Share

Kehilangan yang dalam

Author: minipau
last update Last Updated: 2024-12-25 19:44:06

Pagi itu, Nathalia masih terjebak dalam pikirannya tentang mimpi yang menghantui tidurnya semalam. Ia mencoba menyibukkan diri dengan membaca buku di ruang tengah, tetapi bayangan tentang Samantha dan bayi yang direnggut darinya terus berputar di benaknya. Wajahnya tampak murung, meskipun ia berusaha menyembunyikannya dari Prasetyo.

Prasetyo, yang baru saja turun dari lantai atas, langsung menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap Nathalia dengan tatapan penuh perhatian yang dibalut gengsinya. Akhirnya, ia duduk di sofa di seberang Nathalia dan pura-pura membaca koran.

“Nath, kau baik-baik saja?” tanyanya, mencoba terdengar santai.

Nathalia menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pras.”

Namun, Prasetyo tidak mudah dibodohi. Ia melipat korannya dan mendekati istrinya. “Kau masih memikirkan mimpi itu, ya?” tebaknya.

Nathalia terdiam, lalu mengangguk pelan. “Aku tidak tahu kenapa itu begitu nyata. Aku merasa… seperti aku benar-be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Awan gelap

    Prasetyo menyelesaikan urusannya dengan cepat, jauh lebih cepat dari biasanya. Ia hampir tidak memberikan jeda dalam diskusinya dengan Akbar, melontarkan solusi dan keputusan tegas tanpa basa-basi. Akbar, yang memperhatikan tingkah sepupunya, mulai menyeringai penuh arti.“Pras, kau sedang buru-buru, ya?” tanyanya sambil menyilangkan tangan di dada. Nada suaranya penuh godaan.Prasetyo menatapnya sekilas, berusaha memasang ekspresi netral. “Tidak juga. Aku hanya ingin menyelesaikan ini secepat mungkin. Tidak ada gunanya berlama-lama,” jawabnya, nada dinginnya terdengar sangat disengaja.Akbar terkekeh pelan. “Oh, aku mengerti. Kau pasti ingin segera pulang ke rumah, kan? Aku dengar-dengar Nathalia sedang dalam masa kehamilan. Kau pasti tidak sabar untuk kembali dan memastikan semuanya baik-baik saja.”Wajah Prasetyo langsung berubah kaku. Ia mengerutkan kening, tetapi tidak bisa sepenuhnya menyembunyikan rona tipis di pipinya. “Kau terlalu banyak bicara, Akbar. Aku hanya melakukan apa

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bubu dan Selamat tinggal

    Nathalia membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan yang aneh. Ia berada di kamarnya, dikelilingi oleh suasana yang sangat akrab. Cahaya matahari lembut masuk melalui tirai yang setengah terbuka, menerangi ruangan dengan sinar keemasan. Di luar, suara tawa riang terdengar, memecah keheningan pagi.Ia mengerutkan kening, mencoba memahami situasi ini. Jantungnya berdegup kencang saat ia mengenali suara itu. Itu suara Prasetyo, tetapi ada suara lain yang lebih kecil, suara seorang anak perempuan yang turut tertawa bahagia. Nathalia, yang masih diliputi kebingungan, bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan menuju pintu.Ketika ia membuka pintu, pemandangan di depannya membuatnya tertegun. Di ruang keluarga, Prasetyo sedang duduk di lantai dengan seorang anak perempuan kecil di pangkuannya. Anak itu memiliki rambut hitam lebat yang tergerai, seperti helai sutra yang memantulkan kilau cahaya matahari. Kulitnya cerah, memancarkan kesegaran dan kelembutan seperti ibunya, sementara pip

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Play the game

    Kondisi Nathalia yang masih lemah memaksa Prasetyo untuk tetap tinggal di rumah sakit, tetapi amarahnya tidak bisa dibendung. Ia memerintahkan Hans untuk melakukan penyelidikan mendalam tentang apa yang sebenarnya terjadi. Suara Prasetyo yang tegas menggema di lorong rumah sakit ketika ia memberikan instruksi terakhir kepada kepala pelayannya.“Aku ingin jawaban, Hans. Temukan siapa yang berani melakukan ini pada istriku. Tidak peduli apa pun alasannya, mereka harus bertanggung jawab!” serunya penuh emosi.Hans mengangguk dengan hormat, tetapi ketegangan terlihat di wajahnya. “Saya akan menyelidikinya, Tuan. Anda tenang saja.”Kembali ke rumah Rahardjo, Hans memulai penyelidikan dengan menginterogasi para pelayan satu per satu. Awalnya, semuanya tampak berjalan lambat, tetapi akhirnya salah satu pelayan terlihat gugup ketika giliran dia ditanyai.“Katakan yang sebenarnya,” desak Hans, suaranya rendah tetapi tajam. “Apa kau tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Bu Nathalia?”Pelay

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Penyesalan

    Malam itu terasa begitu panjang bagi Prasetyo. Ia duduk di sudut kamar rumah sakit, menatap kosong ke arah Nathalia yang masih terlelap. Di tangannya, sebuah cangkir kopi dingin yang tak pernah ia minum. Wajahnya tampak kusut, jauh dari wibawa pria yang biasanya begitu tegar dan penuh kendali.Prasetyo membiarkan pikirannya melayang jauh ke masa lalu, ke saat ia pertama kali membuat keputusan yang kini ia sesali. Saat ia menerima gagasan Samantha ke dalam kehidupan rumah tangganya, semuanya terasa seperti rencana yang sederhana. Ia berpikir itu hanya permainan kecil untuk menekan Nathalia, untuk memaksanya tunduk. Tetapi kini, akibat dari keputusan bodoh itu menghantamnya seperti gelombang yang tak tertahankan.“Aku bodoh,” gumamnya pelan, suaranya hampir tak terdengar. “Kalau saja aku tidak pernah membiarkan Samantha mendekati Nathalia… Kalau saja aku tidak pernah membuat rencana itu… mungkin semuanya tidak akan seperti ini.”Ia memejamkan mata, mencoba mengusir bayangan kenangan itu

    Last Updated : 2024-12-25
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Persimpangan dilema

    Rasa bersalah dan kehilangan yang begitu mendalam mulai menggerogoti hubungan Prasetyo dan Nathalia. Seolah-olah tembok besar kini berdiri di antara mereka, menahan segala percakapan dan sentuhan yang dulunya terasa hangat. Hari-hari terasa lebih dingin, meskipun mereka berada di ruangan yang sama.Prasetyo, yang biasanya begitu tegas dan lugas, mendapati dirinya menjadi pengecut dalam menghadapi istrinya sendiri. Ia tidak berani menemui Nathalia saat perempuan itu terjaga. Setiap kali ia mendekati kamar rumah sakit dan mendengar suara kecil Nathalia berbicara dengan Hans atau dokter, kakinya langsung membeku. Ia memilih untuk menunggu hingga malam tiba, saat Nathalia sudah tertidur lelap. Barulah ia masuk, duduk di kursi di samping ranjang, dan menatap wajah istrinya yang masih terlihat cantik meski diliputi kesedihan.“Aku gagal melindungimu,” bisiknya pelan suatu malam, saat tangannya menyentuh ujung selimut Nathalia dengan penuh kerinduan. “Aku tidak tahu bagaimana memperbaiki sem

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Semakin jauh

    Kabar yang dinantikan akhirnya tiba. Dokter menyatakan bahwa Nathalia sudah cukup pulih untuk pulang ke rumah. Prasetyo, yang mendengar kabar itu, merasa sedikit lega. Setidaknya, ia berpikir, berada di rumah mungkin bisa membantu Nathalia kembali menemukan kedamaian.Namun, kenyataan jauh dari harapannya. Hubungan mereka, yang sebelumnya sudah renggang, kini semakin memburuk. Prasetyo, yang diliputi rasa bersalah, mulai menghindari Nathalia. Ia semakin jarang pulang, menghabiskan waktunya di kantor dengan dalih pekerjaan. Setiap kali Nathalia mencoba berbicara, ia hanya memberi jawaban singkat sebelum mengalihkan perhatian.Di sisi lain, Nathalia tenggelam dalam mimpi buruk yang tak pernah berhenti. Malam-malamnya dipenuhi bayangan keguguran yang menghantui, suara jeritan di kepalanya yang tak kunjung reda. Dalam mimpinya, ia melihat bayinya yang cantik, tetapi setiap kali ia mencoba meraih, bayi itu menghilang, direnggut oleh bayangan gelap.“Maafkan aku,” bisiknya setiap kali terba

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   obsesi yang tidak kunjung usai

    Rasa bersalah Prasetyo tidak berhenti menghantuinya saat ia sadar, tetapi juga menyusup ke dalam tidurnya. Malam-malamnya diisi oleh mimpi buruk yang begitu nyata, seolah menegaskan kegagalannya sebagai suami dan ayah. Dalam mimpi itu, ia sering melihat seorang anak perempuan, wajahnya cantik dengan rambut lebat dan mata bulat yang berkilau seperti berlian. Namun, air mata mengalir deras di pipi anak itu. Bibir kecilnya gemetar saat ia berkata dengan suara yang pecah oleh isakan, “Kenapa Ayah membiarkan aku disakiti? Kenapa Ayah tidak melindungiku?”Anak itu menangis, suara isaknya menggema di seluruh ruangan mimpi, membuat hati Prasetyo terasa seperti dicabik-cabik. Ia mencoba mendekat, tetapi kakinya berat seolah tertanam di tanah. Semakin ia berusaha melangkah, semakin jauh jarak antara dirinya dan anak itu. Wajah anak perempuan itu semakin dipenuhi kesedihan, dan sorot matanya penuh ketakutan.“Ayah...” suara anak itu bergetar. “Kenapa Ayah meninggalkan aku? Kenapa Ayah membiarkan

    Last Updated : 2024-12-26
  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rahasia bersama

    Prasetyo akhirnya memutuskan untuk pulang. Keputusan itu tidak datang dengan mudah; rasa bersalah yang terus menghantuinya membuat setiap langkah terasa berat. Namun, kekhawatiran akan keadaan Nathalia dan rasa rindu yang perlahan menggerogoti hatinya mendorongnya untuk kembali ke rumah. Dalam perjalanan, pikirannya dipenuhi oleh bayangan Nathalia—wajah lembut istrinya yang dulu selalu menyambutnya dengan senyuman hangat. Tetapi sekarang, senyuman itu terasa seperti cermin yang memantulkan dosa-dosa yang ia lakukan. Ketika Prasetyo sampai di rumah, suasana terasa berbeda. Nathalia, yang sedang duduk di ruang tamu, segera bangkit begitu melihatnya. Wajahnya dipenuhi rasa senang dan lega yang sulit disembunyikan. “Kau pulang,” ucap Nathalia dengan suara yang sedikit bergetar, matanya berbinar-binar. Ia berjalan mendekat, senyum hangat menghiasi wajahnya meski masih terlihat bayang-bayang kelelahan dan kesedihan yang belum sepenuhnya hilang. Namun, Prasetyo tidak mampu menatapnya. Kep

    Last Updated : 2024-12-26

Latest chapter

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Final Chapter

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Rekonsiliasi

    Di dalam sebuah kamar hotel yang tersembunyi dari hiruk-pikuk kota, Nathalia duduk di tepi tempat tidur, tangannya menggenggam erat gelas teh hangat yang sudah mulai mendingin. Malam ini terasa lebih sunyi dari biasanya, meski di dalam kepalanya, badai belum juga reda. Kejadian beberapa jam lalu masih terputar jelas dalam ingatannya—bagaimana ia hampir kehilangan nyawa, bagaimana Prasetyo dan Arman akhirnya menghadapi dalang yang selama ini mengatur segalanya dari balik bayang-bayang.Dan kini, Prasetyo ada di ruangan yang sama dengannya. Duduk di kursi dekat jendela, diam, hanya menatap keluar seakan mencari sesuatu yang tidak bisa ia temukan.Hening di antara mereka terasa begitu tegang, tetapi berbeda dari biasanya. Dulu, keheningan seperti ini muncul karena ketidaksukaan Prasetyo terhadapnya, karena dinginnya sikap pria itu yang selalu menempatkan dirinya seolah Nathalia tidak berarti apa-apa. Namun kini, ada ketegangan yang berbeda—sesuatu yang lebih dalam, lebih rumit, dan lebih

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Fear adn tears

    Di dalam mobil yang melaju cepat, Prasetyo menatap Arman dengan tajam. Napasnya berat, pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan. Kebenaran yang baru saja diucapkan Arman masih menggema di kepalanya.“Aku mengkhianatimu,” ulang Arman, kali ini dengan suara lebih mantap. “Aku yang memberi informasi tentangmu kepada mereka.”Prasetyo mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke wajah pria di sebelahnya. Namun, bukan itu yang paling mengusiknya—melainkan kata ‘mereka’ yang diucapkan Arman.“Siapa ‘mereka’?”Arman mengalihkan pandangannya keluar jendela, lalu menghela napas. “Orang yang ingin kau lenyap dari garis keturunan Rahardjo. Mereka tidak mau kau kembali dan mengambil hak warismu.”Dira dan Rendra bertukar pandang. Sejak awal, mereka merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perebutan harta dalam kasus ini.“Apa ini ada hubungannya dengan keluargamu, Pras?” tanya Dira.Prasetyo mengangguk. “Aku meninggalkan semuanya bertahun-tahun lalu. Aku tidak peduli

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Bersatu kembali

    Di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota, Nathalia duduk di dekat jendela, menatap layar ponselnya dengan gelisah. Sudah lebih dari enam jam sejak terakhir kali Prasetyo mengirim pesan. Ia tahu pekerjaan suaminya penuh risiko, sering kali membuatnya terjaga semalaman. Tapi kali ini, perasaannya mengatakan ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang lebih berbahaya dari sebelumnya.Ponselnya bergetar, membuatnya tersentak. Dengan cepat, ia meraihnya, berharap ada kabar dari Prasetyo. Namun, pesan yang muncul justru dari nomor tidak dikenal:"Dia dalam bahaya. Jika kau ingin menyelamatkannya, bersiaplah."Nathalia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tangannya gemetar saat membaca pesan itu berulang kali, mencoba mencari makna tersembunyi di baliknya. Ia ingin mengabaikannya, berpikir mungkin ini hanya trik seseorang yang ingin mempermainkannya. Namun, instingnya berkata lain.Ia mencoba menghubungi Prasetyo, tapi tak ada jawaban. Makin gelisah, Nathalia berdiri dan melangkah ke meja kec

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Genctatan senjata

    Prasetyo, Rendra, dan Dira duduk di dalam ruangan sempit dengan dinding bata yang mulai lapuk. Lampu redup dari ponsel mereka menjadi satu-satunya penerangan. Napas mereka masih tersengal setelah pelarian tadi."Apa yang kita dapatkan?" tanya Prasetyo, mencoba menenangkan diri.Dira menatap layar ponselnya dengan saksama. "File ini... sepertinya bukan hanya dokumen biasa. Ada video dan beberapa catatan transaksi mencurigakan. Ini bukan hanya tentang kita. Ini lebih besar dari yang kita kira."Rendra meremas rambutnya dengan frustrasi. "Sial. Ini bisa berarti kita mengejar sesuatu yang jauh lebih berbahaya."Sebelum mereka bisa membahas lebih lanjut, suara deru mobil mendekat. Prasetyo segera mematikan lampu ponselnya, memberi isyarat pada yang lain untuk diam. Mereka mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai usang.Di luar, sebuah sedan hitam berhenti. Arman keluar dari dalam mobil, tangannya mengepal erat. Matanya menatap lurus ke arah bangunan tempat mereka bersembunyi."Arma

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Simpang jalan

    Prasetyo dan Rendra berjalan cepat di dalam terowongan sempit yang lembap. Cahaya remang-remang dari ponsel mereka menjadi satu-satunya sumber penerangan. Langkah kaki mereka menggema, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Kita harus keluar dari sini secepatnya," bisik Rendra, suaranya terdengar tegang."Aku tahu. Tapi kita juga harus memastikan Dira bisa lolos," jawab Prasetyo, matanya terus mencari jalan keluar di ujung terowongan.Sementara itu, di dalam gudang, Dira terus mengetik dengan cepat, mencari celah dalam enkripsi flash drive tersebut. Wajahnya menegang saat mendengar suara pintu didobrak. Beberapa pria bersenjata masuk dengan langkah waspada."Di mana mereka?" bentak pria berkacamata hitam yang memimpin kelompok itu.Dira tetap tenang, meski jantungnya berdebar kencang. Ia berpura-pura tidak tahu apa-apa, mengangkat tangan seolah menyerah. "Aku sendirian. Mereka meninggalkan aku begitu saja."Pria berkacamata hitam itu menyipitkan mata, seakan menilai apakah Dira b

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berakhirnya permainan

    Angin malam semakin menusuk saat Prasetyo dan Rendra menyusuri trotoar menuju lokasi yang disebutkan Dira. Jalanan lengang, hanya ada beberapa kendaraan yang melintas, serta suara gemerisik daun yang tertiup angin. Keduanya berjalan dengan waspada, sesekali menoleh ke belakang untuk memastikan mereka tidak diikuti."Tempat biasa itu di mana?" tanya Rendra, suaranya sedikit bergetar."Gudang tua di belakang stasiun. Dira sering pakai tempat itu untuk urusan yang nggak mau dilihat banyak orang," jawab Prasetyo dengan nada rendah."Apa kita nggak masuk perangkap?"Prasetyo terdiam sejenak, tapi kemudian menggeleng. "Dira bukan tipe yang berkhianat. Kalau dia setuju untuk ketemu, berarti dia benar-benar mau membantu."Mereka tiba di sebuah gang sempit yang berujung pada bangunan tua dengan dinding kusam. Cahaya lampu neon di atas pintu berkedip lemah. Prasetyo mengetuk pintu besi tiga kali, lalu hening. Tak lama, suara gerendel terdengar, dan pintu terbuka sedikit."Masuk cepat," suara pe

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   Berburu

    Hembusan angin malam terasa dingin saat Prasetyo dan Rendra menyusuri gang sempit, napas mereka masih tersengal setelah pelarian mendebarkan dari gudang. Lampu jalan yang temaram hanya memberikan sedikit penerangan, bayangan mereka memanjang di aspal yang basah."Kita harus cari tempat berlindung," ujar Rendra, suaranya rendah namun tegas.Prasetyo mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa pria berkacamata hitam tidak akan menyerah begitu saja. Flash drive yang mereka bawa terlalu berharga, berisi sesuatu yang jelas ingin disembunyikan oleh pihak yang mengejar mereka.Mereka terus berlari, menyelinap di antara gang-gang gelap, sebelum akhirnya tiba di sebuah warung kopi 24 jam yang tampak sepi. Prasetyo mendorong pintu kaca, dan lonceng kecil berdenting pelan. Seorang pria paruh baya di balik meja kasir melirik mereka sekilas sebelum kembali menatap layar ponselnya.Mereka memilih meja di sudut ruangan, tempat di mana mereka bisa mengawasi pintu masuk dan keluar."Kita perlu tahu apa isi f

  • Istriku, Aku Benar-Benar Menyesal   pertarungan

    SUV hitam itu berhenti tanpa suara, tapi Prasetyo dan Rendra tahu bahwa ancaman yang ada di dalamnya lebih berisik daripada yang terlihat. Pintu depan mobil terbuka, dan seorang pria berkacamata hitam melangkah keluar dengan tenang. Dari cara berjalannya, ia jelas bukan orang biasa."Mereka tidak akan menunggu lama sebelum masuk," bisik Rendra sambil merapat ke dinding.Prasetyo mengamati sekeliling, mencari kemungkinan jalan keluar lain. Gudang ini hanya memiliki satu pintu utama dan beberapa jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dilalui dengan cepat. Jika mereka bertahan di sini, pertarungan tak terhindarkan.Suara pintu mobil lain terbuka. Dua pria berbadan besar keluar, masing-masing membawa sesuatu di balik jaket mereka. Prasetyo dan Rendra tidak perlu menunggu untuk tahu bahwa itu bukan sesuatu yang ramah."Kita harus ambil inisiatif duluan," bisik Prasetyo.Rendra mengangguk. "Aku akan ke sisi kiri, buat pengalihan. Begitu mereka masuk, kita buat mereka sibuk."Langkah kaki s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status