Home / Horor / Belenggu Rumah Darah / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Belenggu Rumah Darah: Chapter 51 - Chapter 60

120 Chapters

Bab 51 - Malam Pengorbanan

Langit malam di atas Desa Sinarjati tampak gelap pekat, tanpa ada satu pun bintang yang berani menampakkan dirinya. Angin berhembus dengan lembut namun dinginnya menusuk tulang. Di sekitar rumah tua itu, suasana semakin mencekam, seperti ada sesuatu yang tengah bersembunyi di balik bayang-bayang gelap. Arga memandangi rumah di depannya dengan sorot mata penuh ketegangan, sementara Mira berdiri di sebelahnya, menggigit bibir, menahan kegelisahan yang semakin merayap di dadanya."Ini gila," gumam Mira, suaranya hampir tenggelam oleh angin malam yang berhembus. "Aku tidak pernah membayangkan hal ini nyata. Ritual ini... apa yang sebenarnya mereka lakukan?"Arga menghela napas, mencoba menenangkan diri. "Kita akan cari tahu. Kita tidak bisa hanya berdiri di sini."Tiba-tiba, sebuah suara aneh datang dari dalam rumah—seperti bisikan yang terbawa angin, suara samar yang memanggil-manggil dari balik dinding-dinding usang rumah itu. Arga dan Mira saling bertukar p
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 52 - Teror di Loteng

Cahaya remang-remang senter yang berkedip di tangan Arga perlahan mulai kembali menyala, namun suasana di dalam rumah itu tetap terasa berat, seperti diliputi kabut hitam yang mencekik. Mira berdiri gemetar di sampingnya, matanya masih terpaku pada bayangan-bayangan gelap yang seakan menyusup ke setiap sudut rumah. Pak Kusuma kini duduk terdiam, tubuhnya seperti kehilangan kekuatan, dan hanya menatap lantai dengan mata kosong. Ritual itu telah memanggil sesuatu, dan mereka semua merasakannya."Kita benar-benar harus pergi sekarang," Mira mendesak, suaranya serak karena panik yang ditekan-tekan. "Ada sesuatu di sini, Arga... sesuatu yang bukan dari dunia kita."Namun, Arga tidak menjawab. Pikirannya terus berputar, mencoba mencari penjelasan rasional di tengah kekacauan yang dia saksikan. Tapi saat dia mendongak ke arah langit-langit, mendadak sebuah suara menggelegar di atas mereka—suara langkah kaki berat, seperti ada seseorang berjalan di loteng."Siapa lagi y
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 53 - Kutukan yang Kembali

Malam yang terasa sangat panjang akhirnya berlalu, namun rasa cemas tidak pergi meninggalkan mereka. Matahari baru saja terbit di langit timur, tapi sinarnya terasa hampa, seolah-olah pagi itu tidak mampu membawa kehangatan yang biasa menyertai datangnya hari baru. Arga dan Mira duduk di teras depan rumah tua itu, kelelahan, dengan napas yang masih tersengal-sengal. Dada mereka terasa sesak, bukan hanya karena keletihan fisik, tetapi juga oleh rasa takut yang masih menghantui."Kita harus pergi dari sini, Arga," kata Mira dengan suara rendah. Matanya sayu, wajahnya pucat, seakan-akan dia tidak tidur sama sekali. "Rumah ini bukan tempat yang seharusnya kita tempati."Arga hanya mengangguk pelan, terlalu lelah untuk berbicara. Semalaman penuh mereka dihantui oleh kejadian aneh di loteng, dan meskipun mereka berhasil keluar dengan selamat, mereka tahu sesuatu telah berubah. Suasana di sekitar rumah itu menjadi lebih berat, lebih gelap. Seperti ada sesuatu yang menunggu di
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 54 - Pengkhianatan Laras

Laras berdiri diam di tengah-tengah ruangan, dikelilingi oleh aura gelap yang hampir tak terlihat namun begitu nyata terasa. Ekspresi kebenciannya menusuk, mengiris setiap suasana di sekitarnya. Mira merasakan dinginnya udara semakin mencekam, dan tatapan Laras yang sekarang begitu dingin dan penuh kebencian, sama sekali berbeda dengan Laras yang mereka kenal sebelumnya—gadis pendiam dan gelisah yang dulu sering mereka lihat."Laras," kata Mira dengan nada hati-hati, mencoba menjangkau gadis itu. "Ini bukan dirimu. Kekuatan gelap di rumah ini sedang mengendalikamu. Kita bisa membantumu, kau tidak harus melakukan ini."Namun Laras tidak merespons kata-kata Mira. Tatapannya hanya terpaku pada Arga, yang kini masih terbaring lemas di lantai dengan napas terengah-engah, tubuhnya semakin kehilangan tenaga. Mata Laras berkilat-kilat dalam cahaya suram yang memantul dari jendela rumah tua itu, dan Mira tahu gadis itu kini benar-benar telah berubah."Apa yang harus diba
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Bab 55 - Perjanjian dengan Kegelapan

Kematian Bram meninggalkan kehampaan yang mencekam di dalam rumah tua itu. Keheningan yang menyusulnya terasa lebih berat daripada sebelumnya, seperti sesuatu yang tak terlihat tengah menunggu untuk bergerak lagi, mengintai mereka semua dari balik bayang-bayang. Arga berdiri di sudut ruangan bawah tanah, memandangi tubuh sahabatnya yang kini terbujur kaku di lantai dingin. Tubuhnya masih bergetar lemah, sisa dari kutukan yang perlahan merongrong kekuatannya.Mira duduk di samping tubuh Bram, matanya kosong, tak mampu lagi menahan air mata. Ia merasakan dadanya begitu sesak, tetapi tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Kematian Bram datang begitu tiba-tiba, dan cara dia meninggal menambah rasa horor yang tak terungkapkan.Pak Kusuma berdiri tak jauh dari mereka, wajahnya tampak semakin suram. Dalam tatapannya, ada rasa penyesalan, tapi juga pemahaman mendalam akan kegelapan yang kini menyelimuti rumah ini. "Ini baru awal," katanya pelan, suaranya terdengar lebih berat dar
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 56 - Korban Pertama

Malam turun dengan cepat, seakan-akan alam sendiri berpihak pada kegelapan yang menyelimuti rumah tua itu. Udara dingin merayap masuk, membawa serta aroma basah yang aneh, seperti tanah yang baru digali. Di luar, suara jangkrik yang biasa menemani malam hening di desa Sinarjati menghilang, meninggalkan keheningan yang begitu menyesakkan.Arga berdiri di dekat jendela ruang tamu, menatap ke arah hutan yang membentang di kejauhan. Hatinya kacau, pikirannya penuh dengan bayangan-bayangan yang menakutkan. Kematian Bram masih menghantui setiap sudut benaknya, tapi lebih dari itu, pilihan yang ada di depannya terasa jauh lebih mengerikan.Di belakangnya, Mira duduk dengan wajah yang tak kalah muram. Dia sudah terlalu lelah untuk menangis, tapi kesedihan dan ketakutan tampak jelas di setiap gerakannya. Cahaya lilin yang redup menerangi wajahnya, menyoroti sorot matanya yang sayu. Pak Kusuma duduk tak jauh dari mereka, diam seperti patung, mengamati dengan pandangan yang sulit
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 57 - Pintu ke Dunia Lain

Pintu kayu tua itu mengeluarkan suara decitan panjang, seakan mengeluh saat Arga mendorongnya perlahan. Di balik pintu tersebut, terhampar sebuah ruang bawah tanah yang lembab dan gelap, yang entah bagaimana selama ini tersembunyi dari pandangannya. Udara di sana lebih dingin dari sebelumnya, membuat napas Arga terlihat jelas di udara. Mata Arga menyipit, mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan di depannya, namun kegelapan itu tampak tak terpecahkan. Ruangan di bawah rumah tua ini seolah menyerap cahaya."Cahaya senter mana, Arga?" Mira berbisik dari belakang, suaranya terdengar ragu. Meski Mira dikenal berani, suasana di sini berhasil menggoyahkan ketenangannya. Pak Kusuma berdiri diam di belakang mereka, hanya mengawasi dengan tatapan dingin tanpa suara.Arga meraba sakunya, mengeluarkan senter kecil yang sudah lama dia bawa. Senter itu menyala dengan lemah, cahayanya bergetar seperti takut menyentuh dinding ruangan yang gelap. Cahaya senter menyapu lantai yang le
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 58 - Perebutan Jiwa

Kegelapan yang menyelimuti Arga seakan tidak memiliki akhir. Tidak ada suara, tidak ada cahaya, hanya kehampaan yang terasa semakin menekan, seolah-olah seluruh tubuhnya tenggelam di dalam lubang tak berdasar. Seketika, sebuah suara terdengar di kejauhan, suara rintihan, seperti napas yang tersisa dari jiwa-jiwa yang hilang. Semakin lama suara itu semakin dekat, mengelilinginya."Arga..."Panggilan itu terdengar lirih, menggema di dalam pikirannya. Suara itu penuh dengan kesedihan dan penyesalan, namun sekaligus menakutkan. Arga mencoba membuka mata, tapi yang dia lihat hanya kabut kelam yang berputar-putar di sekelilingnya. Dia merasakan tubuhnya ditarik ke segala arah, seperti ratusan tangan tak kasat mata meraih, mencengkeramnya dari segala sudut."Jiwamu... milik kami..." Suara itu kini lebih jelas, lebih tajam.Arga mencoba bergerak, melawan kekuatan yang menahannya, namun tubuhnya terasa lemah, seperti energinya disedot perlahan. Dia berusaha bernap
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Bab 59 - Pertempuran Akhir

Udara di dalam rumah tua itu semakin berat, seolah seluruh bangunan bernapas dengan ritme kematian. Suara-suara aneh yang selama ini hanya terdengar sebagai bisikan samar kini mengeras menjadi jeritan dan tawa jahat. Papan-papan kayu berderit, dinding-dinding bergetar, dan bayangan-bayangan aneh menari di bawah sorotan cahaya lilin yang hampir padam. Setiap inci dari rumah itu terasa hidup, siap melahap siapa pun yang berani bertahan di dalamnya.Arga berdiri dengan tubuh gemetar, tapi bukan karena ketakutan, melainkan karena rasa lelah yang luar biasa setelah apa yang baru saja dialaminya. Jiwanya seolah-olah telah terhisap oleh kegelapan, dan baru saja kembali dari ambang kehancuran total. Namun, dia tahu ini belum selesai. Apa yang menunggu di balik malam ini lebih besar dan lebih mengerikan dari semua teror yang mereka alami sebelumnya.Mira berada di sampingnya, wajahnya pucat tetapi tekadnya terpancar jelas di matanya. Pak Kusuma berdiri sedikit di belakang merek
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 60 - Pembebasan Rumah Darah

Rumah tua itu berdiri sunyi di tengah malam yang pekat, hanya diterangi oleh cahaya bulan yang suram. Bayangan-bayangan pepohonan di sekitarnya memanjang, menutupi dinding-dinding retak yang penuh dengan sejarah kelam. Angin berembus lembut, membawa serta aroma tanah basah dan kematian yang sudah lama berdiam di dalam rumah tersebut. Tidak ada lagi bisikan arwah, tidak ada lagi jeritan atau tawa jahat yang menghantui malam. Tapi rumah itu belum benar-benar bebas.Arga duduk bersandar pada dinding, napasnya berat dan tubuhnya penuh luka. Di sampingnya, Mira berbaring dengan mata setengah tertutup, kelelahan telah mengambil alih tubuhnya. Pertarungan melawan roh-roh yang menguasai rumah ini telah selesai, tetapi harga yang mereka bayar begitu tinggi. Pak Kusuma, yang terbaring tak jauh dari mereka, masih tidak sadarkan diri, meskipun napasnya perlahan mulai stabil."Kita sudah melawan mereka, tapi ini belum berakhir, kan?" Mira berbisik, suaranya lemah namun masih penuh
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status