Semua Bab Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal: Bab 51 - Bab 60

81 Bab

Tekad membara

Siang itu, Prasetyo baru saja selesai dengan panggilan telepon panjang dari kliennya. Ia mengusap wajahnya yang lelah, tetapi pikirannya langsung tertuju pada Nathalia. Ia merasa perlu memastikan bahwa istrinya benar-benar beristirahat seperti yang dianjurkan dokter.Ketika ia menuju kamar Nathalia, pemandangan yang dilihatnya membuat darahnya mendidih. Nathalia berjalan perlahan di koridor rumah sakit, menyeret tiang infusnya. Wajahnya tampak pucat, tetapi tekad terlihat jelas di matanya. Ia bahkan tidak memperhatikan ketika seorang suster mencoba menegurnya.“Nathalia!” seru Prasetyo, nadanya penuh amarah dan kekhawatiran. Langkahnya besar-besar mendekati istrinya. Nathalia menoleh, sedikit terkejut melihat Prasetyo.“Apa yang kau lakukan di sini? Seharusnya kau beristirahat di ranjang!” lanjut Prasetyo dengan nada tinggi.“Aku hanya ingin meregangkan kaki sedikit,” jawab Nathalia pelan, mencoba membela diri. “Aku merasa lebih baik.”Namun, jawaban itu tidak membuat Prasetyo tenang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Antara cinta dan dendam

Samantha melangkah keluar dari rumah sakit dengan langkah cepat. Wajahnya merah padam, tidak hanya karena panas terik siang itu tetapi juga karena amarah yang membara di dalam dadanya. Ia tidak pernah merasa sefrustrasi ini sebelumnya. Hubungan antara Prasetyo dan Nathalia tidak hanya terlihat baik-baik saja, tetapi bahkan lebih kokoh dari yang ia bayangkan. Pemandangan itu membuatnya merasa tidak berdaya, sebuah emosi yang sangat dibencinya.“Bagaimana bisa? Prasetyo tidak pernah bersikap seperti itu padaku,” gumamnya, suaranya nyaris seperti desisan. Tangannya menggenggam erat tasnya, seolah ingin melampiaskan kemarahan pada benda mati itu.Langkahnya terhenti ketika ponselnya bergetar. Nomor tidak dikenal tertera di layar, tetapi rasa ingin tahu membuatnya mengangkat panggilan tersebut.“Halo?” suaranya dingin, mencerminkan suasana hatinya.“Samantha,” suara di ujung sana terdengar berat, hampir tanpa emosi. “Aku pikir kau akan tertarik dengan ini.”Sebelum Samantha sempat bertanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Rencana rencana

Hubungan Nathalia dan Prasetyo yang membaik membawa perubahan besar bagi kesehatan Nathalia. Setelah berminggu-minggu menjalani perawatan intensif di rumah sakit, perempuan itu akhirnya diperbolehkan pulang. Meski tubuhnya masih belum sepenuhnya pulih, warna wajahnya mulai kembali, dan senyum kecil menghiasi bibirnya, sesuatu yang jarang terlihat dalam beberapa bulan terakhir.Namun, Prasetyo tampak gelisah. Ia berdiri di samping tempat tidur Nathalia, tangan menyilang di dada, dan matanya menatap tajam ke arah perawat yang sibuk mempersiapkan dokumen kepulangan Nathalia.“Kau yakin sudah cukup sehat untuk pulang?” tanyanya, nada suaranya penuh kekhawatiran meski berusaha terdengar tenang.Nathalia menoleh, tersenyum lembut. “Aku baik-baik saja, Pras. Dokter sendiri yang bilang aku boleh pulang. Lagi pula, aku tidak bisa selamanya tinggal di sini.”Prasetyo menghela napas berat. “Tapi bagaimana kalau sesuatu terjadi? Di rumah tidak ada dokter atau perawat yang bisa langsung membantumu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Mimpu buruk

Malam itu, suasana rumah terasa hangat. Nathalia, yang mulai merasa lebih sehat sejak kembali dari rumah sakit, duduk di sofa ruang tengah dengan wajah cerah. Prasetyo memandangnya dari sudut ruangan, memperhatikan setiap detail ekspresi istrinya. Ada kebahagiaan yang mulai terpancar dari Nathalia, dan itu membuat hatinya tenang, meski ia berusaha menyembunyikannya di balik sikap dinginnya.“Pras,” panggil Nathalia dengan suara lembut.Prasetyo, yang sedang berdiri di dekat rak buku, berpaling dengan cepat. “Ada apa?” tanyanya singkat, meski matanya penuh perhatian.“Aku ingin makan cokelat. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mencicipinya,” jawab Nathalia dengan mata berbinar, menatap suaminya penuh harap.Prasetyo mengangkat alis, mencoba terlihat acuh. “Cokelat? Itu permintaan sederhana. Kenapa tidak bilang lebih awal?” Ia berjalan menuju dapur sambil menambahkan, “Tunggu di sini.”Namun, sebelum ia beranjak lebih jauh, Nathalia menarik lengan suaminya. “Tunggu. Aku ingin kita meni
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Kehilangan yang dalam

Pagi itu, Nathalia masih terjebak dalam pikirannya tentang mimpi yang menghantui tidurnya semalam. Ia mencoba menyibukkan diri dengan membaca buku di ruang tengah, tetapi bayangan tentang Samantha dan bayi yang direnggut darinya terus berputar di benaknya. Wajahnya tampak murung, meskipun ia berusaha menyembunyikannya dari Prasetyo.Prasetyo, yang baru saja turun dari lantai atas, langsung menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Nathalia dengan tatapan penuh perhatian yang dibalut gengsinya. Akhirnya, ia duduk di sofa di seberang Nathalia dan pura-pura membaca koran.“Nath, kau baik-baik saja?” tanyanya, mencoba terdengar santai.Nathalia menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pras.”Namun, Prasetyo tidak mudah dibodohi. Ia melipat korannya dan mendekati istrinya. “Kau masih memikirkan mimpi itu, ya?” tebaknya.Nathalia terdiam, lalu mengangguk pelan. “Aku tidak tahu kenapa itu begitu nyata. Aku merasa… seperti aku benar-be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Awan gelap

Prasetyo menyelesaikan urusannya dengan cepat, jauh lebih cepat dari biasanya. Ia hampir tidak memberikan jeda dalam diskusinya dengan Akbar, melontarkan solusi dan keputusan tegas tanpa basa-basi. Akbar, yang memperhatikan tingkah sepupunya, mulai menyeringai penuh arti.“Pras, kau sedang buru-buru, ya?” tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada. Nada suaranya penuh godaan.Prasetyo menatapnya sekilas, berusaha memasang ekspresi netral. “Tidak juga. Aku hanya ingin menyelesaikan ini secepat mungkin. Tidak ada gunanya berlama-lama,” jawabnya, nada dinginnya terdengar sangat disengaja.Akbar terkekeh pelan. “Oh, aku mengerti. Kau pasti ingin segera pulang ke rumah, kan? Aku dengar-dengar Nathalia sedang dalam masa kehamilan. Kau pasti tidak sabar untuk kembali dan memastikan semuanya baik-baik saja.”Wajah Prasetyo langsung berubah kaku. Ia mengerutkan kening, tetapi tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan rona tipis di pipinya. “Kau terlalu banyak bicara, Akbar. Aku hanya melakukan apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bubu dan Selamat tinggal

Nathalia membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan yang aneh. Ia berada di kamarnya, dikelilingi oleh suasana yang sangat akrab. Cahaya matahari lembut masuk melalui tirai yang setengah terbuka, menerangi ruangan dengan sinar keemasan. Di luar, suara tawa riang terdengar, memecah keheningan pagi.Ia mengerutkan kening, mencoba memahami situasi ini. Jantungnya berdegup kencang saat ia mengenali suara itu. Itu suara Prasetyo, tetapi ada suara lain yang lebih kecil, suara seorang anak perempuan yang turut tertawa bahagia. Nathalia, yang masih diliputi kebingungan, bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju pintu.Ketika ia membuka pintu, pemandangan di depannya membuatnya tertegun. Di ruang keluarga, Prasetyo sedang duduk di lantai dengan seorang anak perempuan kecil di pangkuannya. Anak itu memiliki rambut hitam lebat yang tergerai, seperti helai sutra yang memantulkan kilau cahaya matahari. Kulitnya cerah, memancarkan kesegaran dan kelembutan seperti ibunya, sementara pip
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Play the game

Kondisi Nathalia yang masih lemah memaksa Prasetyo untuk tetap tinggal di rumah sakit, tetapi amarahnya tidak bisa dibendung. Ia memerintahkan Hans untuk melakukan penyelidikan mendalam tentang apa yang sebenarnya terjadi. Suara Prasetyo yang tegas menggema di lorong rumah sakit ketika ia memberikan instruksi terakhir kepada kepala pelayannya.“Aku ingin jawaban, Hans. Temukan siapa yang berani melakukan ini pada istriku. Tidak peduli apa pun alasannya, mereka harus bertanggung jawab!” serunya penuh emosi.Hans mengangguk dengan hormat, tetapi ketegangan terlihat di wajahnya. “Saya akan menyelidikinya, Tuan. Anda tenang saja.”Kembali ke rumah Rahardjo, Hans memulai penyelidikan dengan menginterogasi para pelayan satu per satu. Awalnya, semuanya tampak berjalan lambat, tetapi akhirnya salah satu pelayan terlihat gugup ketika giliran dia ditanyai.“Katakan yang sebenarnya,” desak Hans, suaranya rendah tetapi tajam. “Apa kau tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Bu Nathalia?”Pelay
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Penyesalan

Malam itu terasa begitu panjang bagi Prasetyo. Ia duduk di sudut kamar rumah sakit, menatap kosong ke arah Nathalia yang masih terlelap. Di tangannya, sebuah cangkir kopi dingin yang tak pernah ia minum. Wajahnya tampak kusut, jauh dari wibawa pria yang biasanya begitu tegar dan penuh kendali.Prasetyo membiarkan pikirannya melayang jauh ke masa lalu, ke saat ia pertama kali membuat keputusan yang kini ia sesali. Saat ia menerima gagasan Samantha ke dalam kehidupan rumah tangganya, semuanya terasa seperti rencana yang sederhana. Ia berpikir itu hanya permainan kecil untuk menekan Nathalia, untuk memaksanya tunduk. Tetapi kini, akibat dari keputusan bodoh itu menghantamnya seperti gelombang yang tak tertahankan.“Aku bodoh,” gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar. “Kalau saja aku tidak pernah membiarkan Samantha mendekati Nathalia… Kalau saja aku tidak pernah membuat rencana itu… mungkin semuanya tidak akan seperti ini.”Ia memejamkan mata, mencoba mengusir bayangan kenangan itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Persimpangan dilema

Rasa bersalah dan kehilangan yang begitu mendalam mulai menggerogoti hubungan Prasetyo dan Nathalia. Seolah-olah tembok besar kini berdiri di antara mereka, menahan segala percakapan dan sentuhan yang dulunya terasa hangat. Hari-hari terasa lebih dingin, meskipun mereka berada di ruangan yang sama.Prasetyo, yang biasanya begitu tegas dan lugas, mendapati dirinya menjadi pengecut dalam menghadapi istrinya sendiri. Ia tidak berani menemui Nathalia saat perempuan itu terjaga. Setiap kali ia mendekati kamar rumah sakit dan mendengar suara kecil Nathalia berbicara dengan Hans atau dokter, kakinya langsung membeku. Ia memilih untuk menunggu hingga malam tiba, saat Nathalia sudah tertidur lelap. Barulah ia masuk, duduk di kursi di samping ranjang, dan menatap wajah istrinya yang masih terlihat cantik meski diliputi kesedihan.“Aku gagal melindungimu,” bisiknya pelan suatu malam, saat tangannya menyentuh ujung selimut Nathalia dengan penuh kerinduan. “Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki sem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status