Share

bab 10

Penulis: Ana Battosai
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-12 22:12:17

Aku masih duduk termenung, memikirkan cara agar bisa masuk ke rumah mewah milik Miss Angelita. Pasalnya, rumah itu berada di sebuah perumahan elite yang penjagaannya pasti sangat ketat, dan tidak sembarangan orang bisa masuk ke sana. Aku memegang kening yang terasa pusing, pusing memikirkan masalah Mas Panjul, juga pusing karena bawaan bayi karena sudah memasuki trimester kedua. Untungnya saja, kehamilan ini tidak terlalu membuatku kepayahan karena ngidam, tapi anak yang ada di dalam perutku bisa diajak bekerja sama.

Saat sedang memikirkan cara untuk mencari jalan keluar, bel rumah ditekan dua kali. Batinku bertanya-tanya, siapa tamu yang datang pagi ini. Kalau pun itu Mama, beliau pasti akan mengabari jika akan datang berkunjung.

Aku berjalan mendekati pintu, lalu membukanya. Mataku terbelalak saat melihat siapa yang datang. Dia Sonia, adik Mas Panjul. Mas Panjul memiliki dua orang adik, Sonia dan Soni, mereka kembar dan sekarang sudah sama-sama memiliki keluarga masing-masing.

“Mba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pria yang Dicintai Suamiku    bab 11

    Tanganku mengepal kuat, menahan amarah yang datang tiba-tiba. Jantungku pun berdetak kencang, amarahku naik sampai ubun-ubun. Tapi aku harus bisa menahan ini, aku tidak mau membuat Sonia khawatir, apa lagi jika sampai aku memberitahukan masalah Jeni, malah nanti Sonia ngadu ke Mama. Aku nggak mau bikin Mama khawatir dan masalah ini jadi tambah runyam. Jadi sebisa mungkin, aku yang akan menghandle masalah ini sampai akhir.Aku tidak lagi menimpali ucapan Sonia, ia kini menutup toples kaca itu dan menyudahi ritual ngemilnya. Jus jeruk buatanku pun habis. Dia kini sedang menerima panggilan telepon.“Iya, Mas. Ini aku jalan sekarang.”“Lagi di rumah Mbak Inah, Mas!”“Iya, oke. Aku jalan sekarang. Bye!”Begitu ucapan Sonia. Usai menutup panggilan telepon, Sonia pun pamit pulang. Katanya ada hal urgen dan mau ketemu sama sang suami di kantornya. Aku pun melepas kepergian Sonia, padahal aku berharap dia akan menginap malam ini, atau setidaknya dia akan berada di sini sampai sore dan mau mene

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-14
  • Pria yang Dicintai Suamiku    bab 12

    Beberapa hari menginap di rumah Mama membuatku merasa nyaman dan melupakan sejenak masalahku dengan Mas Panjul. Meskipun kini aku harus sadar dan siap-siap untuk kenyataan pahit jika suatu saat nanti memang benar Mas Panjul kembali menjadi dirinya yang seorang waria dan menikah dengan Jeni. Yah, aku kini tahu, jika selama ini apa yang dia katakan tentang masa lalu Jeni, juga tentang keadaan Jeni semuanya palsu, itu hanya alibi suamiku agar bisa leluasa bertemu dengan Jeni.Dewi dan Sonia, mereka adalah ipar yang sangat baik. Bahkan mereka sudah menyiapkan beberapa printilan bayi yang sangat lucu. Padahal USG untuk mengetahui jenis kelamin bayinya saja belum dilakukan karena Mas Panjul yang sibuk kerja, atau sibuk dengan Jeni. Tapi, aku kini tidak mau mempermasalahkan suamiku yang hati dan pikirannya sudah kembali belok ke masa kelamnya dulu, aku sudah muak dan aku sudah tidak peduli lagi.Aku masih diam dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa di depan Mama, bahkan saat Mas Panjul menje

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Pria yang Dicintai Suamiku    bab 13

    **Pukul lima aku bangun dan salat subuh, lalu aku memutuskan untuk kembali tidur, aku tidak mau bertemu muka dengan Mas Panjul, aku takut jika tidak bisa mengontrol emosi di hadapannya. Terlebih, aku belum meminta penjelasan tentang amplop yang tersembunyi di lemari pakaiannya. Pukul tujuh pagi, aku memutuskan untuk keluar kamar. Biasanya suamiku sudah berangkat ke kantor dan itu artinya aku tidak perlu lagi bertatapan dengan Mas Panjul.Benar saja, lampu ruang tengah dan lampu teras sudah dalam keadaan off, koper milikku pun sudah berada di kamar. Mobil Mas Panjul sudah tidak ada lagi di garasi, sudah bisa dipastikan dia sudah pergi dari rumah.Aku bisa bernapas lega, lalu kakiku melangkah ke dapur untuk membuat sarapan karena perutku sudah mulai keroncongan. Tapi saat diriku sedang berdiri menghadap kompor yang sedang menyala, ada tangan yang melingkar di pinggangku dan membuatku terkejut.“Kok kamu menghindar sih, semalam! Mas tidur sendirian!” serunya. Mas Panjul masih memelukk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Pria yang Dicintai Suamiku    bab 14

    Kompor aku matikan dengan membiarkan mi masih berada di panci. Tangan Mas Panjul yang melingkar di pinggangku kulepas paksa. Aku membalikkan badan dan menatapnya lekat.“Jawab aku, Mas!”Mas Panjul menatapku tajam, lalu bibirnya itu tertawa terbahak-bahak. Entah pertanyaanku lucunya di mana sampai dia tertawa terpingkal-pingkal begitu.Dia berjalan mendekat, lalu meraih panci isi mi yang sudah matang. Menuangkan isi panci itu ke mangkuk yang sudah ada bumbunya.“Ngobrolnya sambil makan, yuk. Kamu pasti laper!” Mas Panjul menggandeng tanganku sambil menenteng mangkok.Mas Panjul menatapku yang masih makan mi, dia tidak meminta atau merebut makananku seperti tempo hari. Dia membiarkanku makan sampai mi itu habis.“Paspor itu memang milikku, tapi bukan berarti aku akan melakukan hal seperti apa yang kamu pikirkan, Inah. Aku nggak seburuk pikiranmu, aku sudah berusaha mati-matian untuk kembali normal, dan berkat bantuan istriku ini, aku bisa menjadi laki-laki seutuhnya!”“Terus, kenapa M

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Pria yang Dicintai Suamiku    bab 15

    Mama dan Mas Panjul berdiri dekat brankar, tepat di belakang dokter yang duduk sambil mengarahkan alat USG ke perutku. Saat jari dokter menekan tombol yang bisa untuk mendengarkan detak jantung janin, aku menangis. Begitu pun Mas Panjul dan juga Mama, dua orang yang paling aku sayangi itu pun tak kalah terharunya. Bersyukur karena janin yang aku kandung tumbuh dengan sangat baik dan semuanya normal. Meskipun aku sempat merasa stres dan depresi karena sikap Mas Panjul dan juga Jeni, Alhamdulillah anakku baik-baik saja.“Dokter, anak saya itu perempuan atau laki-laki, ya. Dokter belum kasih tau dari tadi,” ucap Mas Panjul yang dibalas tawa oleh dokter perempuan itu.“Oh, iya, ya, Pak. Maaf, Pak. Saya terlalu fokus menjelaskan kondisi calon bayinya. Hummm, ini dedeknya perempuan, Pak. Selamat ya, Pak, Bu. Calon anaknya perempuan.” Dokter itu menunjuk ke arah layar, memberitahu jika gambar seperti itu menandakan jenis kelamin perempuan. Kalau laki-laki, ada monasnya, begitu.Mama dan Mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Pria yang Dicintai Suamiku    melahirkan

    Untuk sementara aku dan Mas Panjul tinggal di rumah Mama. Setidaknya sampai aku melahirkan nantinya, Mama ingin menemani aku sampai aku benar-benar pulih dan mampu menjaga cucunya sendiri. Mama bahkan mengirim ART untuk membersihkan rumah yang aku tempati selama aku berada di sini. Yah, sebaik itu memang mertuaku. Bersyukur aku memiliki mertua sebaik ini.Dewi dan Sonia pun berada di sini, rumah besar Mama terasa ramai dan hangat. Mama sama sekali tidak mempermasalahkan rumahnya jadi sedikit berantakan karena ulah anak dan menantunya. Mama pun memperlakukan Dewi sama baiknya saat memperlakukanku.“Aku beruntung banget, Mbak jadi menantu di rumah ini. Padahal dulu aku pernah punya pikiran kalo semua mertua itu jahat dan suka menindas menantunya. Tapi, setelah mengalami sendiri, aku beruntung punya mertua sebaik Mama,” ucap Dewi saat kami duduk berdua menikmati waktu sore. Mama dan Sonia sedang berada di luar waktu itu.“Iya, Wi. Alhamdulillah, Mama baik banget. Kita sebagai menantu har

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Pria yang Dicintai Suamiku    main petak umpet

    Satu minggu sudah aku berada di rumah sakit, dan sekarang aku diperbolehkan untuk pulang. Teman-teman Mas Panjul dan juga geng arisan Mama berbondong-bondong menjengukku di rumah sakit, bahkan saat aku sudah pulang ke rumah Mama pun, masih ada yang datang untuk sekadar melihat bayi. Tapi, ada satu orang yang tidak akan pernah aku terima kehadirannya di mana pun. Jeni .... makhluk tidak jelas itu aku usir saat dia berani menampakkan dirinya di rumah sakit. Bahkan, saat ini aku sudah di rumah pun, Jeni masih berani untuk datang.Nekat juga dia! Aku harus selalu waspada menghadapi makhluk itu. Entah kenapa, radar curiga masih terus berapi-api di kepalaku. Bahkan, aku tidak mempercayai semua ucapan Mas Panjul. Aku masih harus menuntut penjelasan dari orang tua Jeni. Itu harus, wajib, no debat!Aku begitu beruntung menjadi menantu di rumah ini. Semuanya tampak sempurna, tidak ada yang kurang. Aku memiliki suami yang sayang dan setia, mertua yang maha baik dan ipar yang peduli. Padahal, jik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Pria yang Dicintai Suamiku    rahasia suamiku

    Setelah beberapa saat, ponsel Mas Panjul berdering. Raut wajah laki-laki itu sedikit pias. Tangannya yang hendak meraih ponsel, diurungkannya. Benda gepeng itu dibiarkan berdering.“Kenapa nggak diangkat, Mas?” tanyaku penuh curiga. “Angkat aja, Panjul. Siapa tahu penting!” ujar Mama kemudian.Benda pipih itu berhenti berdering. Layarnya pun kembali hitam. Terlihat Mas Panjul menghela nafas panjang.“Apa ada yang Mas Panjul sembunyikan dari aku? Apa itu telepon dari Jeni?”“B-bukan, Sayang!”“Lantas siapa? Kenapa raut wajah Mas Panjul terlihat pucat. Kayak abis ngelihat setan!”“Itu cuma perasaan kamu aja, Inah. Mas biasa aja, kok.” Mas Panjul membuang pandangannya ke arah lain, matanya bahkan tidak menatapku saat berbicara dan itu pertanda jika laki-laki itu sedang berbohong.Aku tidak ingin berkata-kata lagi, rasanya laki-laki itu akan terus mengelak meski sepertinya tebakanku benar, enggan juga berdebat di depan Mama. Bisa-bisa Mama akan curiga jika aku dan Mas Panjul sering berte

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • Pria yang Dicintai Suamiku    The End

    Riyanto menatapku yang sedang melihat ke arahnya. Bibirku mengatup, kehabisan kata-kata. “M-mas Panjul ... dia kenapa?”Aku mengalihkan pandangan ke arah lain, rasanya aku tidak sanggup menatap mata Riyanto berlama-lama. “Dia kena sifilis ... hampir setengah tahun ini dia bolak-balik ke rumah sakit ini untuk memeriksakan sakitnya, apakah dia bisa sembuh atau tidak. Juga dia terkena ambeien parah. Anusnya robek dan terkena infeksi sampai mengeluarkan darah dan nanah, dan ....”Aku menatap Riyanto tajam. “Cukup, To ... aku nggak sanggup dengar penjelasan itu lagi ....”“Panjul sakit, Inah ....”“Apa Mama tahu soal sakitnya?”“Iya ... Panjul sering datang ke sini bersama Mama.”Aku bersyukur, mertuaku masih peduli pada anaknya yang meskipun Mas Panjul sudah mengecewakan Mama. Dan aku selalu berharap, Mas Panjul bertobat.“Lalu ... aku harus apa? Dia sakit karena ulahnya sendiri. Dan bukan kewajibanku merawatnya, Panjul bukan lagi suamiku.”“Aku hanya memberitahumu, Inah. Aku harap, kamu

  • Pria yang Dicintai Suamiku    kabar mantan suamiku

    Aku menggendong Ameena, kupeluk erat bayiku yang tertidur. Sementara bibi membawa tas berisi perlengkapan Ameena. Rasa khawatirku semakin tinggi saat taksi yang kami tumpangi bertemu jalanan yang cukup padat oleh kendaraan.“Kok berhenti, Pak?” tanyaku untuk memastikan kenapa tiba-tiba taksi yang kami tumpangi malah tidak bergerak.“Di depan macet, Bu. Kayaknya ada kecelakaan!” seru laki-laki yang mengenakan seragam taksi berwarna biru muda.“Apa nggak bisa cari jalan alternatif, Pak. Ini saya harus buru-buru ke rumah sakit. Anak saya demam.”“Duh, susah, Bu. Maaf. Ini jalur padat setiap hari, Bu. Jadi agak sulit menemukan jalan yang agak longgar.”Bagaimana ini? Demam Ameena belum juga turun, mau turun dari taksi, rasanya juga percuma. Di daerah sini tidak terlihat adanya klinik atau gedung kesehatan. Akhirnya, aku pasrah dan tetap berdiam diri di dalam taksi. Sambil berdoa, semoga saja jalanan lekas kembali lancar.Sepuluh menit kemudian jalanan kembali lancar dan taksi pun kembali

  • Pria yang Dicintai Suamiku    satu tahun kemudian

    Satu tahun berlalu dan hidupku baik-baik saja meski tanpa memiliki seorang suami. Mama mencurahkan kasih sayangnya padaku dan juga Ameena. Aku tidak merasa kekurangan di sini, aku seperti memiliki sebuah keluarga yang lengkap dan aku tidak menginginkan apa-apa lagi.Ameena tumbuh dengan sangat baik, Mama bahkan membuatkan sebuah tabungan untuk masa depannya. Mama berkata, usia seseorang tidak ada yang tahu, jadi beliau memutuskan membuatkan tabungan untuk masa depan cucunya itu sebelum Mama meninggal, kalimatnya membuatku sedih. Bahkan Soni dan Sonia ikut menyumbang juga, mereka pun berharap agar keponakannya itu bisa hidup dengan layak dan sekolah sampai sarjana dan mampu menggapai cita-citanya.Ya Allah ... terima kasih Engkau berikan aku keluarga yang baik seperti mereka.Aku berdiri memandangi kamar di mana pertama kali aku tidur di rumah ini. Kamar pengantin bersama laki-laki yang kini entah di mana rimbanya. Sejak resmi bercerai, Mas Panjul tidak pernah lagi terlihat batang hidu

  • Pria yang Dicintai Suamiku    mertua terbaik

    Satu hal yang aku kagumi dari sosok Riyanto. Dia masih peduli pada adik dan orang tuanya di kampung. Pernah aku bertanya padanya, tentang orang tuanya. Dan dia berkata bahwa mereka tidak keberatan dengan sosoknya yang menjadi waria. Orang tua Riyanto menganggap pekerjaan itu tetap halal karena tidak merugikan orang lain. Setelah Riyanto pulang, aku pun pulang karena sopir Mama sudah berada di parkiran lagi.Sepanjang perjalanan, otakku terus berpikir tentang apa yang harus aku lakukan sekarang. Soal mencari pekerjaan, aku sendiri bingung karena sejak menikah aku selalu dimanjakan oleh Mas Panjul. Pun dengan Mama, beliau selalu memenuhi kebutuhanku sampai aku terus merasa bergantung pada mereka. Dan saat ini, aku bingung mencari solusi. Bagaimana aku mau mencari pekerjaan, aku tidak punya pengalaman apa-apa.Aku menyandarkan kepala pada sandaran kursi, memejamkan mata sejenak karena sakit kepala yang mendera secara tiba-tiba. Jalanan yang sedikit macet membuat jarak tempuh menuju rumah

  • Pria yang Dicintai Suamiku    resmi bercerai

    Aku memandangi kertas berwarna putih dengan aksen kuning yang tergeletak di atas meja, kertas itu bertuliskan AKTA CERAI. Yah, aku dan Mas Panjul sudah resmi berpisah, Mama yang mengurus semua itu. Meskipun Mas Panjul dengan wajah memelas dan memohon agar aku mengurungkan niat untuk mengajukan gugatan, aku akan tetap pada pendirian karena laki-laki itu pun tetap berat melepaskan Jeni. Jadi sudah aku putuskan untuk tetap melangkah maju untuk bercerai. Tapi, aku tetap dipaksa tinggal di rumah Mama, karena dirinya tidak mau berpisah dengan cucu kesayangannya. Ada satu syarat yang aku berikan pada Mama jika aku mau tetap berada di sini. Yaitu, aku tidak ingin melihat mantan suamiku itu berkeliaran di sekitarku. Dan Mama mengabulkan permintaanku, Mama mengusir Mas Panjul dan dirinya dilarang menginjakkan kakinya di rumah ini. Aku sudah tidak ingin memikirkan rumah yang dulu pernah ditempati olehku dan Mas Panjul. Meskipun rumah itu dibeli oleh Mama atas namaku, karena itu pemberian hadia

  • Pria yang Dicintai Suamiku    maaf untukmu sudah mati

    Satu minggu berlalu, Riyanto belum juga memberikan kabar. Pun dengan Bu Angelita dan Pak Dewa, semuanya tidak ada satu pun yang mengabarkan padaku tentang Mas Panjul atau Jeni.Di saat aku yang semakin gelisah, ponselku berdering. Panggilan dari Riyanto.“Iya, To ... gimana?” tanyaku tidak sabaran.“Sukses, Ciinnnn ... eyke sudah sama mereka. Sama Bu Angelita dan Pak Dewa.”“Hah! Kamu sama mereka? Kok bisa?”“Kan yey yang ngasih nomor eyke ke Bu Angelita. Gimana sih, Inah. Yey lupita?” Suara Riyanto terdengar kesal.Aduh, bagaimana aku bisa lupa. “Terus gimana?” “Kamu ke sini aja, ke rumah kamu yang lama.”“Oke ....”Aku menutup panggilan dan minta izin pada Mama, sekaligus minta tolong agar menjaga Ameena sementara dirinya pergi. Setelah diizinkan, aku pun berangkat, tentunya diantar oleh sopir pribadi Mama.Isi kepalaku dipenuhi banyak tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa Mas Panjul begitu berat melepaskan Jeni. Apakah hatinya sudah gelap sehingga tidak bisa menemukan jalan

  • Pria yang Dicintai Suamiku    tidak ada maaf untukmu

    Sebagai ucapan terima kasih, Bu Angelita dan Pak Dewa membelikan banyak buah tangan saat kami pulang menuju Jakarta. Bahkan Pak Dewa membayarkan vila yang disewa Mama. Ternyata, tempat itu milik Pak Dewa sendiri, beliau bahkan memberikan lima lembar voucher gratis menginap selama satu minggu, unlimited. Artinya bisa digunakan kapan saja jika aku ingin menginap di sana lagi. Awalnya aku keberatan dengan semua pemberian itu, karena aku belum melakukan apa-apa untuk mereka, tapi sepasang suami-istri itu memaksaku agar bersedia menerima, jadi akhirnya lima voucher itu aku kantongi. Setelah sampai di rumah Mama bertanya tentang obrolanku dengan Bu Angelita. “Mereka ingin membawa pulang Jeni, Ma.”“Loh, bukannya mereka merestui hubungan Panjul dan Jeni?”Aku menggelengkan kepala. “Nggak, Ma. Justru mereka ingin membawa Jeni pulang agar bisa ditangani oleh dokter. Orang tua mana yang hatinya tidak hancur ketika anak laki-lakinya justru berperangai seperti perempuan. Bu Angelita sedih, kare

  • Pria yang Dicintai Suamiku    di mana

    Sesuai rencana Mama, hari ini kami sudah bersiap-siap menuju puncak. Sengaja mengambil jalan pagi hari supaya sampai di vila sore harinya dan bisa menikmati view sunset dari puncak gunung. Mama menyewa vila tipe presiden swite, itu setara dengan kamar hotel bintang lima di kota. Kamarnya luas, dengan pemandangan langsung pada hamparan kebun teh. Aroma daun teh yang masih segar memasuki rongga hidung saat jendela kubuka. Mama langsung menghambur ke paviliun, ia memejamkan matanya, sambil sesekali menarik nafas panjang-panjang.Mama mengajak bibi liburan bersama kami, dia sedang menidurkan Ameena di kasur. Aku berdiri di sebelah kanan Mama, mengikut jejaknya memejamkan mata sambil menghirup udara segar puncak.“Rasanya tenang ya, Inah!” seru Mama. Aku membuka mata, rupanya Mama berbicara masih dengan posisi memejamkan mata. Aku kembali menutup mata, sambil mengatakan ya.“Masih banyak hal yang perlu kita syukuri. Jangan pernah merasa sedih saat Allah mengambil satu nikmat dari kehidupan

  • Pria yang Dicintai Suamiku    Bu Angelita

    Sudah satu minggu aku didera sakit kepala hebat. Bagaimana tidak, aku yang harus terbangun tiap malam untuk menyusui Ameena, ditambah masalah dengan Mas Panjul yang tidak mau melepaskan Jeni, membuatku nyaris tidak bisa memejamkan mata barang sebentar saja. Meski begitu, aku beruntung memiliki mertua sebaik Mama, beliau tidak merasa keberatan jika aku meminta bantuannya menemani Ameena. Bahkan, sering tanpa aku minta, Mama sudah berada di kamarku dan tidur bersama kami.Sementara Mas Panjul, sejak kejadian itu dirinya diusir oleh Mama. Laki-laki itu bahkan dilarang datang ke rumah ini meski hanya untuk sekadar berkunjung melihat Ameena. Sakit hati seorang ibu terhadap anak yang disayanginya membuat Mama terkadang sering melamun, sungguh aku tidak tega melihatnya sering bengong. Wanita sebaik Mama, kenapa harus mendapatkan cobaan seberat ini.“Bengong terus, Sayang. Masih mikirin Panjul?” tanya mama saat melihatku duduk sendirian di taman belakang rumah. Aku biasanya duduk berlama-lama

DMCA.com Protection Status