Semua Bab Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!: Bab 151 - Bab 160

190 Bab

151. Fakta Enam Tahun Lalu

“Sepertinya Ibu Bos kita sedang sibuk sekali hari ini.”“Oh? Marshall?! Sejak kapan kamu di sini?” Yara yang baru saja keluar dari ruang meeting, terkejut melihat Marshall sudah menunggunya di ruang tamu.“Baru sekitar....” Marshall melirik arloji sesaat. “Lima menit? Nggak terlalu lama.” Ia berdecak lidah sambil berdiri mendekati Yara. “Mentang-mentang sudah ketemu Oliver, kamu jadi melupakanku sekarang, Yara?”Yara memutar bola matanya malas. “Bukan begitu,” sanggahnya, “aku sibuk akhir-akhir ini, untuk mengurus persiapan acara ulang tahun The Luxe Hotels. Ah, ngomong-ngomong, ayo kita ngobrol di ruanganku.”Yara berjalan mendahului, dan Marshall mensejajarkan langkahnya dengan Yara. “The Luxe Hotels? Mereka jadi menggunakan konsep yang kamu tawarkan?”“Hm. Padahal awalnya CEO mereka bersikeras menolak dan ingin menentang konsep yang aku tawarkan.” Yara mendengus pelan kala mengingat perdebatannya dengan Oliver kala itu.“Waah... Oliver benar-benar tergila-gila padamu. Dia sampai ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

152. Pengkhianat

Beberapa saat yang lalu. Oliver merindukan Yara. Ia rindu kata-kata ketusnya. Rindu tatapan tajamnya yang menggemaskan. Dan rindu segala hal tentang Yara. Sambil bersiul dan memainkan kunci mobil di tangannya, Oliver berjalan menuju lobi Infinity Events. Jantungnya selalu berdebar-debar setiap kali ia akan menemui wanita pujaan hatinya itu. Oliver tersenyum sendiri, tanpa memedulikan sapaan resepsionis. Ia penasaran, kira-kira ekspresi seperti apa yang akan ditunjukkan Yara padanya hari ini? Tiba di lantai dua, tepatnya di depan ruangan Yara, Oliver tidak melihat kehadiran sekretaris Yara di mejanya. Jadi ia tidak perlu lapor pada Yara—seperti biasa, dan memilih menerobos memasuki pintu yang terbuka sedikit itu. Namun, saat Oliver akan mendorong pintu tersebut, ia mendengar suara seorang lelaki di dalam sana yang tidak terdengar jelas apa yang sedang dibicarakannya. Sinyal api cemburu Oliver tiba-tiba menyala. Ia berhenti melangkah di dekat pintu sambil menajamkan pendengaranny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

153. Saling Mencintai

“Maafkan aku.” Yara menundukkan kepalanya di hadapan Marshall, memandangi jari jemarinya yang saling meremas dengan gugup dan gelisah. “Gara-gara aku... hubungan kalian jadi rusak.” Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menghalau air matanya yang hampir jatuh. Melihat Oliver pergi dengan penuh kekecewaan, membuat hati Yara terasa sakit. “Sekali lagi aku minta maaf, aku janji akan—““Nggak perlu minta maaf, Yara,” potong Marshall dengan tenang.Namun, Yara yakin hati Marshall tidak setenang yang nampak di permukaan.“Aku yang memutuskan membantumu waktu itu,” lanjut Marshall lagi. “Dari awal aku memutuskan untuk membantu, aku memang sudah tahu konsekuensinya akan seperti ini. Jadi kamu nggak perlu menyalahkan diri sendiri.”Yara menggigit bibirnya yang bergetar. Pikirannya terasa kacau balau. Kenapa Oliver harus datang di waktu yang tidak tepat?“Tetap saja....” Yara mengembuskan napas dengan berat. “Aku merasa bersalah. ini semua terjadi karena keegosanku. Andai aku nggak pergi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

154. Cemburu

Yara berdiri di belakang panggung dengan clipboard di tangan, dan earphone di telinga. Sebagai ketua tim event organizer dari Infinity Events, Yara memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan acara ulang tahun The Luxe Hotels malam itu berjalan tanpa cela.“Tim dekorasi, pastikan centerpieces di semua meja sudah dipasang dengan benar. Jangan lupa, bunga lili putih di meja VIP!” ujar Yara melalui earphone, nada suaranya terdengar tegas dan profesional.“Iya, Bu Yara, sudah dicek ulang,” jawab salah satu staf dari seberang.Yara berbalik ke arah layar monitor yang menampilkan tampilan kamera dari berbagai sudut ballroom. Ia memeriksa satu per satu detail—penerangan, kursi tamu, panggung utama, dan tata letak makanan. Semua harus sempurna.Setelah memastikan semuanya telah siap dan sempurna, Yara menghela napas lega. Ia masih memandangi monitor, para tamu undangan saling berdatangan.Dan melihat para tamu yang mengenakan tuksedo hitam, mengingatkan Yara akan sosok Oliver.“Apa dia aka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

155. Senyum-Senyum Sendiri

‘Fokus, Yara! Fokus!’ batin Yara sambil menepuk pipinya pelan, berusaha memfokuskan dirinya yang tiba-tiba menjadi buyar setelah melihat Oliver cipika-cipiki dengan wanita lain. Meskipun sebenarnya si wanita yang nyosor lebih dulu, tapi melihat Oliver yang hanya diam saja membuat Yara diserang perasaan kesal dan... cemburu. Cemburu? Astaga... Yara mendengus pelan, enggan mengakui perasaannya yang menurutnya sungguh memalukan. Tepat pukul delapan malam acara pun dimulai. Yara mengawasi jalannya acara di belakang backstage sambil menatap layar monitor. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa tatapan Yara terus tertuju pada Oliver di meja VIP melalui layar monitor tersebut. Kini, si wanita yang tadi nyosor-nyosor itu duduk satu meja dengan Oliver dan dua lelaki lainnya. Yara menyembunyikan perasaannya, dan berusaha tetap profesional.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

156. Berlutut

Yara melangkah tergesa-gesa kembali ke ballroom dengan perasaan cemburu yang sulit ia sembunyikan. Begitu tiba di ballroom, Yara langsung mengalihkan fokusnya ke pekerjaan. Ia memberi instruksi pada staf melalui earphone untuk mengganti centerpiece di meja VIP sambil memastikan semuanya berjalan lancar. Namun, pikirannya terusik oleh kata-kata dan tindakan Oliver. ‘Kenapa dia tersenyum seperti itu? Apa dia tidak merasa bersalah sedikit pun?’ gumamnya dalam hati. Yara terus berjalan, melewati kerumunan para tamu. Namun, tiba-tiba, seseorang dari belakang menariknya. Dan dalam sekejap mata, tubuhnya berputar, lalu membentur sesuatu yang keras. Yara berada dalam pelukan seseorang. Yara terhenyak. Tanpa perlu menatap wajahnya, ia tahu melalui aroma parfumnya yang khas, orang yang memeluknya itu adalah Oliver. “Maafkan aku karena aku nggak menepati janji padamu dan anak-ana
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

157. Di Tengah Pesta

Dan kemudian, tanpa peringatan, Oliver menunduk. Bibirnya menyentuh bibir Yara—awal yang lembut, hati-hati, seperti meminta izin. Namun, seiring detik yang berlalu, ciuman itu berubah. Lebih dalam, lebih kuat, penuh kerinduan yang terpendam.Yara terkejut pada awalnya. Tapi tubuhnya perlahan merespons. Tangannya yang awalnya mengepal di sisi tubuhnya, bergerak naik, mencengkeram ujung jas Oliver. Dadanya naik turun, mencoba mengatur napas yang kini semakin tidak teratur.Jantungnya berdebar begitu kencang hingga ia yakin Oliver bisa merasakannya. Getaran itu terlalu kuat untuk diabaikan. Ketika Oliver memperdalam ciumannya, Yara merasakan sesuatu yang aneh menggelegak di dalam dirinya—seperti gelombang hangat yang membanjiri setiap inci tubuhnya.Ciuman itu bukan sekadar sentuhan bibir. Itu adalah pernyataan, janji yang tidak terucap, dan juga penyesalan yang terdalam. Oliver tidak hanya mencium, ia memohon, mengungk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

158. Pagi Yang Berbeda

Ada yang berbeda dengan pagi Yara hari ini. Biasanya, hanya wajah si kembar yang ia dapati di sisi kiri dan kanannya ketika ia bangun tidur. Namun, pagi ini tampak lain. Ada satu wajah baru yang tengah terlelap di antara anak-anak mereka. Yara mengerjapkan matanya berkali-kali. Berharap ini bukan mimpi. Kedua anaknya memeluk Oliver, dengan menjadikan kedua lengan Oliver sebagai bantal kepala mereka. Yara bisa memastikan saat bangun nanti Oliver akan merasakan tangannya kram. Setelah cukup puas memandangi wajah Oliver, Yara perlahan bangkit dan turun dari tempat tidur. Ia masuk ke kamar mandi, menggosok gigi dan mencuci wajah. Sebelum akhirnya ia turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan ketiga orang yang masih terlelap tidur itu. Ia membuka kulkas dan mulai mengambil bahan-bahan untuk sarapan. Telur, sosis, roti, dan beberapa sayuran segar. Ketika ia memotong sayur, senyumnya terkembang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

159. Ketulusan

“Kami nggak ada hubungan apa-apa,” jawab Yara dengan penuh keyakinan. “Dan nggak pernah ada hubungan sama sekali.” Jawaban Yara tak lantas membuat Oliver berhenti di situ saja. Pria itu menatap Yara penuh selidik. “Di mana kamu mengenal dia? Apa saat kamu di Swiss?” Yara tersentak mendengar pertanyaan terakhir Oliver. “Kamu tahu aku selama ini di Swiss?” “Ya, akhirnya tahu.” Oliver tersenyum getir. “Walaupun terlambat. Andai aku tahu dari awal kalau kamu bersembunyi di Swiss, aku nggak akan membiarkanmu pergi terlalu lama.” Ia menghela napas berat tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah wanita pujaan hatinya yang telah lama ia rindukan itu. Yara menggigit bibirnya, menunduk sesaat, jemarinya mencengkeram kaos di pinggang Oliver. “Maafkan aku Oliver,” ucapnya dengan penuh penyesalan. “Karena aku pergi tanpa memberi kamu kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Dan....” Yara menjeda kalimatnya dengan helaan napas berat. “Dan aku bersembunyi melibatkan Marshall. Maaf aku sudah membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

160. Main Basket Bersama

Yara mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda, matanya berbinar saat menatap lapangan basket terbuka—tempat terakhir kali Oliver membawanya kemari beberapa hari yang lalu.Oliver sudah berdiri di tengah lapangan dengan bola basket di tangannya, senyuman jahil menghiasi wajahnya.“Siap kalah, Nona Zettira?” tantang Oliver, melempar bola ke udara dengan gaya penuh percaya diri.Yara melipat tangan di depan dada, menatapnya dengan tatapan tidak terima. “Kalah? Jangan mimpi, Tuan William. Aku ini jagoan di lapangan basket sejak SMA!”“Kalau begitu, tunjukkan keahlianmu,” ucap Oliver sambil memantulkan bola beberapa kali, lalu mengarahkannya ke Yara. “Kita satu lawan satu. Sampai sepuluh poin. Yang kalah bikin makan malam.”“Deal!” Yara segera menangkap bola dengan semangat. Ia memantulkan bola beberapa kali sebelum mulai bergerak ke kanan, mencoba mengelabui Oliver. Namun, pria itu dengan mudah menghadang langkahnya.“Ke kanan? Terlalu mudah ditebak,” goda Oliver sambil tersenyum lebar.“Ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status