Yara menoleh, menatapi suaminya yang tampak gelisah. Pria itu sesekali mengusap tengkuk, dan sesekali mengembuskan napas berat. Sementara tatapan Oliver tertuju ke arah jalanan. “Oliver, kenapa? Kamu kelihatannya gelisah,” tanya Yara sembari mengusap paha pria itu, yang membuat Oliver seketika menoleh dan tersenyum. Namun, Yara tahu, itu senyum yang dipaksakan. Satu tangan Oliver yang terbebas dari stir, menggenggam tangan Yara lalu mengecup punggung tangannya itu. “Aku khawatir, Sayang,” katanya, “aku kepikiran Airell. Tadi dia kayak yang marah banget sama aku. Apa dia selalu seperti itu kalau telat dijemput?” Oh, karena Airell, pikir Yara. Yara kemudian tersenyum menenangkan. “Dia memang suka merajuk kalau telat dijemput. Tapi harusnya ngambeknya nggak lama, sih. Dibeliin es krim juga ngambeknya hilang.” Tampak kerutan di kening Oliver. “Begitu?” tanyanya, “tapi tadi aku bujuk beli es krim, beli boneka kesukaan dia, dia malah nolak mentah-mentah. Dia juga bilang kalau...
Last Updated : 2025-01-07 Read more