Share

174. Izinkan Aku

last update Last Updated: 2025-01-07 15:52:12
Yara menoleh, menatapi suaminya yang tampak gelisah. Pria itu sesekali mengusap tengkuk, dan sesekali mengembuskan napas berat. Sementara tatapan Oliver tertuju ke arah jalanan.

“Oliver, kenapa? Kamu kelihatannya gelisah,” tanya Yara sembari mengusap paha pria itu, yang membuat Oliver seketika menoleh dan tersenyum.

Namun, Yara tahu, itu senyum yang dipaksakan.

Satu tangan Oliver yang terbebas dari stir, menggenggam tangan Yara lalu mengecup punggung tangannya itu.

“Aku khawatir, Sayang,” katanya, “aku kepikiran Airell. Tadi dia kayak yang marah banget sama aku. Apa dia selalu seperti itu kalau telat dijemput?”

Oh, karena Airell, pikir Yara. Yara kemudian tersenyum menenangkan. “Dia memang suka merajuk kalau telat dijemput. Tapi harusnya ngambeknya nggak lama, sih. Dibeliin es krim juga ngambeknya hilang.”

Tampak kerutan di kening Oliver. “Begitu?” tanyanya, “tapi tadi aku bujuk beli es krim, beli boneka kesukaan dia, dia malah nolak mentah-mentah. Dia juga bilang kalau...
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Ambarwati Ambarwati
leonard sdh gilaa
goodnovel comment avatar
lullaby dreamy
jgn cara jebak mnjebak dong, rada² boring aja kalo diceritain kaya gtu . apalagi kalo Leo krjasamanya antara sm Wanda/wanita yg di pesta wkt itu . Yara kan udh di warning dluan tuh sm Leo ttg gmn kelakuan Oliver . mestinya kalo ada kjadian yg nimpa Oliver ttg suatu skandal, Yara tau itu prbuatan dia
goodnovel comment avatar
Valenka Lamsiam
yara jadi makin pinter bikin oliver makin teryara yara.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   175. Membujuk Airell

    “Nggak mau! Aku nggak mau pindah ke rumah Daddy!” seru Airell dengan bibir merengut, setelah sebelumnya Yara berkata bahwa beberapa hari lagi mereka akan pindah ke rumah baru Oliver.Yara dan Oliver saling bertukar pandangan sesaat. Sebelum akhirnya Oliver berjongkok di hadapan Airell sembari tersenyum lembut. Saat ini mereka berada di toko peralatan rumah tangga yang ada di sebuah mall.“Sayang sekali... padahal Daddy sudah menyiapkan kamar untuk Airell dan Arthur,” ucap Oliver pura-pura kecewa.“Kamar untuk aku, Dad?” timpal Arthur dengan semangat. “Jadi nanti aku akan punya kamar?”“Mm-hm.” Oliver mengangguk. Menatap Arthur dan Airell bergantian. “Nanti kalian akan punya kamar masing-masing. Seperti ini,” kata Oliver sembari menunjukkan foto kamar mereka pada Arthur dan Airell di ponselnya.Kamar itu didesain khusus untuk anak-anak, milik Arthur di desain dengan tema luar angkasa, lengkap dengan wallpaper galaksi, lampu berbentuk planet, dan tempat tidur berbentuk roket. Sedangkan

    Last Updated : 2025-01-08
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   176. Tak Akan Tergantikan

    “Sayang, kenapa Airell mengenali laki-laki itu?” tanya Oliver seraya memperhatikan Airell yang tampak ceria di hadapan Leonard.Yara yang menyadari perubahan raut muka suaminya, memilih menjawab jujur, “Sudah aku bilang ‘kan kalau dia itu klien kami waktu di Swiss?” Ia menggandeng lengan Oliver dan kembali berkata, “Dia sering datang ke kantor, kebetulan aku juga sering bawa anak-anak ke kantor. Dan di situlah mereka bertemu.”“Seberapa dekat hubungan mereka?”“Nggak terlalu dekat sebenarnya.” Yara menghela napas panjang. “Tapi aku nggak ngerti kenapa Airell tiba-tiba terlihat sedekat itu dengan dia.”Tangan Oliver mengepal. Ia lalu menghampiri Leonard dan Airell dengan langkah penuh percaya diri. Yara dan Arthur menyusul di belakangnya.Leonard yang sedang berjongkok di hadapan Airell menyadari kedatangan Oliver. Ia berdiri dan tersenyum ramah pada Oliver dan Yara.“Selamat sore, Tuan Oliver. Kebetulan sekali kita bertemu di sini,” sapa Leonard.“Ya, selamat sore,” balas Oliver tanpa

    Last Updated : 2025-01-08
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   177. Pesan

    Hari ini Oliver tidak bisa menjemput anak-anak karena ada meeting yang tidak bisa ia tinggalkan. Dan, Yara mengerti.Sekarang Yara sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolahan si kembar. Ia meraih tas dari atas sofa, lalu melangkah keluar dari ruangannya dengan terburu-buru karena ia sudah terlambat.Tepat saat Yara akan melajukan kendaraannya dari parkiran mobil, ia tiba-tiba mendapat pesan dari Leonard, yang membuat Yara urung untuk menginjak pedal gas. Terpaksa Yara membuka pesan dari lelaki itu dan perasaannya mulai tidak enak.[Yara, anak-anak sudah bersamaku. Sekarang aku akan mengantar mereka ke Infinity Events.]Membaca pesan tersebut yang disusul dengan foto si kembar di dalam mobil Leonard, Yara pun terkejut. Raut mukanya seketika berubah muram dan ubun-ubunnya terasa mendidih. Ia marah pada Leonard yang bertindak tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu.Dan Yara p

    Last Updated : 2025-01-09
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   178. Meminta Penjelasan

    Yara terdiam sejenak, berusaha mengatur napasnya yang bergemuruh. Ia memilih masuk ke pantry karena di sana tidak ada anak-anaknya. Setibanya ia di pantry yang hening itu, Yara menjatuhkan dirinya di kursi.Lalu dengan tangan yang gemetar, ia mengangkat ponselnya, mencoba mengulangi video tersebut untuk yang kedua kali.Jari Yara berhenti di atas layar, ia memejamkan matanya sesaat, lalu membukanya lagi dan memutar video berdurasi kurang dari satu menit itu.Kini, di dalam layar ponselnya terlihat Oliver yang sedang berjalan, bergandengan tangan dengan Zara di sebuah restoran. Mereka tertawa bersama. Sesekali Oliver mengecup puncak kepala Zara. Dari tanggal yang tertera di sudut kanan bawah layar, video itu diambil sekitar satu tahun yang lalu.“Nggak mungkin... ini pasti salah,” gumam Yara sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia mencoba memperbesar wajah Oliver dan Zara, berharap ia hanya

    Last Updated : 2025-01-09
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   179. Melanjutkan Yang Tertunda

    “Dulu aku pikir, aku mencintai dia, tapi ternyata aku salah.” Oliver tersenyum samar. “Ternyata aku bukan mencintai dia, tapi lebih kepada membalas budi. Kamu tahu? Aku pernah kecelakaan dan hampir kehilangan kesempatan untuk masuk olimpiade nasional. Tapi saat itu Zara—yang aku pikir adalah kamu, menolongku. Salah satu bagian tubuhnya ada yang patah, aku rasa kamu tahu kejadian itu.”Mendengar penjelasan tersebut, Yara pun tertegun. Ia mengangguk pelan. “Iya, aku tahu Zara kecelakaan waktu itu, aku sedang di Malaysia. Tapi aku baru tahu kalau dia kecelakaan karena menyelamatkanmu.”Oliver menghela napasnya dengan berat. Ia mengangkat kedua tangan, menangkup rahang Yara yang mungil di bawah telapak tangannya. “Sejak saat itu, aku berpikir, aku harus menemani dia apapun yang terjadi. Aku merasa bersalah, karena aku yang jadi penyebab dia celaka. Jadi saat itu aku bertekad, bahwa aku akan mendedikasikan hidupku untuk dia.” Ia mengangkat satu sudut bibirnya ke atas sembari mendengus. “Ta

    Last Updated : 2025-01-10
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   180. Katakan Sekali Lagi

    Yara mencintai Oliver. Dan perasaan itu tidak pernah pudar sejak dulu. Jadi, saat Yara memiliki kesempatan untuk bersamanya, Yara tak akan membuang-buang waktu. Ia ingin terus bersama suaminya sepanjang waktu, menggantikan waktu yang telah lama hilang akibat kesalahpahaman di masa lalu dan keegoisan Yara di enam tahun terakhir.Yara tak ingin mengulang kebodohannya dengan mempercayai apa yang dikirimkan Leonard. Ia akan mempercayai Oliver, apapun yang terjadi.Kini, Yara menatap wajah suami tampannya yang berpeluh dengan tatapan penuh damba, seolah menyiratkan betapa banyak cinta yang ia rasakan untuk Oliver.Tanpa menghentikan gerakannya di atas Oliver—yang tengah memegangi pinggangnya, Yara melabuhkan ciuman panas di bibir suaminya dengan rakus. Yara bisa melihat pria itu tersenyum, lalu membalas ciuman Yara dengan sama panas. Desah dan erangan dari mulut keduanya teredam.Sofa panjang yang tengah mereka duduki menjadi saksi bisu percintaan panas mereka sore ini.“Jangan kencang-ken

    Last Updated : 2025-01-10
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   181. Akhirnya Luluh

    “Lucas, aku ingin kamu melakukan beberapa hal yang kuminta,” kata Oliver sembari melepas jas hitam dari tubuh kekarnya. Lalu menyerahkan—setengah melempar, jas tersebut pada Lucas yang berdiri di belakangnya.Dengan sigap Lucas mengambil jas tersebut. “Apa yang harus saya lakukan, Tuan?” tanyanya, sebelum kemudian menggantung jas di standing hanger yang ada di sudut ruangan.“Ada yang mengirim video palsu pada Yara kemarin.” Oliver menggulung lengan kemejanya hingga siku. “Dan aku butuh bukti bahwa video itu palsu.”“Video palsu?” Kening Lucas berkerut bingung.“Ya.” Oliver mengeluarkan ponsel dari saku, lalu menyerahkannya pada Lucas. “Lihat ini. Di dalam video ini ada aku dan Zara, tapi aku tidak pernah bertemu dengan wanita itu di restoran ini. Jelas-jelas video ini hasil rekayasa.”Lucas menerima ponsel tersebut dan menonton videonya sesaat. Setelah itu Lucas mendengarkan rek

    Last Updated : 2025-01-12
  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   182. Rindu

    Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, tapi Oliver tak kunjung pulang. Yara berkali-kali melirik jam dinding, perasaan khawatir mulai merayapi hatinya. Tak biasanya Oliver pulang sampai selarut ini, pikirnya.Tepat di saat yang sama, terdengar deru mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Yara buru-buru menaruh pakaian yang akan ia masukkan ke koper, lalu bergegas membuka pintu.Yara langsung menghela napas lega kala yang ia dapati adalah lelaki yang ia harapkan kedatangannya. Yara tersenyum lebar pada Oliver yang tengah menghampiri. Penampilan pria itu tampak sedikit kusut, tapi hal itu tidak mengurangi ketampanannya.“Oliver, kenapa baru pulang? Aku khawatir terjadi sesuatu pada—“Kata-kata Yara terhenti saat Oliver tiba-tiba menarik pinggangnya dan membungkam mulut Yara dengan bibirnya. Yara seketika lupa bagaimana caranya bernapas saat Oliver menggerakkan bibirnya dengan memberi sedikit penekanan. Lalu Oliver melumatnya dengan rakus seolah-olah bibir Yara adalah sesuatu yan

    Last Updated : 2025-01-12

Latest chapter

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Special Chapter II.

    “Siapa yang kirim bunga untuk Airell?!” seru Oliver dengan galak saat ia mendengar Lisa berbicara dengan kurir yang mengantarkan seikat bunga mawar merah dan menyebut-nyebut nama Airell.Oliver kemudian merebut seikat bunga itu dari tangan Lisa dan membaca pesan yang tertulis dalam secarik kertas.‘Bunga ini memang cantik, tapi kalah cantik sama kamu, Airell. —Ben—‘“Ben? Siapa Ben?” geram Oliver. Berani-beraninya bocah ingusan bernama Ben itu menggombali Airell!“Kenapa, Sayang?” tanya Yara yang baru saja menghampiri suaminya dengan kening berkerut.Oliver menunjukkan bunga itu. “Lihat, Sayang. Ada yang kirim bunga buat Airell. Namanya Ben. Astaga, anak jaman sekarang, pipis aja belum lurus tapi sudah berani menggombali anak orang!”“Hush!” Yara memukul pelan lengan Oliver. “Airell sudah remaja, lho. Kamu lupa?”Justru karena sudah remaja, Oliver jadi semakin protektif pada Airell, begitu pula pada Avery yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.Oliver hendak membuang bunga itu ke te

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Special Chapter I.

    “Sayang, kita mau nambah anak lagi nggak?”“Nggak!” jawab Yara galak. “Tiga aja cukup.”Oliver terkekeh di seberang sana. “Kali aja mau. Aku siap, kok. Kalau aku pulang nanti aku siap nambah anak lagi.”“Idih! Itu sih maunya kamu.” Yara memutar bola matanya malas, lalu ikut tertawa saat Oliver tertawa di ujung telepon.“Kamu nggak tanya kapan aku pulang, gitu? Atau maksa aku pulang?” Suara Oliver terdengar menggoda.“Memangnya kenapa? Kan sudah jelas kamu akan pulang tiga hari lagi.”Yara bangkit dari kursi kerja suaminya. Walaupun sebenarnya ia rindu pada Oliver setelah LDR hampir satu minggu. Namun Yara terlalu gengsi untuk mengakui dan memaksa Oliver pulang. Ia bahkan sering duduk di kursi kerja Oliver demi mengobati rasa rindunya pada pria itu.“Paksa aku pulang, kek. Aku kangen kamu dan anak-anak. Tapi pekerjaan di sini belum selesai.” Oliver terdengar menghela napas panjang. Saat ini ia sedang berada di luar kota untuk perjalanan kantor.Belum sempat Yara menanggapi ucapan suami

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 7. Ending

    Oliver duduk dengan punggung tegak di atas sunbed, netra hitam di balik kacamata hitamnya memperhatikan Yara yang sedang mengajari Avery berjalan tanpa alas kaki di atas pasir pantai. Deburan ombak sesekali terdengar dari kejauhan, diiringi bunyi sekawanan burung camar yang sesekali melintas di udara. “Sial! Apa yang laki-laki itu lakukan?” desis Oliver pada dirinya sendiri saat melihat seorang lelaki tak dikenal menghampiri Yara dan mengajaknya mengobrol. Tidak bisa dibiarkan. Detik itu juga Oliver berdiri, dan sempat bicara pada si kembar Arthur dan Airell yang tengah bermain pasir di sebelahnya, “Arthur, Airell, tunggu di sini sebentar.” Oliver bergegas menghampiri Yara setelah mendapat anggukkan dari kedua anaknya. “Maaf, ada kepentingan apa Anda dengan istri saya?” tanya Oliver pada lelaki itu tanpa basa-basi sambil menekankan kata ‘istri saya’. Lelaki yang hanya mengenakan celana selutut itu tersenyum canggung dan tampak terintimidasi oleh tatapan tajam Oliver. “Oh, t

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 6.

    “Kak Zio!”“Yeay! Kak Zio datang! Aku kangen Kak Zio!”Arthur dan Airell berlari menghampiri Zio. Zio berjongkok, merentangkan kedua tangan dan memeluk si kembar secara bersamaan.“Aku juga kangen kalian,” ucap Zio sambil tertawa bahagia.Arthur yang pertama kali melepaskan diri dari pelukan itu. “Kak Zio, ayo lihat adik aku. Avery cantik, lho!”Mendengar ucapan Arthur, Airell pun cemberut. “Memangnya aku tidak cantik?”“Cantik, sih. Tapi sedikit.” Arthur tertawa jahil.“Arthur...!” rengek Airell dengan bibir yang semakin memberengut.Zio tersenyum dan menggenggam tangan Airell. “Kamu cantik, Airell. Nggak ada yang ngalahin cantiknya kamu.”Mata Airell seketika berbinar-binar. “Sungguh?”“Hm! Aku serius.” Zio mengangguk. “Kalau begitu ayo kita lihat Avery. Di mana dia sekarang?”Airell tersenyum ceria, ia menarik tangan Zio sambil berkata, “Avery lagi sama Daddy. Ayo!”Melihat interaksi mereka bertiga, Yara pun tersenyum penuh haru. Tak bisa dipungkiri bahwa ia pun merindukan Zio.“Zi

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 5.

    “Oliver, kamu baik-baik saja?” Marshall menelengkan kepala, menatap wajah sepupunya yang terdapat lingkaran hitam di bawah matanya. “Kamu sepertinya kurang tidur.”Oliver mengembuskan napas panjang. Ia duduk dengan tegap di sofa, tepat di hadapan Marshall. “Menurutmu aku bisa tidur nyenyak? Setiap malam Avery selalu bangun dan saat siang dia tidur nyenyak.”Avery William adalah nama untuk anak ke tiga Yara dan Oliver. Nama itu Oliver sendiri yang memberikannya.Mendengar keluhan Oliver, Marshall tertawa puas. “Gimana dengan Yara?”“Aku membiarkan dia tidur kalau malam. Lagian Avery selalu ingin bersamaku. Seolah-olah dia tahu kalau dulu ayahnya nggak menemani kakak-kakak dia waktu masih bayi.” Oliver tersenyum kecil, hatinya berdenyut nyeri kala membayangkan Yara melewati masa-masa mengurus bayi kembar sendirian.“Mengurus satu bayi saja sudah repot, apalagi dua,” timpal Marshall, “kamu tahu maksudku?”Oliver mengembuskan napas. “Aku tahu. Kamu nggak perlu menambah rasa bersalahku kar

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 4.

    Oliver terduduk lemas di kursi yang ada di koridor rumah sakit. Wajahnya pucat pasi. Rambutnya acak-acakan. Dan kedua lengannya tampak merah, dipenuhi bekas gigitan dan cakaran. Oliver melamun. Seakan-akan sibuk dengan dunianya sendiri, hingga Oliver mengabaikan keadaan di sekitarnya.Jingga keluar dari ruangan bersalin. Ia prihatin melihat kondisi Oliver yang tampak terguncang. Lalu menghampirinya.“Oliver, kenapa kamu diam di sini? Yara dan bayi kalian menunggu di dalam,” ucap Jingga dengan lembut.Ya, Yara sudah melahirkan beberapa saat yang lalu ditemani Oliver. Setelah bayinya berhasil dilahirkan dengan selamat dan sempurna, Oliver pun keluar dari ruangan itu dan duduk termenung sendirian.“Oliver...,” panggil Jingga saat Oliver tidak merespons ucapannya.Oliver tetap bergeming. Melamun dengan tangan gemetar.Jingga menghela napas panjang. Ia duduk di samping putranya, lalu menggenggam tangannya yang terasa dingin.Saat itulah Oliver keluar dari lamunannya dan menatap Jingga deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 3.

    “Oliver, perutku sakit banget.”Bisikan Yara tersebut berhasil menghentikan Oliver yang sedang berbincang-bincang dengan kliennya. Oliver langsung menoleh pada Yara dan melihat wanita itu tengah mengerutkan kening seperti menahan rasa sakit.“Sayang, perut kamu sakit?”Yara mengangguk. “Sakit banget,” katanya sembari mencengkeram lengan Oliver kuat-kuat.Raut muka Oliver seketika berubah menegang. Tangannya menangkup pipi Yara dan berkata dengan tegas, “Kita ke rumah sakit sekarang!”Tanpa basa-basi, Oliver segera mengangkat Yara ke pangkuan. Sikapnya itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitar mereka. Namun Oliver tampak tidak peduli. Saat itu juga ia membawa Yara keluar dari ballroom dengan ekspresi panik yang gagal ia sembunyikan.“Oliver, jangan terlalu khawatir. Sekarang sakitnya sudah hilang lagi, kok,” kata Yara, berusaha menenangkan Oliver yang kini tengah mengemudi dengan tatapan kalut.“Sayang, mana bisa aku nggak khawatir,” sergah Oliver sembari mengusap wajah deng

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 2.

    “Oliver, sudah kubilang, aku bisa melakukannya sendiri. Astaga....”“Tidak! Selama aku bisa melakukannya untukmu, akan kulakukan!” tegas Oliver, sebelum akhirnya pria itu memangku Yara ke kamar mandi.Yara memutar bola matanya malas, tapi ia tidak menolak lagi. Karena sekali lagi Yara menegaskan, Oliver adalah pria yang tidak menerima penolakan.Sejak awal kehamilan, Oliver selalu memberi perhatian lebih dan memanjakan Yara. Apalagi saat kehamilan Yara sudah membesar seperti sekarang, Oliver bahkan tidak mengizinkan Yara melakukan aktifitas yang sedikit berat. Pria itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. memenuhi segala kebutuhan Yara dan melayaninya dengan sepenuh hati.Oliver sering berkata pada Yara bahwa ia ingin menebus kesalahannya di masa lalu yang tidak menemani Yara sewaktu kehamilan si kembar.“Jangan lihat aku. Aku malu,” protes Yara saat Oliver sudah melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya.Oliver tersenyum kecil. “Apa yang membuat kamu malu, Sayang?” tanya

  • Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!   Extra Chapter 1.

    “Daddy! Mommy! Ada tamu!”“Shit!” Oliver mengumpat sambil memejamkan matanya sejenak kala mendengar seruan Airell di luar sana.Namun, hal itu tidak menyurutkan gairah Oliver. Ia berusaha menggerakkan dirinya dengan selembut mungkin agar tidak menyakiti istrinya yang kini berada di hadapannya. Posisi wanita itu memunggunginya.“Oliver...,” desah Yara sambil mencengkeram sprai erat-erat. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan desah agar tidak keluar lebih keras lagi. “Airel bilang... ada tamu.” Yara berkata dengan napas terengah-engah. “Itu pasti Zara, dia sudah... datang.”“Ssstt!” Oliver menarik dagu Yara agar menoleh ke arahnya. Lantas dilumatnya bibir sang istri dengan rakus tanpa menghentikan gerakannya. “Jangan hiraukan, Sayang. Fokus saja padaku,” bisik Oliver sesaat setelah ia menjauhkan bibir mereka berdua.“Daddy! Mommy! Ada Aunty Zara!” seru Airell lagi, kali ini diiringi ketukan pintu.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status