Semua Bab Pria yang Dicintai Suamiku : Bab 1 - Bab 10

19 Bab

bab 1

“Izinkan aku menikah lagi, Sarinah!” seru Mas Panjul suamiku. Lelaki ganteng dengan brewok tebal memenuhi rahang kekarnya itu berkata tegas. Aku memijat kening karena mendengar keinginan gilanya itu.“Mas, apa nggak bisa dipikir lagi. Aku nggak mau diceraikan!” seruku. Tangisku pecah membahana memenuhi ruang tengah rumah kami. Iya ... sejak kami menikah Mas Panjul sudah memboyongku hidup berdua, dia lelaki yang mandiri dan bertanggung jawab menurutku. Namun ucapannya kali ini membuatku sedih.“Loh, siapa bilang aku mau menceraikan kamu, Inah. Aku cuma mau izin nikah lagi,” ucap Mas Panjul enteng. Segitu entengnya dia tidak memikirkan perasaanku. Apa dia sudah lupa dengan ikrar janji yang dulu ia ucapkan di hadapan penghulu? Setia padaku sampai mati.“Maksud kamu apa?”“Aku hanya minta izin menikah lagi. Tapi aku nggak akan menceraikan kamu.”“Kamu egois, Mas. Egois!”“Inah, Sayang. Izinkan Mas nikah lagi, ya.” Lelaki itu berjalan mendekat ke arahku, tangan kekarnya mengusap air matak
Baca selengkapnya

bab 2

Pukul satu siang, aku sudah berpakaian rapi juga dandan secantik mungkin. Jangan sampai aku kalah cantik dengan wanita yang akan datang bersama Mas Panjul nantinya. Tak lupa parfum mahal aku semprotkan ke leher juga pergelangan tangan. Wangi, dan ini adalah parfum kesukaan Mas Panjul.Jam satu lewat sepuluh menit, terdengar suara bel ditekan, aku bergegas keluar kamar. Dengan debar jantung yang tidak beraturan aku membuka pintu. Jujur saja, rasanya tidak karuan saat harus menghadapi situasi seperti ini. Suamiku pulang dengan membawa selingkuhannya, calon maduku.Pintu sebelah kiri terbuka, tampak wajah tampan Mas Panjul tersenyum manis ke arahku. Namun pandanganku beralih pada sosok di sebelahnya yang mengenakan pakaian kurang bahan dengan rok di atas lutut, juga bagian dada yang sangat terbuka sehingga menyembulkan isinya.Aku mengamati saksama wanita yang berdiri di sebelah suamiku, rasanya pernah bertemu. Sosok ini tidak asing, namun di mana aku pernah melihatnya.Lamunanku tersada
Baca selengkapnya

bab 3

“Huhuhuhu .... “ Aku menangis kencang saat tiba di rumah Mama. Ia yang menyambut kedatanganku menatap iba. Tangan tuanya menggandeng mesra tanganku dan masuk ke dalam.“Ada apa, Sayang?” tanyanya. Aku hanya bisa terisak, dadaku belum sepenuhnya tenang. Untuk sesaat Mama membiarkan aku larut dalam tangis.Iis-asisten di rumah Mama menghampiri, ia meletakkan minum di meja. Aku mengambil orange juice itu dan meminumnya sampai habis.Aku menarik napas panjang lalu mengembuskan pelan. Mataku menatap manik mata Mama yang sepertinya menanti aku untuk bicara.“Ma ... Mas Panjul selingkuh!” aduku padanya. Ekspresi wajah Mama terkejut, ia sepertinya tidak menyangka jika hal ini akan terjadi. Bagaimana pun selama ini putra bungsunya sudah banyak berubah sejak menikah denganku.“Kamu sudah minta penjelasan sama Panjul, Inah?” Mama membenarkan rambutku yang sedikit berantakan.“Sudah, Ma. Mas Panjul juga kemarin bawa selingkuhannya ke rumah kita.” Air mataku kembali luruh. Sakitnya, tuh di sini!“
Baca selengkapnya

bab 4

Sampai malam menjelang, Mas Panjul tidak kunjung datang ke rumah mama. Entah ke mana perginya suamiku itu. Pulang ke rumah, atau jangan-jangan malah pergi bersama pacar warianya.Aku tidak bisa tinggal diam! Aku harus bertindak! Waria mana yang tidak bisa aku hadapi. Sekali tendang itu selangkangan, lumpuh sudah badan dia!Berani coba? Sini maju!Sampai pukul sembilan malam, akhirnya aku pulang ke rumah diantar sopir mama. Mama tentu tidak mengizinkan aku yang menantu kesayangannya pulang naik taksi. Tak lupa, saat aku hendak pulang, mama memberiku uang yang cukup banyak untuk membeli obat. Obat hasil rencana brilian mama untuk menyelamatkan rumah tangga kami.“Mampir ke apotek ya, Pak.” Aku mengarahkan pak Alim untuk mampir ke apotek.“Baik, Non.”Mobil yang aku tumpangi pun berhenti di sebuah apotek yang cukup besar. Berharap obat itu dijual di sini.Kakiku melangkah masuk dan disambut apoteker berseragam merah muda. Dua wanita itu berdiri dan tersenyum manis. “Ada yang bisa kami ba
Baca selengkapnya

bab 5

Mas Panjul memilih tidur di kamar tamu, aku pun tidur sendirian. Aku sendiri tidak tahu apa alasan Mas Panjul berat untuk meninggalkan Jeni, sebegitu cinta mati ‘kah suamiku pada manusia itu?Aku harus bagaimana, Tuhan!Aku melirik jam di dinding, pukul dua malam. Aku meraih sweater yang tergantung di belakang pintu, lantas keluar kamar, lalu masuk ke kamar di mana suamiku tidur.Aku membuka pintu perlahan dan mataku menangkap sesuatu yang membuatku takjub. Suamiku tengah duduk bersimpuh di atas sajadahnya.Tenang saja, dia mengenakan sarung dan peci, tidak mukena seperti yang ia pakai dulu.Mas Panjul sepertinya menyadari kehadiranku yang masih berdiri di ambang pintu. Lelaki itu menyudahi berdoa lalu berjalan mendekat ke arahku. Aku tergagap dan segera menutup pintu kembali, tapi terlambat, tanganku dicekalnya lalu ditariknya masuk kamar.Pintu ditutup!“M-mas ....” Aku tertegun, suaraku seolah tercekat. Begitu terkejutnya aku melihat suamiku berpakaian mengagumkan begini.“Istriku
Baca selengkapnya

bab. 6

Aku menatap langit-langit kamar, badanku rasanya lelah karena Mas Panjul benar-benar membuatku kewalahan. Aku tak menyangka jika dirinya bisa seganas itu. Mas Panjul masih tidur di sebelahku, terdengar dari suara dengkurannya yang keras. Mataku melirik jam dinding, pukul sebelas siang dan perutku lapar.Aku menyibak sedikit selimut yang menutupi badan lalu meraih pakaian yang tergeletak di lantai dan bergegas mengenakannya. Beranjak keluar kamar menuju dapur, memasak sesuatu yang bisa kami makan dan sepertinya Mas Panjul pun akan lapar jika sudah bangun.Rasa pusing yang tadi aku rasakan sedikit hilang dan kini aku berada di dapur, mengisi wadah rice cooker dengan beras lalu menyalakan tombol cook. Aku membuka lemari es dan mengambil beberapa sayuran dan bumbu, juga beberapa butir telur yang nanti akan aku dadar.Saat tubuhku berhadapan dengan kompor dan wajan, sebuah lengan memeluk erat, napasnya terasa hangat di telinga.“Kok udah bangun, sih, Sayang.” Mas Panjul mulai menciumi lehe
Baca selengkapnya

bab 7

Pulang dari dokter, kami bergegas menuju rumah Mama, ingin memberitahukan segera kabar bahagia ini. Harapan Mama untuk bisa menimang cucu akan terwujud dalam waktu dekat.Pukul sebelas siang kami sampai di rumah Mama, beliau tengah merapikan tanaman kesayangannya yang ada di dalam pot yang berjejer di teras saat kami baru tiba. Mama menghentikan aktivitasnya dan bergegas memelukku seperti biasa.“Kok tumbenan, Panjul, kamu nggak kerja?” tanya Mama karena melihat Mas Panjul berkeliaran di hari kerja.“Masuk dulu, yuk, Ma, ada yang pengen kami sampaikan,” ucapku pada Mama. Kami pun masuk dan duduk di ruang tengah. “Ada apa?” tanya Mama terlihat penasaran. Aku dan Mas Panjul saling menatap, bingung harus bagaimana cara menyampaikan kabar gembira ini.“Kalian lagi nggak berantem dan berencana pengen pisah, kan?” ucap Mama asal menebak.“Bukan!” seruku dan Mas Panjul berbarengan.“Ya udah. Lantas kenapa?”“Inah hamil, Ma. Mama sebentar lagi bakal punya cucu,” ucapku lantang.Wajah Mama y
Baca selengkapnya

bab. 8

Tok ... tok ... tok ....Ck, siapa sih yang bertamu malam-malam begini. Pake ngetuk pintu segala lagi. Padahal, di sana ada bel yang masih normal yang bisa digunakan. Ganggu acara makan malam romantisku sama Mas Panjul.Mas Panjul bangun dan berjalan ke arah pintu, lantas membukanya. Aku menoleh karena penasaran siapa tamu yang datang malam begini. Pizza di tangan mendadak terjatuh dari genggaman saat mata ini menatap tamu tak diundang itu.Jeni!Aku bangkit dan buru-buru menyusul Mas Panjul.“Ngapain kamu ke sini? Mau ikut makan pizza? Eh, bentar, pizza nya belum aku campur racun. Nanti kamu tunggu dulu di luar, aku kasih racun dulu buat kamu!” seruku kesal. Bisa-bisanya dia datang ke sini sendirian.Wajah Jeni yang cantik terlihat takut mendengar ucapanku barusan, wajahnya menunduk karena takut aku memelototi dirinya. Heran aku tuh, Jeni itu kan laki-laki, masa iya takut sama perempuan kayak aku sih. Lagian, meskipun wajah Jeni cantik, tapi otot lengannya yang terlihat kekar, bisa t
Baca selengkapnya

bab 9

Miss Angelita, adalah ibu dari Jeni. Menurut penjelasan Mas Panjul, Jeni tumbuh di keluarga yang harmonis dan berada. Kekayaannya sungguh di luar dugaan, ayah Jeni adalah seorang pengusaha kondang yang memiliki saham di berbagai daerah, termasuk investor besar di perusahaan Mas Panjul. Sepertinya, jalan untuk menyelamatkan suamiku akan sulit. Tapi, sesulit apa pun itu, aku harus membebaskan Mas Panjul dari jerat orang tua Jeni.Entah kenapa, aku masih bisa percaya seratus persen pada Mas Panjul, meski pun dia sudah berulang kali menjalin hubungan dengan Jeni, aku tetap yakin jika suamiku itu sudah normal. Buktinya, dia sudah berhasil membuat aku hamil. Kalau pun Mas Panjul masih kemayu dan homo, dia tidak mungkin bergairah dengan sentuhanku. Maka dari itu, saat Mas Panjul menjelaskan kebenarannya, aku benar-benar percaya padanya.Pak Dewa dan Miss Angelita ternyata mengekang Mas Panjul, dan memaksanya agar mau menikahi Jeni dan mengancam akan mencabut investasi saham yang sudah ditan
Baca selengkapnya

bab 10

Aku masih duduk termenung, memikirkan cara agar bisa masuk ke rumah mewah milik Miss Angelita. Pasalnya, rumah itu berada di sebuah perumahan elite yang penjagaannya pasti sangat ketat, dan tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana. Aku memegang kening yang terasa pusing, pusing memikirkan masalah Mas Panjul, juga pusing karena bawaan bayi karena sudah memasuki trimester kedua. Untungnya saja, kehamilan ini tidak terlalu membuatku kepayahan karena ngidam, tapi anak yang ada di dalam perutku bisa diajak bekerja sama. Saat sedang memikirkan cara untuk mencari jalan keluar, bel rumah ditekan dua kali. Batinku bertanya-tanya, siapa tamu yang datang pagi ini. Kalau pun itu Mama, beliau pasti akan mengabari jika akan datang berkunjung.Aku berjalan mendekati pintu, lalu membukanya. Mataku terbelalak saat melihat siapa yang datang. Dia Sonia, adik Mas Panjul. Mas Panjul memiliki dua orang adik, Sonia dan Soni, mereka kembar dan sekarang sudah sama-sama memiliki keluarga masing-masing.“Mba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status