Semua Bab Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah: Bab 91 - Bab 100

102 Bab

Bab 91 : Kangen

Piyama berwarna putih dengan aksen renda di setiap sisinya sudah membalut tubuh Veline. Dengan detail lengan balon yang mengembang serta kerah elastis yang sedikit terbuka, piyama tersebut terlihat anggun meski sederhana. Bahannya yang tipis dan ringan tampak cocok untuk malam yang sejuk seperti ini. Veline bersandar pada boneka merah jambu yang setia menemaninya, sementara tubuhnya direbahkan di atas kasur yang empuk. Pandangannya kosong, terus menatap keluar jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka lebar. Tetesan embun menghiasi kaca, sampai membuat suasana dingin menembus ruangan. Begitu juga dengan tirai yang terus berkibar diterpa angin malam. Alih-alih menutup jendela untuk menghalau udara dingin, Veline justru membiarkannya tetap terbuka. Seolah-olah hanya melalui pemandangan itu ia dapat menenangkan hatinya yang sedang kacau. Pikirannya terus berkecamuk. Seribu kata maaf yang telah Hero ucapkan rasanya belum cukup untuk meluruhkan kebekuan hatinya. Veline tetap bersika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 92 : Ciptaan Tuhan

Veline mendekatkan tangannya ke kening Hero yang tengah bersandar di kepala divan. Suhu tubuh lelaki itu terasa begitu hangat, Veline pun semakin khawatir dengan kondisi Hero. Gadis itu pun langsung mengambil mangkuk bubur ayam hangat dari nampan di meja. Ia mengaduknya perlahan, memastikan suhunya pas sebelum menyendokkan sedikit ke arah Hero. "Lo makan dulu, ya. Aaa ...," ucapnya sambil mendekatkan sendok itu ke mulut Hero. Meski masih lemah, Hero hanya tersenyum. Dengan lambat, ia meraih tangan Veline yang memegang sendok, dan memutarnya ke arah gadis itu. "Lo dulu yang makan." Veline tertawa, senyumnya terukir manis di wajahnya. "Baiklah." Ia kemudian membuka mulut, membiarkan Hero menyuapinya. "Sekarang giliran lo." Hero akhirnya menyerah pada perhatian Veline dan membuka mulutnya untuk menerima suapan gadis itu. Bubur hangat itu perlahan mengisi perutnya, mengusir rasa tidak nyaman akibat demam. Mereka bergantian seperti itu, hingga bubur di mangkuk habis. Veline lalu me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 93 : Bola Voli

Veline yang hendak menuruni tangga bersama Hero tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat Bi Ranti berdiri di depan kamar mereka. "Bibi, Bibi ngapain di sini?" tanya Veline penasaran. Bi Ranti tersenyum kikuk. "I-itu, Non. Pak Dimas nyuruh bibi panggil Non Veline sama Den Hero buat sarapan bareng." Bi Ranti sebenarnya sudah berada di depan kamar Hero sejak beberapa menit yang lalu. Namun, saat ia hendak memanggil Hero, ia malah melihat Hero dan Veline masih asyik bermesraan. Tak ingin mengganggu momen tersebut, Bi Ranti memutuskan untuk menunggu hingga mereka selesai. Setelah melihat mereka akhirnya keluar dari kamar, Bi Ranti pun segera menyampaikan pesan Dimas agar mereka segera turun untuk sarapan. "Oh, iya, Bi. Ini kita juga mau turun, kok," jawab Veline, lalu melirik ke arah Hero yang ada di belakang. Mereka berdua segera melangkah menuruni tangga bersama-sama. Di ruang makan, Dimas sudah duduk di kursi utama dengan Amanda di sampingnya. Begitu melihat kedua anak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 94 : Lupa Ingatan

Buk! "Awh!" Tubuh Veline langsung oleng, dan ia jatuh tersungkur ke lapangan saat bola mengenai kepalanya. Para siswa yang ada di lapangan terlihat panik. Alyssa yang ada di dekat Veline pun segera berlari menghampirinya. "Vel!" Ia menekuk lututnya di depan Veline. Beberapa siswa pun mulai memperhatikan tubuh Veline yang masih tergeletak telungkup di lapangan yang panas. Sebagian rambutnya sudah menutupi wajah, wajahnya pun sudah mulai memerah karena sinar matahari. Debu di lapangan sedikit menempel di seragam olahraga, tapi keadaan itu tak membuat Veline beranjak, ia masih tetap pada posisinya. 'Aduh, malu banget gue. Bangun nggak, ya? Tapi kalau gue bangun sekarang, semua orang pasti bakal ngeliatin gue.' Veline menggerutu dalam hati, ia merasa serba salah. 'Nggak deh, gue pura-pura pingsan aja. Lagian, gue males banget kalau harus main lagi.' Meski hatinya terus menggerutu, ia tak berani bergerak sedikit pun, bahkan untuk sekadar mengubah posisi tangannya yang terasa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 95 : Perasaan Leona

"Kenapa, Vel?" tanya Alyssa ketika melihat sahabatnya terdiam sembari menatap layar ponselnya. Veline mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Alyssa, lalu memasukkan ponselnya ke saku rok. "Mm … gue mau ke rooftop dulu." "Ngapain ke rooftop?" Kali ini Dea yang bertanya, alisnya terangkat curiga. "Leona ngajak gue ketemuan." "Mau kita anterin, Vel?" tawar Riska. Veline menggeleng." Nggak usah, deh. Kalian ke kelas duluan aja. Biar gue sendiri aja yang ketemu Leona." Mendengar bila sahabatnya itu akan bertemu dengan Leona, Alyssa terlihat ragu, tetapi akhirnya ia mengangguk juga. "Ya udah, Vel, tapi lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung kabarin kita." "Ok." Dengan langkah santai, Veline bergegas menuju rooftop, sementara teman-temannya masuk ke kelas. Sesampainya di rooftop, Veline membuka pintu perlahan. Udara siang yang hangat sudah menerpa tubuhnya, sementara suara samar aktivitas siswa di lapangan terdengar di kejauhan. Langit siang ini begitu cera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya

Bab 96 : Pertarungan Veline & Leona

Veline berdiri mematung, menyaksikan punggung Leona yang semakin menjauh. Angin di rooftop terasa dingin menusuk kulitnya, meskipun matahari bersinar cerah di langit siang ini. Napasnya terasa berat, dadanya seperti terhimpit sesuatu yang tak kasat mata. Perkataan Leona terus terngiang di telinganya, menambah berat langkah yang perlahan ia mulai ambil untuk meninggalkan rooftop. Matanya mulai memanas, tapi ia mengerjap cepat, menahan air mata yang hampir jatuh. Dengan gemetar, Veline membuka pintu rooftop dan melangkah turun menuju kelasnya. Ia berusaha menenangkan pikirannya, tetapi rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang. Saat tiba di kelas, suara tawa teman-temannya sudah terdengar. Suasana riuh itu terasa asing bagi Veline yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Alyssa yang sedang tertawa bersama teman-temannya, saat menyadari kehadiran Veline, ia pun langsung menghampiri gadis itu. "Vel, lo udah balik lagi?" "Iya," jawab Veline singkat, berusaha tersenyum mesk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

Bab 97 : Lingerie

Sesesekali pandangan Hero beralih, ia melirik ke arah Veline yang duduk di sebelahnya. Wajah wanita itu tampak kesal, pandangannya lalu melihat ke kaca spion, di mana ia melihat wajah Leona yang duduk di belakang, wajah Leona tak kalah kesalnya seperti Veline. Biasanya setiap kali Veline bersama Leona, suasana akan ramai dengan obrolan kedua gadis itu. Namun, kali ini berbeda—seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkan mereka. Hero menggeser pegangan setir dengan pikiran tak menentu. Pikirannya terus terusik membayangkan apakah Veline merasa terganggu dengan kehadiran Leona? Mungkin sebenarnya Veline tak suka Leona pulang bersama mereka, tapi ia juga tak tega menolak Leona, mengingat Leona adalah sahabatnya sendiri. Suasana yang hening itu akhirnya berakhir ketika Veline berkata, "Hero, gue haus. Mau beli minum." "Ya udah, kita beli di sana," tunjuk Hero ke arah penjual minuman. Mobil berhenti tepat di depan stand minuman tersebut. Veline menurunkan kaca jendela dan berb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 98 : Berlayar

"Gimana? Baju ini bagus nggak?" Veline bertanya lagi ketika melihat Hero yang masih terpaku menatapnya tanpa berkata apa-apa. Hero menelan ludah, mencoba mengendalikan pikirannya yang mulai tidak karuan. Ia sama sekali tidak menyangka Veline akan mengenakan pakaian seperti itu di depannya. Lingerie putih itu membalut tubuh Veline dengan sempurna, menonjolkan lekuk tubuhnya, sampai kedua buntalan daging yang menggantung indah terlihat begitu memikat, membuat Hero merasakan panas dingin yang sulit ia jelaskan. Malam ini, Veline terlihat begitu cantik dan memukau—begitu sangat anggun hingga Hero tidak bisa memalingkan pandangannya. Kedua mata Hero bahkan tak bisa berbohong, ia terus menatap Veline tanpa berkedip, bahkan untuk berpaling pun tak mampu. "Hero, lo kok diem aja?" Lagi, Veline kembali bertanya tatkala Hero masih terdiam. Diamnya Hero membuat Veline semakin ragu. Ia mencoba menebak apa yang ada di pikiran Hero. "Lo nggak suka, ya?" lanjut Veline kecewa. "Ya uda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 99 : Pasangan Hits

Napas Veline memburu hebat saat tangan Hero terus bergerak perlahan di pinggangnya. Sentuhan itu begitu lembut, sampai membuat bulu kuduk Veline meremang. Jari-jari kekar Hero dengan mahir menjelajahi sisi tubuhnya, terus bergerak hingga menyentuh ujung kain lingerie yang Veline kenakan. Kain tipis itu sedikit terangkat ketika Hero terus menggesernya ke atas, sampai memperlihatkan paha mulus Veline yang begitu indah di pandang. Bibir Hero tidak tinggal diam. Ia membiarkan bibirnya menelusuri leher Veline. Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi lebih intens, sampai meninggalkan bekas kemerahan—jejak kepemilikan yang sengaja ia tinggalkan di sana. Napas Veline tercekat, dadanya naik turun seiring sensasi yang mengalir dari sentuhan Hero. Veline menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan desahan yang hampir lolos. Tangannya melingkar di leher kokoh Hero, sampai tubuh Hero tertarik lebih dekat ke arahnya. Rambut hitam Veline berantakan di atas bantal, dan wajahnya memerah
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Bab 100 : Tahun Baru

Hero yang sedari tadi duduk diam sambil menatap buku di tangannya, akhirnya berkata, "Kita mau mulai belajar kapan?" "Ah, sekarang aja, Ro. Ngapain nunggu tahun depan, kelamaan," sahut Raka. Tentu saja, hal itu mendapatkan cibiran dari Noval. "Anjir, tahun depan tinggal beberapa jam lagi, pea! Lagian, ngapain sih kita harus belajar di tahun baru? Yang ada, tuh, ya, yang lain pada asyik tahun baruan. Lah, kita? Masa belajar." Adrian yang mendengar ocehan Noval langsung meremas sebuah tisu dan memasukannya ke mulut lelaki itu. "Anjir!" Noval gegas membuang tisu yang ada di mulutnya. "Somplak, lo!" hardiknya kesal, menatap ke arah Adrian dengan tajam. Helaan napas Hero terdengar berat ketika melihat temannya selalu saja bertengkar. "Ya udah, mau mulai dari pelajaran apa dulu?" Raka yang duduk santai dengan tangan disandarkan di belakang kepala, menyahut tanpa terburu-buru. "Yang gampang-gampang dulu aja, Ro. Jangan yang bikin pusing kepala." "Yang gampang gimana maksudnya?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status