All Chapters of Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!: Chapter 131 - Chapter 140

190 Chapters

131. Berdua

Pria itu terpaku setelah menyerahkan berkas-berkas yang ia kumpulkan kepada Yara. Yara segera berdiri, berusaha menenangkan dirinya meskipun rasa gugup mulai merayap. “Terima kasih,” ucap Yara pelan, suaranya terdengar sedikit bergetar. Bertemu lagi dengan pria yang menorehkan luka di masa lalu membuat Yara merasakan dunianya berhenti berputar sesaat. Detik itu juga Yara pergi meninggalkan Oliver yang masih membeku di tempatnya berdiri. Yara melangkah cepat, menaiki tangga darurat menuju lantai empat. Napasnya terengah-engah saat ia tiba di depan pintu ruang meeting. Yara berusaha mengatur napasnya seraya memegangi dada. “Kenapa harus ketemu lagi?” gumam Yara pada dirinya sendiri. “Kenapa dia ada di sini? Kenapa harus sekarang?” Mata Yara terasa memanas. Luka lama yang belum mengering itu kembali menganga. “Bu Yara?” pa
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

132. Apa Kamu Bahagia?

“Jadi....” Oliver mendekati Yara, berdiri di samping kursi Yara dengan tatapan yang masih sulit diartikan. “Apa alasan sebenarnya Anda memilih konsep yang, menurut saya, terlalu sederhana untuk acara sebesar ini... Nona Yara?”Yara tersentak ketika Oliver memutar kursi yang ia duduki, hingga mereka saling berhadapan. Oliver menaruh kedua tangannya di lengan kursi, mengungkung Yara yang semakin merasa panik dan jantung yang berdegup kencang.Yara memundurkan punggungnya hingga bersandar pada sandaran kursi. “Bukankah jarak kita terlalu dekat, Tuan Oliver? Tolong jauhkan badan Anda.” Yara tiba-tiba lupa bagaimana caranya bernapas. Aroma woody itu masih sama seperti dulu, membuat ingatan masa lalu mereka seketika memenuhi kepala Yara.Oliver tetap bergeming, merundukan badannya dengan tangan masih bertumpu pada lengan kursi.Meski hatinya terasa tak karuan, Yara tetap mencoba profesional dengan berkat
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

133. Tidak Akan Melepaskanmu

Yara berjalan dengan langkah cepat sambil berusaha menahan air mata agar tidak tumpah.Tiba di luar lobi hotel, ia menghentikan langkahnya. Satu tangannya bertumpu pada pilar, sementara tangan yang lain memegangi dada yang tengah bernapas naik turun. Dadanya terasa sesak.Ia berusaha menghirup oksigen dalam-dalam dengan mata yang memanas.Bertemu dengan Oliver seperti membuka kembali kenangan lama yang berusaha ia kubur dalam-dalam.Susah payah selama enam tahun ia menghindar, kenapa sekarang harus dipertemukan kembali? Setelah dirasa dadanya mulai melonggar, ia berjalan dengan gontai menuju mobilnya di parkiran. Tangannya yang gemetar berusaha mencari kunci di dalam tas. Hingga kunci itu terjatuh setelah ia menemukannya. “Kenapa harus sekarang?” bisik Yara pada dirinya sendiri sambil memunguti kunci tersebut. Yara membuka pintu mobil, mendaratkan pantatnya di belakang kemudi. Ia mengusap wajahnya dengan kasar sambil mengerang frustrasi. Lalu jemarinya berhenti pada bibirnya. Cium
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

134. Bertemu Anak Kembar

Oliver berdiri di depan bangunan dua tingkat bergaya minimalis. Bangunan itu terlihat seperti masih baru. Tulisan Infinity Events terukir di sudut kanan atas bangunan berbentuk kubus itu. Model bangunan tersebut persis seperti selera Yara, pikir Oliver. Kedua sudut bibir Oliver terangkat. Dan mungkin itu senyuman tulus pertama yang ia sunggingkan selama beberapa tahun terakhir. Oliver mengembuskan napas, ia harus berjuang menenangkan diri karena jantungnya berdetak tak karuan. Sebelum akhirnya ia melangkahkan kakinya memasuki lobi Infinity Events. Saat Oliver membuka pintu, tidak ada orang di meja resepsionis. Lobi itu terlihat kosong selain ada seorang anak kecil perempuan, yang sedang menari berputar-putar sambil menyanyikan lagu “Do You Wanna Build A Snowman”. Tampak kerutan di kening Oliver. Ia merasa seperti pernah bertemu dengan anak itu.
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

135. Aku Masih Suamimu

Yara berkacak pinggang sembari mengembuskan napas melihat bekal kedua anaknya yang masih tergeletak di meja. Tadi ia meminta tolong Arthur agar memanggil Airell untuk makan siang, tapi sampai saat ini Arthur belum kembali dan Airell pun tidak terlihat batang hidungnya. Kemarin sore Arthur sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dan untuk memberi hiburan pada anak itu, hari ini Yara membolehkan anak-anaknya ikut dengannya ke kantor Infinity Events. “Anak-anak itu susah sekali kalau disuruh makan,” gerutu Yara sambil geleng-geleng kepala. Lalu ia keluar dari ruangan kerjanya untuk mencari Arthur dan Airell. Ia menuruni tangga dengan langkah anggun dan penuh percaya diri. Sampai saat ini Yara lebih suka memakai flat shoes ketimbang high heels. Yara sudah bisa menebak bahwa si kembar berada di lobi, sebab tempat itu adalah tempat kesukaan mereka selain taman kecil di
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

136. Daddy Kalian

“A-apa maksudmu?” Yara tersentak kala mendengar ucapan Oliver barusan.Apa pria itu bilang?Tidak pernah menceraikannya? Kenapa bisa?“Aku bilang....” Oliver menjeda kalimatnya seraya mendekatkan wajah mereka. Namun, Yara segera memalingkan muka ke samping saat bibir mereka nyaris bertemu. Bibir Oliver kini berakhir di pipi Yara. Oliver mendekatkan bibirnya ke telinga Yara, berbisik, “Aku nggak pernah menceraikanmu, Yara. Surat gugatan cerai darimu nggak pernah aku tandatangani dan kata cerai belum keluar dari mulutku.”Raut muka Yara seketika berubah menegang. Ia mendorong dada Oliver keras-keras hingga pria itu berhasil mundur dari hadapannya. Mata Yara menatap Oliver dengan tajam. Lalu mendengus kasar.“Jangan membohongiku, Oliver,” desis Yara, “kamu sudah bahagia dengan Zara, seharusnya kamu sudah menceraikanku karena aku dan Zara kakak beradik yang nggak boleh kamu nikahi secara bersamaan!”Satu sudut bibir Oliver kembali terangkat. Ia merogoh saku jas bagian dalamnya dan mengelu
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

137. Penolakan

“Oliver...!” desis Yara seraya menatap Oliver dengan tatapan tajam. Ia tak setuju dengan ide Oliver yang langsung mengakui siapa dirinya di hadapan Arthur dan Airell.“Daddy?” Arthur tiba-tiba bertanya sambil menelengkan kepala. “Jadi Uncle adalah daddy kami?”Yara tertegun menatap bagaimana raut muka putranya yang penuh harap itu. Lalu Yara menatap Oliver dan berbisik dengan tajam, “Ingat, Oliver. Mereka anak-anakku! Kamu nggak berhak ikut campur urusan kami.”Oliver langsung menoleh. Dan seketika itu juga Yara menyesal telah mendekatkan bibirnya ke telinga Oliver, karena saat pria itu menoleh wajah mereka nyaris bertemu.Namun, Oliver tidak memberi tanggapan apapun pada ucapan Yara barusan. Pria itu hanya menatap Yara sambil tersenyum samar. Kemudian Oliver berjongkok di hadapan Arthur dan Airell.“Iya, aku daddy kalian berdua,” ucap Oliver sekali lagi dengan tatapan lembut, ya
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

138. Menjemput Anak-Anak

Marshall terdiam mendengar kata-kata Oliver yang diucapkan dengan nada penuh semangat dan kebahagiaan itu. Ia berusaha mencerna kabar yang baru saja disampaikan sepupunya. Marshall menaruh gitar dan berjalan ke arah balkon kamarnya. Setelah beberapa detik hening, suara Marshall terdengar kembali. “Kamu serius? Yara dan anak-anak?” tanya Marshall memastikan. “Maksudmu—“ “Mereka kembar! Laki-laki dan perempuan,” potong Oliver di seberang sana. “Yara dan anak-anak kami, mereka ada di sini. Aku bahkan memeluk Arthur, maksudku anak laki-lakiku, dia anak pertama. Arthur memanggilku Daddy.” Lagi-lagi Marshall terdiam. Oliver terdengar begitu bahagia menyampaikan kabar tersebut, tanpa tahu bahwa Marshall yang sudah menyembunyikan mereka selama ini. Dan jika Oliver tahu mengenai fakta tersebut, Marshall bisa memastikan sepupunya itu akan murka padanya. Membayangkan ha
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

139. Pulang Denganku, atau....

“Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Oliver?” Yara terkejut kala melihat Oliver berada di hadapan anak-anaknya. Dari mana pria itu tahu sekolahan Arthur dan Airell? Ah, Yara lupa. Oliver adalah orang yang bisa melakukan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Bahkan, jika tanpa bantuan Marshall, Yara mungkin sudah ditemukan di Swiss oleh Oliver sejak beberapa tahun lalu—itupun jika Oliver mencarinya. Namun, Yara tidak yakin pria itu akan mencarinya sampai sedemikian rupa. “Aku ke sini untuk menemui anak-anak kita, dan tentu saja aku juga ingin menemui kamu, Yara.” Kata-kata Oliver mengeluarkan Yara dari keterdiamannya. Ia menatap Arthur dan Airell bersamaan tanpa menghiraukan ucapan Oliver barusan. “Arthur, Airell, ayo pulang. Mommy nggak telat, ‘kan?” “Tidak, Mom,” jawab Airell yang mendadak berubah ceria saat melihat Yara. “Tapi Mommy keduluan sama Daddy,” timpal Arthur. Yara menatap Oliver dengan tatapan dingin, sebelum akhirnya ia membawa anak-anaknya men
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

140. Masih Merindukanmu

“Bunga dari siapa?” Oliver hendak mengambil secarik kertas dari atas bucket bunga mawar tersebut, akan tetapi dengan cepat Yara menepisnya. “Bukan urusanmu,” timpal Yara dengan ketus. Ia lalu beranjak pergi menuju lantai dua, sementara si kembar sudah berlari lebih dulu ke ruangannya. Oliver mengikuti Yara dengan langkah tenang. “Apa bunga itu dari tunanganmu yang tidak sah itu?” Yara mendengus. “Bukankah sudah aku bilang itu bukan urusanmu, Oliver?” tukas Yara sambil terus berjalan dengan cepat demi menghindari Oliver. “Ingat, kamu masih istriku, Yara.” Terdengar ada nada cemburu dalam nada suara Oliver. “Siapapun laki-laki yang kamu anggap tunanganmu, hubungan kalian tetap tidak sah. Itu artinya laki-laki itu sedang berusaha merebut istri milik laki-laki lain. Aku nggak akan tinggal diam.” Yara tidak member
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status