Semua Bab Identitas Rahasia sang Pria Tertindas: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

Saras?

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Selanjutnya segera terlihat ada seorang wanita muda yang berjalan masuk dengan langkah perlahan. Langkah wanita itu sangat mantap. Wajahnya pun cantik. Sayangnya, kecantikan tersebut seakan tertutup oleh keangkuhannya. "Saras, kau ... "Luna George sangat terkejut setelah tahu bahwa orang yang datang itu adalah Saras. Suami dari Willie Nelson yang selama ini mempunyai masalah dengan dirinya. "Kenapa? Apakah kau terkejut, Luna George?" Luna tidak bisa menjawab. Dia benar-benar terkejut setengah mati. Begitu juga dengan Manager Luis sendiri. Setelah ia melihat kemunculan Saras, dirinya tidak tahu lagi harus berkata apa.Manager Luis kemudian bangkit berdiri dan segera mempersilahkan Saras duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Saras lalu berjalan dan duduk di kursi yang sudah disediakan. Terhadap keterkejutan Luna, dia sama sekali tidak heran. Malah dirinya merasa sangat senang. "Kau pasti tidak menyangka bukan, kalau aku adalah Direktur Utama d
Baca selengkapnya

Semua Ini Gara-gara Kamu, David!

"Tentu saja. Memangnya kau masih punya masalah dengan Saras yang lain?" kata Luna George terlihat sangat gemas kepada David Smith. Dia sungguh tidak habis pikir, mengapa di dunia ini ada manusia sebodoh dan sepolos David Smith? "Jadi maksudmu, Saras itu adalah ..." "Direktur Utama di perusahaan tempat aku bekerja. Dan secara tiba-tiba saja dia memecatku," ucapnya memotong perkataan David Smith. "Sekarang kau mengerti, bukan, kenapa Saras melakukan ini kepadaku?" "Itu karena kita mempunyai masalah dengannya," "Benar. Dan ini semua gara-gara kamu, David. Gara-gara kamu!" Kekesalan dan kemarahan Luna George semakin meluap. Dia tidak harus berbuat apa menghadapi situasi semacam ini."Coba kalau saat itu kau tidak ikut menghadiri pesta pernikahan mereka. Atau kalau saat itu kau menuruti permintaan mereka berdua, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi," Kalau membayangkan peristiwa itu, Luna benar-benar marah. Dia marah kepada Willie Nelson dan Saras Albert, dia pun marah
Baca selengkapnya

Masalah Keluarga George

Saat ini Luna sudah berada di dalam ruang utama rumah Keluarga George. Di sana ada beberapa orang yang hadir. Mereka adalah kedua orang tua Luna, neneknya, dan juga beberapa kerabat dekatnya. Semua orang-orang itu duduk di hadapan meja bundar yang terbuat dari batu marmer. Ukuran meja itu pun cukup besar. Di atasnya tersedia banyak hidangan yang lezat dan menggugah selera. Ruang utama atau ruang pertemuan Keluarga George ternyata cukup mewah. Di setiap sudut dinding tersedia beberapa lukisan yang langka dan mahal harganya.Ada pula lukisan keluarga besar mereka."Luna, apakah kau kemari seorang diri?" tanya ibu Luna yang bernama Elena George."Iya, Bu," jawab Luna sambil mengangguk. "Suamimu yang tidak berguna itu tidak ikut?" Nyonya Elena kembali menegaskan. "Tidak, Bu," "Baguslah. Dia memang tidak perlu diajak kemari. Toh kehadirannya juga tidak akan membawa manfaat apa-apa," Agatha George, nenek atau istri dari Arthur George ikut berbicara. "Kalau diajak kemari, paling-paling
Baca selengkapnya

Memikirkan Jalan Keluar

Semua orang yang ada di ruangan itu serentak memandang ke arah Luna. Mereka memasang wajah yang serupa. "Apa idemu itu, Luna?" tanya Laura dengan cepat. "Katakan sekarang juga, Luna," Nyonya Agatha langsung menyambungnya. Luna diam beberapa saat. Sekarang gantian, giliran dia sendiri yang memandangi orang-orang tersebut. Sebetulnya Luna sendiri tidak yakin dengan ide itu. Tapi apa mau dikata, yang ada di pikirannya saat ini hanya ide itu saja. "Ayo, Luna. Jangan buat kami mati penasaran," Nyonya Agatha kembali bicara. Dia sudah tidak sabar ingin mendengar ide dari Luna. "Bagaimana kalau kita meminta maaf secara langsung kepada Keluarga Albert? Mungkin ... mungkin hal itu akan mampu menyelesaikan masalah ini. Aku yakin, bagaimanapun juga, keluarga itu pasti masih mempunyai hati nurani. Apalagi kalau kita datang dengan sukarela," kata Luna sedikit gugup. Begitu mendengar ide yang dimaksud olehnya, ekspresi wajah semua orang kembali berubah. Mereka benar-benar kaget dan tidak meny
Baca selengkapnya

Keputusan David Smith

"Aku tidak mempunyai ide lain kecuali hanya bertemu dengan Keluarga Albert dan meminta maaf secara terang-terangan. Menurutku, itu adalah jalan keluar yang terbaik," kata Luna masih dengan jawaban dan ide yang sama. "Tidak boleh. Hal itu tidak boleh dilakukan," ucap David sambil menggelengkan kepalanya. "Hal tersebut sama saja dengan merendahkan martabat Keluarga George sendiri," "Lalu aku harus bagaimana?" suara Luna tiba-tiba meninggi. Sepertinya dia mulai dikuasai lagi dengan emosi. Ia menatap David dengan tajam. Kemudian berkata lebih lanjut, "Lagi pula, semua ini awalnya gara-gara dirimu, David. Sudah aku katakan berulang kali, kalau saat itu kau tidak ikut ke acara di Gedung Berlian, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi," "Semenjak peristiwa itu, hidupku selalu tidak tenang. Aku selalu dihantui oleh rasa bersalah yang mendalam. Terutama kepada Keluarga George," David tetap diam. Dia tidak ingin berdebat dengan Luna. Baginya, berdebat dengan wanita a
Baca selengkapnya

Memberikan Pelajaran

"Ya, itu sudah pasti. Pantang bagi Ronald Albert untuk lari dari kenyataan," katanya penuh percaya diri."Tapi kita belum tahu siapa orang itu, Tuan. Bagaimana kalau dia mempunyai niat yang buruk terhadap Anda?" James terlihat khawatir. Dia takut sesuatu tak diinginkan menimpa majikannya. "Apakah kau takut, James? Sejak kapan kau berubah menjadi pria pengecut?" Pria tua yang mengaku bernama Ronald Albert memutar kursinya. Sepasang mata yang tajam segera menatap James lekat-lekat. "Aku ... aku hanya mengkhawatirkan keselamatanmu saja, Tuan," ujar James sedikit gugup. "Cih!!!" Ronald Albert tersenyum sinis. "Jangan terlalu berlebihan begitu, James. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja," "Baiklah. Aku percaya," "Bagus. Sekarang kau boleh pergi dulu. Jangan lupa, persiapkan dirimu dengan baik," James mengangguk penuh hormat. Detik itu juga dia langsung mengundurkan diri dan keluar dari kamar tersebut. Ronald Albert masih ada di sana. Dia kembali membaca pesan singkat itu untuk
Baca selengkapnya

Kabar Baik

David dan Daniel sudah kembali berada di dalam mobil. Mereka terlihat begitu tenang dan santai. Terhadap keributan yang mereka buat di Restoran Daun Hijau, keduanya tidak merasa takut sedikit pun. Bahkan memikirkannya pun tidak."Tuan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Daniel memecah keheningan. "Hancurkan beberapa bisnis Keluarga Albert. Jangan biarkan mereka menancapkan kakinya lagi di kota ini," "Baik, aku akan segera melaksanakannya. Aku yakin, pria tua itu akan menyesal seumur hidup karena telah bertindak secara sembarangan," "Tapi kau harus selalu ingat, Daniel, terhadap apa yang telah kita lakukan, aku harap tidak ada orang lain yang mengetahuinya," David tidak ingin kehadiran dan tindakannya diketahui oleh orang-orang yang berada di bidang serupa. Bukan karena dia takut, tapi karena dia masih ingin menikmati kehidupannya yang saat ini. Maka dari itu, ia selalu bergerak dalam diam supaya rahasianya tidak terbongkar. "Kau tenang saja, Tuan. Percayalah bahwa aku t
Baca selengkapnya

Berlomba

Laura tidak melanjutkan lagi bicaranya. Sebab pada saat itu, entah kebetulan atau tidak, Nyonya Agatha terlihat sedang melirik ke arahnya. Walaupun lirikan itu tampak biasa, tapi hal tersebut sudah cukup untuk membuat Laura merasa takut. Karena itulah dia langsung diam seribu bahasa. Beberapa saat kemudian, terdengar wanita tua itu bicara dengan suara cukup lantang. "Apakah semuanya sudah datang?" tanyanya sambil melirik ke semua orang. "Sudah, Bu," jawab Elena mewakili yang lainnya. Nyonya Agatha mengangguk beberapa kali. Dia kemudian mengajak makan keluarga besarnya. Acara perjamuan itu dilangsungkan secara sederhana. Namun walaupun begitu, semua yang dihidangkan adalah makanan lezat dan mahal. Setiap orang pasti tahu akan hal tersebut. Setelah perjamuan selesai, keadaan di sana menjadi lebih santai dari sebelumnya. Beberapa botol bir dikeluarkan. Mereka yang suka minum bir, langsung meminumnya tanpa basa-basi. "Apakah kalian tahu, mengapa aku mengundang kalian hari ini?" ta
Baca selengkapnya

Menjadi Bahan Hinaan

Joshua Tyson, salah satu anak dari Kepala Keluarga Tyson sekaligus suami dari Laura itu langsung kebingungan harus menjawab apa. Bibirnya memang tampak terbuka, tapi tidak ada satu pun ucapan yang mampu keluar dari mulutnya. Sebenarnya Joshua tidak berniat untuk menghalangi usaha Nyonya Agatha. Hanya saja di satu sisi, kalau Keluarga George tidak ikut berlomba dalam 'kompetisi' ini, maka hal tersebut malah jauh lebih baik lagi. Sebab memang itulah yang diinginkan saat ini. "Nenek ..." setelah beberapa saat kemudian, akhirnya Joshua bicara juga. "Aku rasa, aku mempunyai ide yang cukup baik," Nyonya Agatha tidak bicara, dia hanya mengangkat alisnya sambil memandang ke arah Joshua. "Walaupun Keluarga George dan Keluarga Tyson bukalah keluarga penguasa di Kota Phoenix, tapi kalau dua keluarga ini bersatu untuk mendapatkan saham dan beberapa perusahaan bekas Keluarga Albert, aku rasa kesempatan yang kita dapat akan bertambah besar. Kekuatan gabungan keluarga ini harusnya bisa
Baca selengkapnya

Bertemu Seseorang

"Apakah ini Nona Luna George?" bukannya menjawab pertanyaan, si penelepon yang tak di kenal itu malah balik bertanya. "Benar, aku bernama Luna George," jawabnya dengan jujur. "Nona Luna, aku ingin meminta waktumu sebentar. Besok sore hari, aku ingin kita bertemu di Restoran Bintang Timur. Di lantai dua, meja nomor satu," "Tunggu dulu, Anda siapa? Mengapa Anda mengajakku untuk bertemu di sana?" "Besok sore Anda akan mengetahui siapa aku. Yang jelas, pertemuan kita nanti akan membicarakan tentang bisnis besar yang ditinggalkan oleh Keluarga Albert," Luna langsung terkejut setelah mendengar hal tersebut. Untuk sesaat dia tidak mampu berkata apa-apa. "Tu-tuan, apakah kau serius?" tanyanya dengan bibir sedikit gemetar. "Aku serius, Nona. Maka dari itu kau wajib untuk datang besok sore. Sampai ketemu lagi," Telpon langsung ditutup. Luna memandangi ponselnya sebentar. Dia masih terlihat bingung. Apakah ucapan orang itu bisa dipercaya? Apakah dia harus datang ke Restoran Bintang Timu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status