All Chapters of SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO: Chapter 171 - Chapter 180

289 Chapters

Bab 171

“Gini amat jadi anak olang kaya,” keluh Raka. Baru saja mereka habis makan malam, dan makanan yang dikonsumsi mereka gak habis. Bahkan keduanya buru-buru menuju ruang keluarga. Tak ada TV menyala seperti biasanya, kala mereka habis makan malam. Seperti ada sesuatu yang hilang dari keduanya. Bram perlahan mendekat, lalu menghentikan langkah saat mendengar obrolan kedua keponakannya. Tangannya merogoh ponsel di saku celana lalu merekam diam-diam dari arah belakang. “Iya benel. Daddy sama Mommy sibuk cali uang, kita dibuang.”Ucapan Rania membuat Bram mengatupkan bibirnya menahan tawa. Drama keduanya telah dimulai. “Ngapain punya uang banyak? Mending sama Mommy telus gak usah punya uang,” keluh Raka menimpali. “Aku punya ide,” kata Rania dengan mata berbinar. “Ide apa?” tanya Raka.“Bagaimana kalau kita kelja di kantol Daddy. Kamu kelja jadi satpam. Telima tamu, jadi bisa dwkat sama Mommy telus,” usulnya, seakan ide itu kalau di ACC oleh Daddynya makan akan sangat seru.“Kamu jadi
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 172

“Uuuh Baby, kenapa setiap kali menciummu, tubuhku terasa terbakar,” ujar Bram.Maksudnya tak pernah bisa dikendalikan setiap kali dia mencium Dinda. Sementara wanita itu dengan sengaja menyentuh Area sensitif di tubuh Bram. Wanita itu dengan nakal memasukkan tangannya, ke dalam celana Bram.Mereka kembali berciuman begitu panas, lidahnya saling membelit, sesekali memberikan gigitan kecil di bibir masing-masing. Hasrat pria itu sudah tak terbendung, karena Dinda benar-benar berhasil menggodanya. Dinda melepaskan ciumannya, lalu meraup oksigen sebanyak-banyaknya.“Tapi kamu menyukai pelayananku, kan?”Dinda mulai meremas dengan lembut bagian intim pria tersebut, sementara Bram memejamkan mata menikmati setiap sentuhan maka dari jari-jari lentik wanita di hadapannya ini.Dinda membuka dasi yang masih terasa mencekik di leher Bram, juga melepaskan kancing kemeja pria tersebut. Tubuhnya sedikit membungkuk, lalu memainkan lidahnya di dada Bram, hingga membuat pria itu mengeluarkan lenguhan
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 173

Dinda mengetuk pintu ruangan dokter dengan hati yang berat. Setelah mendengar izin dari dalam, ia membuka pintu perlahan dan masuk. Di dalam ruangan, dr. Harun menyambutnya dengan senyum ramah, seperti biasa.“Permisi, dok.”“Selamat pagi, Ibu Dinda. Silakan duduk,” ujar dr. Harun sambil menunjuk kursi di depan mejanya.Dinda mengangguk pelan dan duduk dengan hati-hati. “Selamat pagi juga, Dokter. Saya dihubungi pihak rumah sakit, katanya dokter ingin bertemu keluarga pasien. Saya juga ingin mendengar kabar terbaru tentang kondisi suami saya, Dimas.”Dr. Harun membuka berkas di mejanya dan memeriksa laporan medis terbaru. Setelah beberapa saat, ia menatap Dinda dengan serius namun tetap lembut. “Baik, Bu Dinda, langsung saja ya. Kami sudah melakukan pemeriksaan lanjutan terkait patah tulang yang dialami oleh Pak Dimas. Hasilnya menunjukkan bahwa kerusakan pada tulangnya lebih parah dari yang kami duga sebelumnya.”Dinda menelan ludah. “Seberapa parah, Dok?”“Pak Dimas membutuhkan set
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 174

Bram mendorong pelan tubuh Dinda, dan keduanya segera merapikan penampilannya kembali. Suara Davin semakin dekat, membuat Dinda jadi gugup dan menyesal datang ke kantor Bram.“Nanti kita lanjutkan di rumah,” bisik Bram.CeklekDavin dan Dinda sama terkejutnya, lalu mengarahkan pandangan pada saudara lelakinya, “apa aku ganggu?” tanya Davin dengan wajah menyebalkan. Melihat pasangan ini panik tentu Davin tahu yang terjadi.“Sialan,” umpat Bram.Davin terkekeh, lalu duduk di sofa. Bram menyusul.“Sa–saya pulang dulu, pak,” pamit Dinda merasa tak enak hati dengan Davin.“Tunggu dulu, saya cuma sebentar kok. Nanti lanjutkan lagi,” Davin menggoda membuat rona merah di pipi Dinda tak bisa disembunyikan.PlakBram memukul lengan sang adik dengan map di tangannya. Wajah panik Bram membuat Davin tergelak. Beberapa saat dia terpana melihat keakraban Davin dan Bram. Davin, jauh dari apa yang dia dengar selama ini tentang pimpinan Abimanyu Group.Davin bicara sebentar dengan kakaknya, memberikan
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 175

Sementara itu, Bram kembali berbicara fokus dengan Dinda.“Dia menghabiskan biaya Rp300 juta untuk biaya operasinya?” tanya Bram.“Benar, baby. Aku sudah bicara dengan dokter. Kalau misalnya tidak dioperasi, berarti dia akan mengalami kelumpuhan. Aku tidak mau repot dan disalahkan oleh keluarganya. Jadi, kumohon tolong segera bantu aku agar bisa terlepas dari orang itu tanpa harus menyakiti keluargaku. Aku yakin, Papa tidak bersalah atas meninggalnya rekan kerjanya dulu,” ucap Dinda.Dinda sudah menceritakan semuanya secara detail pada Bram. Tak ada satu pun yang ia tutup-tutupi dari pria tersebut, karena dia sangat yakin papanya tidak bersalah.“Aku sedang berusaha, kamu tenang saja,” jawab Bram tanpa keraguan sedikit pun. “Jadi, kamu melihatnya sedang berciuman dengan Herman?” tanyanya lagi pada Dinda.“Benar. Aku sangat jijik. Sebetulnya, dari dulu aku sudah curiga. Dia tidak mau menyentuhku, pasti karena dia seorang gay, dan ternyata benar, dia penyuka sesama jenis. Sangat menjiji
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 176

Sore harinya selepas bekerja, Bram memilih mampir ke rumah Davin. Dia memang tidak akan makan malam di rumah itu, tapi dia hanya ingin bercengkrama sebentar bersama kedua keponakannya. Karena bagi Bram bertemu si kembar adalah hal wajib yang tidak boleh ia lewatkan.“Kenapa Uncle Blam tidak makan di sini? Kenapa bulu-bulu banget pulangnya? Bibi udah masak banyak loh, ada ayam top up juga,” kata Raka.“Ayam Pop, oiiii!” teriak Bram.“Ah libet, pokoknya itu.”Laura bergabung duduk di ruang tamu, “Uncle Bram mau makan malam berdua sama pacarnya,” bisik Laura di samping telinga Raka. Rania yang tak mendengar jadi penasaran dibuatnya, “apa kata nenek?” bisiknya pada Raka.Raka menarik kepala saudara kembarnya, lalu berbisik, “kata nenek Uncle Blam tak punya pacal.”Laura dan Bram terkekeh, yang sampai ke telinga Rania jadi beda dengan yang dia ucapkan.“Dasar budek!” Bram menarik hidung mancung Raka.“Aduuuuh …. Aduuuuuuh, sakit Blam.”Bram semakin keras menariknya, Rania menggigit tangan
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 177

“Sakiiiit,” rintih Dinda.“Belum juga masuk,” jawab Bram, “jadi mau coba, atau gaya lain aja?” tanya Bram lagi.Dinda mengangguk, “jadi, penasaran banget di film itu kok enak banget kayaknya. Tapi kok sakit gini,” lirih Dinda.“Namanya juga baru pertama kali, beb. Lanjut ya, aku juga mau tahu rasanya. Ini udah pake pelicin kok,” ucap Bram membujuk.Kembali Dinda mengangguk karena dia juga penasaran rasanya seperti apa. Bram kembali menuangkan cairan seperti minyak, di bagian intimnya dan lubang sempit itu. Dia kembali berjuang untuk untuk bisa menerobos masuk, dan setelah beberapa kali coba, Dinda menjerit. Bram menghentikan gerakannya menunggu Dinda tenang dulu. “Apa seperti ini juga rasanya, mereka yang main pedang-pedangan?” Dinda bertanya di tengah rintihannya.“Mungkin, bahkan aku juga baru mencobanya denganmu. Kita mulai lagi ya beb,” bujuk Bram dengan lembut.Dinda kembali mengangguk, sakitnya sama persis saat keperawanannya direnggut oleh Bram. Semakin lama Bram bergerak m
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 178

“Apa kamu, menginginkan lagi?” tanya Dinda manja. “Aku tak pernah puas main hanya sekali denganmu. Tubuhmu sangat menggairahkan,” jawab Bram. Pria itu sudah mencium leher Dinda. Desahan pelan sengaja Dinda ucapkan tepat di samping telinga Bram. Hingga pria itu mengeram nikmat. Dinda duduk berhadap-hadapan dengan Bram. Membuka kancing piyamanya, agar Bram bisa mencium dan memberi tanda kepemilikan di dadanya. “Aku suka kamu yang hot seperti, baby,” bisik Bram pelan.“Asal aku dapat upah tiap malam, maka apapun akan aku lakukan untuk membuatmu puas,” balas Dinda penuh hasrat.*Jam makan siang tiba. Davin menghampiri meja kerja Naura dengan senyum lebar di wajahnya. “Sayang, waktunya makan siang. Ayo, kita pergi sekarang.”Naura, yang tengah sibuk memeriksa beberapa dokumen, mendongak sambil tersenyum kecil. “Ke mana? Kamu sudah pesan makanan di luar?”Davin mengangguk sambil meraih tas tangan Naura yang tergeletak di meja. “Restoran favorit kita. Aku ada hadiah kecil untukmu.”“Untu
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 179

“Kenapa, sayang?” tanya Davin.Sang istri terus menoleh ke belakang, lalu fokus ke depan, ke belakang lagi, terus begitu. Seperti ada yang sedang dipikirkan oleh Naura.“Hey, kenapa, sayang?” tanya Davin lembut, sambil menyentuh tangan istrinya.“A–aku seperti melihat Aldo,” ucapnya.Davin berdecak kesal.“Jangan menyebutnya di depanku, sayang,” jawab pria itu cemburu.“Tapi aku beneran melihat dia membuntuti kita, sayang. Aku yakin itu, dia,” ujar Naura.Davin menepikan mobilnya, lalu mobil yang dicurigai Naura dikendarai Aldo melaju lurus.“Mana, sayang?” tanya Davin.“I–itu mobilnya. Aku melihatnya masuk ke mobil putih itu,” jawabnya seperti yang dia lihat.Naura hanya takut kalau Aldo datang untuk mengacaukan hidup mereka lagi. Naura yakin dia dendam pada Davin, apalagi kalau sampai dia tahu soal pernikahannya dengan Davin, tanpa melihat perjuangannya melewati ujian berat.“Dengar, sayang. Aldo atau siapapun tak akan pernah bisa menyentuh kita. Aku pastikan itu kok, jadi kamu jang
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Bab 180

“Kita mulai acaranya, setuju?” tanya MC pada semua orang yang hadir di sana.“Setuju,” jawab semua.Davin berdiri dengan penuh wibawa di atas podium. Dengan mikrofon di tangan, ia tampak percaya diri, sementara sorotan lampu panggung memusatkan perhatian semua orang padanya. Naura, yang berdiri anggun di sampingnya, menatap suaminya dengan senyuman penuh kebanggaan. Di antara mereka, Rania dan Raka berdiri dengan percaya diri, melambaikan tangan kecil mereka kepada para tamu undangan yang memberi tepuk tangan meriah.“Silakan, Pak Davin, untuk sepatah dua patah kata agar sah si kembar resmi go publik,” ujar salah satu MC dengan senyuman lebar, mengundang sorakan kecil dari audiens.Davin mengambil mikrofon dan membuka pidatonya dengan suara tegas namun hangat, “Selamat malam.”“Selamat malam, Pak Davin!” suara para tamu serentak menjawab, menciptakan suasana hangat dalam ruangan.Davin melanjutkan, “Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang hari ini, ke acara ulang tahun ked
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
29
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status