All Chapters of Identitas Rahasia sang Pria Tertindas: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

Cafe Hitam

Dia melihat tepat di bawah pintu masuk ada beberapa foto yang memperlihatkan dua orang. Luna segera mengambilnya. "Luna, ada apa?" tanya David curiga saat Luna memandangi layar ponsel dengan serius. Luna segera menoleh. Dia menatap David lekat-lekat. "Tadi kamu bilang pergi ke danau pusat kota untuk mengantar Ibu, kan?" tanyanya dengan nada sengit. "Iya, memangnya kenapa?" "Kamu tidak bohong, David?" "Tidak," David menggelengkan kepala. "Apakah kamu kira aku berbohong?" "Ya, jelas. Kamu memang berbohong. Kamu adalah pria pembohong, David!" "Luna, apa maksudmu? Kenapa kamu tiba-tiba marah seperti ini?" David kebingungan. Dia tidak tahu kenapa Luna tiba-tiba berubah menjadi marah. Padahal sesaat sebelumnya ia terlihat baik-baik saja."Lihat ini!" kata Luna dengan tegas sambil memberikan foto yang telah ia pungut.Saat David melihat foto tersebut. Dia pun ikut kaget. Foto itu memperlihatkan ketika wanita asing yang sebelumnya mengaku terpeleset sedang merangkul David. Momennya
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Melampiaskan Amarah

"Baik, Tuan," salah satu wanita cantik berkata dengan patuh dan takut. Mereka sudah tahu bahwa David adalah pemilik dari Cafe Hitam, jadi tidak ada satu pun yang berani membantah perintahnya. Wanita itu buru-buru keluar dan langsung pergi ke ruangan manager untuk menyampaikan perintah David. Tidak lama kemudian, seorang pria paruh baya masuk dengan tergesa-gesa. Ia masuk ke dalam ruangan sambil membungkukkan badan dan berdiri hormat di depan David. "Apakah Tuan memanggil saya?" tanyanya ketakutan. "Ya," jawabnya. "Siapa yang berani mencari masalah di tempatku?" "Aku belum tahu, Tuan. Tapi aku sudah meminta security untuk mengatasinya," kata sang manager. "Pria itu datang untuk minum dengan seorang kekasihnya. Dia ingin memesan ruangan VIP. Tapi seluruh meja sudah terisi penuh. Pelayan sudah berusaha menjelaskannya. Namun dia tidak terima dan akhirnya membuat keributan," David kembali melihat ke arah CCTV. Saat itu, dua orang security terlihat berhasil mengusir si pria yang membu
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Dia Bukan Manusia!

Andreas ingin menjawab dan meminta maaf. Tapi dia kesulitan bicara karena tenggorokannya di cengkeram. Saat itu ia benar-benar ketakutan. Apalagi ketika dirinya melihat ekspresi David Smith. Ekspresinya benar-benar membuat siapa pun takut. David terlihat seperti iblis yang sedang marah besar. Bukk!!! Dia melemparkan Andreas dengan keras. Pemuda itu jatuh di atas meja dan langsung hancur. Tidak berhenti sampai di situ saja, David kembali menghampiri dan membuatnya bangun. Ia kemudian memukul mulutnya. Dua buah gigi langsung jatuh ke lantai. Seketika mulut Andreas dipenuhi oleh darah segar. Semua orang yang menyaksikan kejadian ini langsung bergidik. Mereka merasa ngeri melihat tindakan David. "Dia bukan manusia!" "Dia iblis!" "Aku tidak percaya dia benar-benar berani menghajar Tuan Muda Felix," "Dia sangat berani. Sepertinya pria itu berasal dari keluarga yang kaya raya," Sementara itu, kini Andreas sudah tidak bisa melakukan apapun. Ia hanya mampu meringkuk di lantai dengan
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Ingin Bermain-main Denganku, Ya?

Seorang pria berusia tujuh puluhan tahun sudah masuk ke dalam ruangan. Dia tidak datang sendiri. Melainkan ditemani oleh dua pria yang berdiri di belakangnya. Bisa dipastikan bahwa kedua pria itu adalah pengawal pribadinya. "Silahkan duduk," ujar David dengan nada hambar. Pria itu mengangguk. Dia kemudian duduk di hadapan David. "Aku Scot Felix. Ayah dari Andreas," katanya langsung memperkenalkan diri. "Ya, aku tahu. Aku sudah menduga sejak awal bahwa kamu pasti akan datang kemari," David menyalakan rokok. Ia lalu meminum bir yang masih ada di atas meja. "Aku rasa, seharusnya kamu tidak perlu melakukan hal seperti itu kepada anakku. Apalagi di hadapan banyak orang," Scot bicara dengan hati-hati. Namun yang sebenarnya, diam-diam dia merasa tidak terima dengan apa yang telah dilakukan oleh David kepada Felix. "Kalau tidak begitu, lalu apa yang harus aku lakukan kepada anakmu?" "Apakah kamu tidak mengajaknya bicara baik-baik?" "Menurutmu, memangnya dia masih pa
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Kamu Harus Segera Menceraikan David!

"Terimakasih, Tuan, terimakasih. Aku berjanji, kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi," Scot Felix merasa gembira. Berulang kali dia mengucapkan terimakasih kepada David karena sudah memberikan ampunan kepadanya. "Ingat! Jangan sampai kejadian ini diketahui oleh orang luar. Kalau sampai terjadi, kau akan tahu sendiri akibatnya!" "Baik, Tuan. Aku mengerti," "Pergilah sekarang juga!" Scot Felix langsung berdiri. Setelah aura pembunuh di tubuh David ditarik, tenaganya berangsur-angsur pulih. Dia dan dua pengawalnya segera pergi dari sana sambil membawa Andreas yang sejak tadi merintih menahan sakit. Setelah mereka pergi, David juga langsung keluar dari ruangan. Dia pulang ke rumah dengan naik taksi. David tiba di sana pukul delapan malam. Saat itu pintu sudah tidak dikunci lagi. David langsung masuk ke dalam. Ia mencari Luna. Ternyata istrinya sudah tidur. Pagi harinya, setelah Luna siap berangkat kerja, David berniat untuk mengantarnya seperti biasa. Namun Luna meno
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Permintaan Maaf Elie

"Aku sendiri tidak tahu, Nek. Aku bingung," jawab Luna dengan jujur. "Baiklah. Lupakan saja dulu. Nenek mempunyai persoalan lain yang ingin dibicarakan denganmu," "Apa itu, Nek?" "Mulai besok kamu tinggal di sini saja, Luna," "Apa? Kenapa aku harus tinggal di sini, Nek?" tanya Luan yang sedikit kaget dengan ucapan Nyonya Agatha. "Rumahmu yang saat ini terhitung biasa saja, sekarang karirmu sedang naik. Semua bisnismu berjalan lancar tanpa ada halangan yang berarti. Perlahan namun pasti, akan ada banyak orang yang mengenal dan berusaha mendekatimu dalam hal bisnis. Masa iya, pemilik Hotel Apartemen Awan Cerah dan Restoran George tinggal di rumah sederhana seperti itu?" Luna termenung sejenak. Ia mencoba memahami ucapan neneknya. Setelah dipikir-pikir, apa yang diucapkan oleh Nyonya Agatha ada benarnya juga. Walaupun sebenarnya dia merasa nyaman di rumah sederhana itu, tetapi pandangan orang tidaklah sama. Nyonya Agatha mengatakan ini pasti demi menjaga harga diri Keluarga Georg
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Dia adalah Dewa Iblis

"Laura, Nona," "Laura?" Luna termenung. Lagi-lagi Laura yang menjadi dalangnya. Dia tidak habis pikir, kenapa Laura begitu tega melakukan segala macam cara untuk memisahkan dia dan David? Mengapa pula dia terus mengusik kehidupannya? Padahal seingat Luna, dia tidak pernah mengusik ataupun mencampuri urusan Laura. Tanpa sadar Luna mengepal kedua tangannya. Wajahnya memperlihatkan ekspresi terkejut. "Nona, maafkan aku," Elie masih terus meminta maaf. Dia tidak berani beranjak dari posisinya. "Bangunlah, Elie," ujar Luna sambil membantunya berdiri. "Duduklah," Elie mengangguk. Dia kemudian duduk di sofa. Luna terdiam untuk beberapa saat. Dia berusaha menenangkan dirinya. "Nona, apakah Nona sudah memaafkan aku? Sungguh, aku bicara sejujurnya," Elie berkata lagi. Dia takut Luna belum memaafkan dirinya. Lebih dari itu, ia takut saat mengingat sosok David Smith yang duduk di sisinya. "Ya, aku sudah memaafkanmu," "Luna, aku tahu kamu punya kelebihan, seharusnya kamu bisa membedakan
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Mengidolakan Dewa Iblis

Luka berpikir beberapa saat. Setelah itu dia menjawab, "Diriku! Aku akan memberikan diriku seutuhnya kalau kamu mampu membuktikan semua ucapan itu," "Benarkah?" "Tentu saja. Aku tidak akan menjilat ucapan sendiri," "Baik. Aku setuju," jawab David dengan ekspresi gembira. "Saat hari jadi pernikahan kita tiba, aku akan memberikan villa mewah di bawah kaki Bukit Emas kepadamu," Luna tidak terlalu mendengarkan David. Dia berniat untuk tidur. Namun sebelum memejamkan kata, tiba-tiba Luna teringat sesuatu. Sehingga terpaksa dia bangun lagi. "David, besok malam kamu harus mengantarku," "Ke mana?" "Ke Cafe Hitam," "Cafe Hitam?" David terkejut. Cafe Hitam adalah cafe miliknya. Untuk apa Luna ke sana? "Kenapa? Apakah ada masalah? Sepertinya kamu terlihat sangat kaget," "Tidak, tidak," ujar David buru-buru menjawab. "Kalau boleh tahu, untuk apa kamu pergi ke sana?" "Tuan Muda Benjamin ingin bertemu denganku. Mungkin dia ingin bekerja sama," "Oh, baiklah," David mengangguk. Dia tidak
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Jangan Kurang Ajar, Tuan

Jam delapan malam ...David dan Luna baru saja berangkat menuju ke Cafe Hitam. Malam ini Luna tampil mengenakan kemeja pendek dan ketat warna putih. Ia juga mengenakan rok mini sebatas lutut. Sebuah jam tangan mewah yang kecil mungil dipakai di pergelangan tangan kirinya. Rambut yang hitam panjang itu dibiarkan terurai. Walaupun sekilas penampilannya sederhana, namun siapa pun yang melihatnya pasti akan tergoda. Siapa pun pasti akan setuju bahwa kecantikan Luna seolah-olah bertambah beberapa kali lipat ketika dia mengenakan setelan seperti itu. "Aku yakin kehadiranmu di Cafe Hitam nanti akan mengundang perhatian banyak orang," ujar David memulai pembicaraan. "Benarkah? Mengapa bisa begitu?" tanya Luna penasaran. "Karena malam ini kamu benar-benar cantik, Luna," "Cihh! Dasar pria hidung belang!" ujar Luna sambil menahan tawa. "Lihat saja nanti, semua mata pasti akan tertuju padamu," Lima belas menit kemudian, keduanya sudah tiba di depan Cafe Hitam. Begitu turun dari mobil, dua
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Hari Ini, Kamu Harus Mati!

Luna tetap menolak. Dia menepis tangan Steven Benjamin yang saat itu mulai memegangi punggungnya. Tanpa bicara sepatah kata pun, Luna langsung memaksakan diri untuk pergi ke toilet. Steven tidak mengejarnya, dia tetap diam di tempat sambil memasang wajah seperti serigala kelaparan. "Semua yang ada di sini, keluar sekarang juga!" ujar Steven sedikit berteriak. Orang-orang yang ada di ruangan lantai dua langsung menoleh ke arahnya. Mereka menatap Steven tidak senang. Memangnya siapa pemuda itu? Mengapa dia menyuruh semua orang pergi? Pikiran orang-orang tersebut hampir sama. Mereka tidak terima sekaligus penasaran terkait Siapakah pemuda yang berani berkata lancang. "Apa maksudmu? Aku di sini bayar. Kamu tidak mempunyai hak untuk mengusirku pergi," seorang pria paruh baya memberanikan diri untuk bicara. Dia bahkan berjalan mendekat ke arah Steven Benjamin. Steven memandangi pria tua itu dengan tatapan marah. "Jadi kamu tidak mau mendengarkan ucapanku?" "Siapa pun
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status