambil melakukan pekerjaan mereka, dan anak-anak berlarian di jalan-jalan desa, meskipun kali ini mereka berhati-hati untuk tidak terlalu mendekati area bekas rumah tua yang kini telah hilang dari pandangan.Mira, yang tinggal di desa untuk sementara waktu, berjalan di antara penduduk dengan tatapan kosong namun penuh pengamatan. Meskipun r

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 113 - Penghancuran Rumah

    Pagi di Desa Sinarjati membawa udara yang berbeda. Setelah pengorbanan Laras, suasana yang selama ini terasa berat dan penuh ketegangan kini perlahan memudar, digantikan oleh rasa hening yang mendalam. Namun, di tengah ketenangan itu, ada sesuatu yang terjadi di tengah reruntuhan rumah tua—sesuatu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang telah terlibat dalam kutukan yang selama ini menjerat desa.Mira berdiri diam di pinggir reruntuhan, hatinya masih dipenuhi oleh keharuan dan kesedihan setelah melihat Laras mengorbankan dirinya demi kedamaian. Pengorbanan itu, yang dilakukan dengan kesadaran penuh, membawa perasaan lega yang begitu besar. Namun, saat itu juga, Mira merasakan getaran aneh di tanah di bawah kakinya. Tanah yang selama ini terasa diam dan menyimpan energi kegelapan, kini mulai bergerak, seolah-olah sedang bersiap untuk melepaskan sesuatu.Suara gemeretak kayu yang patah terdengar di kejauhan, mengalir dari arah sisa-sisa rumah tua yang tampak lebih

  • Belenggu Rumah Darah   Bab 112 - Kekuatan Pengorbanan

    Udara pagi di Desa Sinarjati terasa berat, diselimuti ketenangan yang aneh setelah malam yang penuh teror. Sinar matahari yang biasanya membawa harapan, tampak terhalang oleh sisa-sisa energi gelap yang masih mengendap di udara, seolah-olah desa itu belum benar-benar terbebas dari cengkeraman kutukan yang telah menghancurkan banyak hidup. Di tengah keheningan itu, Laras berdiri di reruntuhan rumah tua, tatapannya tegas namun penuh dengan kesedihan yang dalam. Dia tahu bahwa saat ini adalah titik akhir—satu-satunya cara untuk mengakhiri kutukan ini selamanya.Mira, yang baru saja mengucapkan selamat tinggal kepada Arga, berdiri di samping Laras. Dia merasa lelah, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional. Namun, di tengah semua kelelahan itu, ada tekad yang tidak bisa disangkal. Mereka berdua tahu bahwa masih ada satu hal yang harus dilakukan. Kutukan ini tidak akan berhenti hanya dengan menutup portal atau menghancurkan rumah tua. Kegelapan ini membutuhkan sesuatu

DMCA.com Protection Status