All Chapters of Penyesalan Suami: Aku Tak Ingin Jadi Istri Bayanganmu, Mas!: Chapter 191 - Chapter 200

220 Chapters

191. Janji

Yara keluar dari apartemen Zara, ia menghampiri Oliver yang dengan sabar menunggunya di lobi. Saat menyadari kedatangan Yara, Oliver langsung mengunci ponsel yang sejak tadi ia mainkan, kemudian berdiri. Oliver menghampiri Yara dan merangkulkan lengannya di pinggang wanita itu. “Bagaimana pertemuannya?” tanya Oliver sebelum melabuhkan kecupan mesra di kening Yara, membuat Yara tersipu malu. “Nggak buruk,” jawab Yara, “tapi aku cukup merasa lelah.” Yara merasa lelah secara mental, bukan fisik. Oliver merapatkan pelukannya dengan protektif. “Gimana kalau setelah ini aku buat rasa lelah kamu hilang?” tanyanya dengan nada menggoda. Mata Yara mengerling. “Dengan cara apa?” Sambil berjalan keluar lobi, Oliver berbisik di dekat telinga Yara, “Dengan membawamu ke rangjangku.” “Astaga....” Yara memukul pelan dada Oliver. “Itu, sih, bikin makin lelah, tahu?” Oliver terkekeh-kekeh. “Lelah tapi menyenangkan, bukan?” Yara merotasi matanya dengan malas, lantas keduanya tertawa seolah
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

192. Pergi Honeymoon

Oliver menurunkan kedua anaknya di depan halaman rumah Davin, memangku mereka satu persatu. Si kembar menggendong masing-masing tasnya. Lalu sang sopir menurunkan dua koper kecil dari dalam bagasi.“Arthur, Oliver, ingat apa kata Mommy?” tanya Yara sambil berjongkok di hadapan mereka berdua.“Hm!” Keduanya mengangguk serempak.“Kami harus jadi anak baik di rumah Grandpa selama Mommy dan Daddy tidak ada,” ujar Arthur.“Kami juga harus nurut sama Grandpa dan Grandma,” timpal Airell.Yara tersenyum lebar seraya mengacak puncak kepala kedua anaknya bergantian. “Anak-anak Mommy dan Daddy memang pintar-pintar, ya!” pujinya.“Kalau kangen Mommy dan Daddy, telepon saja atau video call. Okay?” Oliver membetulkan kerah kaos Arthur yang sedikit terlipat.“Okay, Daddy!” Si kembar serempak berseru.Di depan rumah, Jingga dan Davin sudah menunggu kedatangan mereka. Oliver menggandeng tangan kedua anaknya di sisi kiri dan kanan. Yara mengikuti mereka di belakang. Sang sopir menggeret koper berisi pa
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

193. Honeymoon Part 1

Oliver tercengang melihat Yara yang tidak bisa diam semenjak mereka tiba di resort yang telah mereka sewa. Wanita itu penuh energi, seolah-olah energinya tidak pernah habis. Perjalanan udara yang cukup jauh tak lantas membuat Yara jetlag.“Oliver, lihat!” seru Yara sambil menunjuk vila-vila kayu yang berdiri di atas air. “Indah banget, ‘kan? Seperti di film-film!” Yara tertawa.Oliver tersenyum, ia menghampiri istrinya yang tampak antusias. Lalu memeluk Yara dari belakang sambil bergumam, “Kamu terlihat bahagia sekali, Sayang. Aku senang melihat kamu bahagia.”“Tentu saja aku bahagia!” celoteh Yara, “datang ke tempat ini bersama orang yang aku cintai adalah impianku!”Kata-kata Yara membuat Oliver mengerjap, lalu tertawa kecil. “Astaga, kata-katamu bisa membuatku melayang, Yara.”Namun, Yara tampak tidak peduli dengan ucapan Oliver barusan. Sebab wanita itu langsung melepaskan diri dari pelukan Oliver dan berlari menuju ruang tengah vila.“Ya ampun, ini luar biasa!” pekik Yara sambil
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

194. Honeymoon Part 2

“Astaga, Oliver... sampai kapan kamu akan mengurungku di vila terus?” gerutu Yara sambil mendorong dada suaminya dengan pelan.Namun, Oliver tetap bergeming. Yara tahu pria itu sedang pura-pura tidur. Yara merotasi matanya dengan malas. Oh, sungguh, sejak kemarin mereka hanya menghabiskan waktu di vila.Oliver tidak membiarkan Yara jauh-jauh darinya. Bahkan, Yara yakin bahwa setiap sudut di vila ini telah menjadi saksi bisu percintaan panas mereka. Yara merasakan tubuhnya remuk, tapi entah mengapa hatinya justru terasa bahagia.“Oliver, aku tahu kamu pura-pura tidur,” rengek Yara dengan manja. “Ayolah... sayang banget kita jauh-jauh ke sini tapi nggak mengeksplore di luar vila.”Dengan mata tetap tertutup, Oliver mengulum senyum. “Kita masih punya banyak waktu untuk mengeksplore sekitar, Sayang,” gumamnya dengan suara berat. “Biarkan aku mengisi energiku dulu beberapa menit lagi. Setelah itu ayo kita keluar.”Mata Yara kembali merotasi dengan malas. “Dari kemarin juga kamu selalu bila
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

195. Mual

Ada yang berbeda dengan Yara akhir-akhir ini. Dan Oliver merasakannya. Wanita itu seolah enggan berjauhan dengannya setiap kali mereka bersama. Yara selalu bergelayut manja. Merengek jika Oliver tidak menghiraukannya atau fokus dengan ponselnya ketimbang dengan Yara. Well, jangan salah paham. Oliver bukannya tidak senang Yara bersikap seperti itu. Oliver senang sekali. Sungguh. Namun, akibat dari sikap Yara tersebut jadi ada salah satu bagian dari tubuh Oliver yang enggan ‘tertidur’. Yara tidak tahu kalau sikapnya itu membuat Oliver selalu ingin menerkamnya. Jangankan bersikap manja, Yara yang diam saja selalu berhasil membuat Oliver tergoda. Sial. Seperti saat ini, Oliver berusaha menelan saliva dengan susah payah kala memperhatikan istrinya yang tengah tertawa riang di hadapannya. Swim suit yang dikenakan Yara membuat Oliver enggan mengalihkan tatapannya ke arah lain, selain kepada Yara. Wanita itu terlihat seksi dan polos dalam waktu bersamaan. Andai mereka sedang tidak berada
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

196. Tak Mungkin Menolaknya

Yara berjalan mondar-mandir di dalam kamar sambil menggigit ujung ibu jari tangannya. Sesekali ia menyugar rambutnya dengan gusar. jantungnya berdebar kencang. Wajahnya tampak pucat.Sekali lagi Yara mengecek kalender pada ponselnya, seolah-olah ingin memastikan sesuatu untuk ke sekian kali.“Sepuluh hari...,” gumam Yara dengan suara bergetar. “Aku benar-benar telat sepuluh hari.”Yara menggeleng cepat. Berusaha menyangkal apa yang tengah dipikirkannya.“Nggak mungkin aku hamil, ‘kan?” gumamnya lagi dengan perasaan cemas. Ia menggigit bibir bawahnya, lalu menatap pintu kamar mandi yang tertutup dengan tatapan panik. Terdengar suara gemericik dari dalam sana. Oliver sedang mandi.Yara kembali merasakan perutnya bergejolak, hanya sesaat. Membuat Yara merasa semakin panik. Sejak kemarin—saat mereka mendayung di atas canoe, Yara merasa terus menerus mual. Bahkan saat bangun tidur pun gejolak itu kembali menyerang perutnya. Kini, Yara sadar bahwa ia telat datang bulan. Dan entah mengapa ia
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

197. Perhatian Oliver

Oliver mematung kala ia melihat garis dua pada sebuah alat tes kehamilan yang ditunjukkan Yara.“Sayang...,” gumam Oliver dengan suara serak. “Kamu benar-benar hamil?”Yara tersenyum, mengangguk. “Iya. Alat ini menunjukkan kalau aku memang sedang hamil.”Seketika itu juga, Oliver meraih Yara ke dalam pelukannya. Lalu memutar tubuh Yara sambil tertawa dan berseru, “Kita akan punya anak lagi, Sayang. Kita akan punya anak lagi! Aku bahagia!” tawa Oliver menggema di kamar yang terasa hening itu.Yara ikut tertawa sambil memeluk leher suaminya untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh. “Oliver, kepala aku pusing!” keluh Yara sambil masih tertawa.Oliver menghentikan gerakannya. Lalu ia memangku Yara dan menurunkannya di atas kasur dengan hati-hati. Tanpa banyak kata, dan tanpa benar-benar menindih Yara, Oliver menciumi bibir Yara dengan ciuman yang bertubi-tubi, sebagai tanda kasih sayang darinya dan seolah-olah Oliver tengah melampiaskan perasaan bahagianya.“Aku akan menjagamu da
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

198. Pingsan

Di dalam pesawat yang tengah mengudara, Oliver menatap wajah istrinya yang tertidur di sampingnya. Wajah Yara tampak pucat setelah muntah-muntah sejak beberapa jam yang lalu. Dan baru sepuluh menit lalu Yara bisa tertidur cukup nyenyak. Oliver tidak tega melihatnya. Ia merasa bersalah karena telah menyebabkan Yara menderita di masa kehamilannya.Sejak beberapa hari terakhir yang mereka habiskan di Maldives, tubuh Yara memang tidak se-enerjik sebelumnya. Morning sickness terus menerus menyerang Yara, membuat tubuhnya menjadi lemah. Karena tidak tega melihatnya, Oliver akhirnya mengatur jadwal kepulangan mereka ke Indonesia dua hari lebih cepat dari rencana semula.Di tengah-tengah tidur nyenyaknya, Yara mengigau, memanggil-manggil Oliver. Keringat dingin bermunculan di dahinya, membuat Oliver semakin khawatir.“Iya, Sayang. Aku ada di sini, di samping kamu,” gumam Oliver lembut seraya mengeratkan pelukannya. Mereka te
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

199. Kabar Bahagia

“Sayang, kamu mau ke mana?!” Oliver terlonjak dari tidurnya kala ia melihat Yara bangkit dari kasur.Yara yang tak menyadari bahwa suaminya sudah bangun, terkejut dan menoleh ke arah pria itu. “Aku cuma mau ke kamar mandi,” jawab Yara sambil meringis kecil.Oliver buru-buru beranjak dari sofa dan menghampiri ranjang pasien sambil mengomel, “Seharusnya kamu bangunin aku, Sayang. Bukannya malah melakukannya sendiri.”Yara terkekeh kecil melihat raut muka suaminya yang masih setengah mengantuk itu tapi dipaksakan untuk menunjukkan ekspresi tegas.“Kamu lagi tidur. Mana bisa aku ganggu tidur kamu,” gerutu Yara. Selama dalam penerbangan dari Maldives Oliver tidak tidur karena menemani Yara yang terus muntah-muntah. Jadilah sore ini Oliver ketiduran di sofa. Dan Yara tidak tega untuk mengganggu tidurnya.Oliver melepas infusan dari tiangnya. Lalu mengangkat Yara ke pangkuan. Secara spontan Yara mengalungkan lengannya di leher Oliver.“Kamu nggak boleh melakukan aktifitas berat dulu, walaupu
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

200. Lebih Indah Dari Bunga

Oliver akhirnya memutuskan membawa Yara keluar untuk menikmati udara segar. Dengan izin dokter, Oliver mendorong kursi roda yang diduduki Yara menuju taman rumah sakit yang dipenuhi bunga-bunga bermekaran.“Sayang...,” panggil Oliver, yang membuat Yara mendongak ke belakang untuk menatapnya. “Kamu tahu nggak?”“Nggak.” Yara menggeleng polos, membuat Oliver tertawa.“Astaga... aku belum selesai.” Oliver mengusap wajah Yara dengan mesra sambil tertawa kecil. “Kamu tahu nggak? Bunga mawar itu memang indah, tapi kalah indah sama senyuman kamu.”Ya Tuhan... Yara merasakan pipinya memanas seketika saat mendengar gombalan Oliver yang terdengar cringe itu.Yara tertawa kecil, menutupi wajahnya dengan kedua tangan. “Astaga, Oliver. Kalau orang lain dengar, mereka pasti bakal muntah karena dengar gombalan kamu.”“Biarin aja,” balas Oliver santai sambil terus mendorong kursi roda Yara. “Yang penting istriku tersenyum.”Yara kembali tertawa.Mereka berhenti di bawah pohon besar yang rindang. Caha
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
171819202122
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status