Home / Horor / Belenggu Rumah Darah / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Belenggu Rumah Darah: Chapter 61 - Chapter 70

120 Chapters

Bab 61 - Keheningan Setelah Badai

Sinar matahari memancar lembut melalui jendela apartemen kecil mereka di kota. Arga duduk di ruang tamu, memandang ke luar jendela dengan pandangan kosong. Di luar, deretan kendaraan berlalu-lalang, orang-orang sibuk menjalani kehidupan mereka tanpa menyadari apa yang baru saja dialami Arga dan Mira. Seolah-olah dunia terus berputar dengan damai, sementara mereka baru saja keluar dari kegelapan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.Di sampingnya, Mira duduk di sofa, menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin. Wajahnya terlihat tenang, tapi Arga tahu di balik ketenangan itu ada sesuatu yang belum benar-benar hilang. Perjalanan mereka ke rumah tua di Desa Sinarjati telah mengubah segalanya. Setelah berhasil memutus kutukan yang membelenggu rumah itu, mereka berharap bisa kembali ke kehidupan normal. Namun, keheningan ini... terasa ganjil, bahkan menyeramkan."Bagaimana tidurmu tadi malam?" tanya Mira tanpa menoleh, memecah keheningan yang membungkus ruangan.
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 62 - Bekas Luka yang Tak Hilang

Pagi di kota itu berjalan seperti biasa, suara klakson mobil, langkah kaki tergesa-gesa, dan hiruk-pikuk jalanan yang tidak pernah tidur. Namun, bagi Arga, semuanya terasa berbeda. Sejak malam mimpi buruk yang membuatnya terbangun dengan teriakan, tubuhnya perlahan-lahan mulai terasa lebih lemah. Setiap gerakan terasa berat, seolah ada sesuatu yang menggerogoti tenaganya, memaksa tubuhnya ke titik kelelahan yang tak dapat dijelaskan.Dia berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap bayangannya sendiri dengan pandangan kosong. Kantung mata yang gelap terlihat jelas di bawah matanya, kulitnya tampak lebih pucat dari biasanya. Tidak ada bekas luka fisik, tetapi Arga merasa seakan-akan tubuhnya sedang hancur dari dalam. Setiap pagi menjadi perjuangan, dan setiap malam… dia merasakan kehadiran itu.Dia menyalakan keran dan membasuh wajahnya dengan air dingin, berharap itu bisa mengusir kelelahan yang menjalar di tubuhnya. Namun, rasa dingin itu hanya menambah kesadar
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 63 - Kembalinya Bisikan

Malam itu terasa lebih gelap dari biasanya. Langit di luar jendela apartemen Arga dan Mira tertutup awan tebal, dan angin malam berembus dengan suara lembut, namun menimbulkan perasaan tidak nyaman. Di dalam kamar, suasana terasa lebih tenang, tapi bukan dalam arti yang menenangkan. Keheningan yang melingkupi ruangan terasa seperti menunggu sesuatu untuk meledak, sesuatu yang hanya bisa dirasakan tapi tak terlihat.Arga terbaring di tempat tidur, matanya terpejam namun pikirannya berkelana. Tubuhnya lelah, namun pikirannya tetap terjaga, mengusik dirinya dari dalam. Setiap kali ia hampir tertidur, ada bisikan yang perlahan muncul di kepalanya—bisikan samar, tapi semakin jelas dengan setiap detik yang berlalu.“Arga…,” suara itu terdengar lembut, melengking tipis seperti suara angin yang menembus celah-celah jendela tua. “Kau harus kembali…”Arga menggeliat, berusaha mengabaikan suara itu, meyakinkan dirinya bahwa ini h
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 64 - Teror di Tempat Baru

Suasana apartemen yang semula menjadi tempat perlindungan bagi Arga dan Mira kini berubah. Rasa damai yang pernah mereka rasakan di tengah hiruk-pikuk kota mulai memudar, digantikan oleh kecemasan yang semakin hari semakin nyata. Keheningan yang biasanya menenangkan terasa berbeda—seolah ada sesuatu yang mengintai, menunggu dalam kegelapan.Malam itu, apartemen terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun tidak ada angin yang masuk melalui jendela. Arga duduk di ruang tamu, matanya terfokus pada cangkir teh yang ada di depannya, meskipun pikirannya melayang jauh, dibalut oleh bisikan-bisikan yang terus menggema di kepalanya.Mira berdiri di dapur, mencuci piring-piring yang tertinggal sejak makan malam, sesekali melirik ke arah Arga. Kegelapan yang mengintai di bawah mata Arga semakin jelas, dan setiap hari, tubuhnya semakin tampak lemah. Mira tahu sesuatu sedang terjadi pada Arga, tetapi semakin mereka mencoba melarikan diri dari teror rumah tua itu, semakin kuat
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 65 - Penglihatan di Malam Hari

Malam di kota itu terasa berbeda bagi Mira. Meskipun apartemen mereka masih terletak di pusat keramaian, kebisingan kendaraan, tawa para pejalan kaki, dan deru kehidupan kota tampak teredam oleh sesuatu yang lebih kelam—sesuatu yang tak terlihat namun terasa begitu nyata. Kegelapan malam bukan lagi hanya sekadar ketiadaan cahaya, melainkan sebuah tempat di mana rahasia dan teror bersembunyi, siap menyergap kapan saja.Mira duduk di sisi tempat tidur, jantungnya berdetak cepat. Arga sudah tertidur, tetapi dia tahu betul bahwa tidur tidak akan membawa ketenangan malam ini. Setiap kali matanya tertutup, dunia lain mengambil alih pikirannya—rumah tua itu, lorong-lorongnya yang dingin dan lembap, dan pintu ruang bawah tanah yang selalu terbuka, mengundangnya masuk.Sejak malam di mana cermin di apartemen mereka pecah, penglihatan ini semakin sering terjadi. Setiap kali dia memejamkan mata, rumah tua itu muncul, meskipun Mira tahu dia jauh dari desa Sinarjati. Te
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 66 - Panggilan Darurat dari Desa

Pagi itu, suasana apartemen Arga dan Mira dipenuhi ketegangan yang tak terlihat. Sejak malam-malam penuh teror mulai menghantui mereka, keheningan di sekitar terasa lebih mencekam. Arga, yang biasanya bangun lebih pagi, kini terbangun dengan mata lelah dan tubuh yang terasa semakin rapuh. Sementara Mira, meskipun telah berusaha keras menjaga ketenangan, tidak bisa menepis kegelisahan yang semakin mendalam setelah penglihatan-penglihatan mencekam yang menghantuinya setiap malam.Di tengah kesibukan pagi, dering telepon yang tiba-tiba memecah keheningan ruangan itu membuat keduanya tersentak. Arga melirik layar telepon yang menunjukkan nomor tak dikenal. Ada keraguan di matanya sebelum dia mengangkatnya."Halo?" Suara Arga terdengar serak, masih belum sepenuhnya bangun.Di ujung telepon, terdengar suara berat yang langsung dikenali Arga—Pak Kusuma. Suaranya terdengar lebih tegang dari biasanya, seolah-olah ada sesuatu yang berat yang ingin dia sampaikan.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 67 - Jejak yang Kembali

Mobil yang dikendarai Arga dan Mira berhenti di depan gerbang kayu Desa Sinarjati yang tampak sunyi. Hutan lebat di sekitar desa berdesir pelan, seolah menyembunyikan rahasia kelam di balik bayang-bayangnya. Udara dingin menyusup melalui celah jendela, membawa serta aroma lembab dan tanah basah yang terasa asing dan mengancam. Perasaan aneh menggantung di udara, seolah-olah desa itu menunggu kedatangan mereka dengan keheningan yang menakutkan.Mira duduk diam di samping Arga, matanya menatap ke depan, menuju jalan setapak yang mengarah ke rumah tua yang menjadi pusat dari segala teror yang mereka alami. Mereka telah kembali ke tempat di mana mimpi buruk mereka dimulai, dan meskipun keduanya tidak mengatakannya, ketakutan itu jelas terlihat di wajah mereka."Apa kau siap?" tanya Arga, suaranya pelan tapi penuh dengan ketegangan yang dia coba sembunyikan.Mira mengangguk, meskipun jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. "Tidak ada pilihan lain," balasnya. "
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 68 - Kehilangan Laras

Pagi di Desa Sinarjati tampak suram, meskipun sinar matahari berusaha menembus kabut tipis yang melayang di atas pepohonan. Suasana di desa terasa semakin aneh sejak kedatangan Arga dan Mira kembali ke rumah tua itu. Penduduk desa, yang biasanya menjalani kehidupan sederhana, kini dihantui oleh kecemasan dan ketakutan yang tak terucapkan.Desas-desus mulai menyebar dengan cepat, berbisik dari mulut ke mulut tentang kejadian-kejadian aneh yang kembali mengusik desa. Dan hari itu, berita paling mengejutkan datang: Laras menghilang.Laras, gadis pendiam yang selama ini tinggal di desa dan dikenal memiliki hubungan misterius dengan rumah tua itu, tidak terlihat lagi sejak pagi. Pencarian dilakukan oleh beberapa warga desa, tetapi jejaknya seolah lenyap begitu saja. Tidak ada tanda-tanda perlawanan, tidak ada barang-barang yang tertinggal. Laras seakan ditelan bumi.Pak Kusuma, yang selama ini menjadi penasehat bagi penduduk desa, memandang kejadian ini dengan tatapa
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 69 - Bayangan di Tengah Hari

Sinar matahari yang biasanya terasa hangat di desa Sinarjati hari itu tampak suram, seolah-olah tertahan oleh sesuatu yang tak terlihat. Meski langit cerah, ada aura aneh yang menggantung di udara, seperti jaring halus yang membentang di antara realitas dan mimpi buruk. Batas antara siang dan malam, yang seharusnya jelas, kini terasa kabur.Arga berdiri di luar rumah Pak Kusuma, memandang langit dengan alis berkerut. Siang hari biasanya menjadi waktu istirahat dari teror yang menghantui mereka di malam hari, namun akhir-akhir ini, Arga merasa sesuatu berubah. Matahari mungkin bersinar di langit, tapi di dalam dirinya, ada kegelapan yang terus merayap—bayangan yang mengikuti kemanapun ia pergi, meskipun hari masih terang benderang.Pikirannya berkelana kembali ke kejadian malam sebelumnya. Laras, yang mereka temukan di ruang bawah tanah rumah tua itu, kini berada dalam kondisi yang tak bisa dijelaskan. Tubuhnya hidup, tapi jiwanya tampak telah direnggut oleh sesua
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 70 - Pintu yang Tak Pernah Tertutup

Angin siang yang semula lembut kini berhembus lebih kencang saat Arga dan Mira berdiri di ambang pintu utama rumah tua itu. Pintu besar dari kayu yang dulu tampak tua dan rapuh kini terasa seperti mulut raksasa yang menganga, mengundang mereka untuk masuk. Suara derit pintu yang terbuka lebar membuat bulu kuduk mereka merinding. Di baliknya, kegelapan tampak bergerak, seperti sesuatu yang hidup di dalamnya.Mira menoleh ke Arga, matanya dipenuhi dengan ketakutan yang terpendam. "Setiap kali kita kembali ke sini, rasanya rumah ini semakin kuat. Seolah-olah ada sesuatu yang tumbuh di dalamnya."Arga mengangguk pelan, menahan napas saat melihat pintu yang terus terbuka, meski seharusnya mereka sudah menutupnya beberapa kali. "Rumah ini tidak pernah menginginkan kita pergi. Sejak awal, pintu itu tidak pernah benar-benar tertutup."Setelah penjelasan panjang Pak Kusuma tentang hubungan Laras dengan roh-roh di dalam rumah itu, Arga dan Mira tahu bahwa setiap langkah y
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status