Share

Bab 93 : Bola Voli

Penulis: Vanilla_Nilla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 11:45:22

Veline yang hendak menuruni tangga bersama Hero tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat Bi Ranti berdiri di depan kamar mereka.

"Bibi, Bibi ngapain di sini?" tanya Veline penasaran.

Bi Ranti tersenyum kikuk. "I-itu, Non. Pak Dimas nyuruh bibi panggil Non Veline sama Den Hero buat sarapan bareng."

Bi Ranti sebenarnya sudah berada di depan kamar Hero sejak beberapa menit yang lalu. Namun, saat ia hendak memanggil Hero, ia malah melihat Hero dan Veline masih asyik bermesraan. Tak ingin mengganggu momen tersebut, Bi Ranti memutuskan untuk menunggu hingga mereka selesai. Setelah melihat mereka akhirnya keluar dari kamar, Bi Ranti pun segera menyampaikan pesan Dimas agar mereka segera turun untuk sarapan.

"Oh, iya, Bi. Ini kita juga mau turun, kok," jawab Veline, lalu melirik ke arah Hero yang ada di belakang. Mereka berdua segera melangkah menuruni tangga bersama-sama.

Di ruang makan, Dimas sudah duduk di kursi utama dengan Amanda di sampingnya. Begitu melihat kedua anak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 94 : Lupa Ingatan

    Buk! "Awh!" Tubuh Veline langsung oleng, dan ia jatuh tersungkur ke lapangan saat bola mengenai kepalanya. Para siswa yang ada di lapangan terlihat panik. Alyssa yang ada di dekat Veline pun segera berlari menghampirinya. "Vel!" Ia menekuk lututnya di depan Veline. Beberapa siswa pun mulai memperhatikan tubuh Veline yang masih tergeletak telungkup di lapangan yang panas. Sebagian rambutnya sudah menutupi wajah, wajahnya pun sudah mulai memerah karena sinar matahari. Debu di lapangan sedikit menempel di seragam olahraga, tapi keadaan itu tak membuat Veline beranjak, ia masih tetap pada posisinya. 'Aduh, malu banget gue. Bangun nggak, ya? Tapi kalau gue bangun sekarang, semua orang pasti bakal ngeliatin gue.' Veline menggerutu dalam hati, ia merasa serba salah. 'Nggak deh, gue pura-pura pingsan aja. Lagian, gue males banget kalau harus main lagi.' Meski hatinya terus menggerutu, ia tak berani bergerak sedikit pun, bahkan untuk sekadar mengubah posisi tangannya yang terasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 95 : Perasaan Leona

    "Kenapa, Vel?" tanya Alyssa ketika melihat sahabatnya terdiam sembari menatap layar ponselnya. Veline mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Alyssa, lalu memasukkan ponselnya ke saku rok. "Mm … gue mau ke rooftop dulu." "Ngapain ke rooftop?" Kali ini Dea yang bertanya, alisnya terangkat curiga. "Leona ngajak gue ketemuan." "Mau kita anterin, Vel?" tawar Riska. Veline menggeleng." Nggak usah, deh. Kalian ke kelas duluan aja. Biar gue sendiri aja yang ketemu Leona." Mendengar bila sahabatnya itu akan bertemu dengan Leona, Alyssa terlihat ragu, tetapi akhirnya ia mengangguk juga. "Ya udah, Vel, tapi lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung kabarin kita." "Ok." Dengan langkah santai, Veline bergegas menuju rooftop, sementara teman-temannya masuk ke kelas. Sesampainya di rooftop, Veline membuka pintu perlahan. Udara siang yang hangat sudah menerpa tubuhnya, sementara suara samar aktivitas siswa di lapangan terdengar di kejauhan. Langit siang ini begitu cera

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 96 : Pertarungan Veline & Leona

    Veline berdiri mematung, menyaksikan punggung Leona yang semakin menjauh. Angin di rooftop terasa dingin menusuk kulitnya, meskipun matahari bersinar cerah di langit siang ini. Napasnya terasa berat, dadanya seperti terhimpit sesuatu yang tak kasat mata. Perkataan Leona terus terngiang di telinganya, menambah berat langkah yang perlahan ia mulai ambil untuk meninggalkan rooftop. Matanya mulai memanas, tapi ia mengerjap cepat, menahan air mata yang hampir jatuh. Dengan gemetar, Veline membuka pintu rooftop dan melangkah turun menuju kelasnya. Ia berusaha menenangkan pikirannya, tetapi rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang. Saat tiba di kelas, suara tawa teman-temannya sudah terdengar. Suasana riuh itu terasa asing bagi Veline yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Alyssa yang sedang tertawa bersama teman-temannya, saat menyadari kehadiran Veline, ia pun langsung menghampiri gadis itu. "Vel, lo udah balik lagi?" "Iya," jawab Veline singkat, berusaha tersenyum mesk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 97 : Lingerie

    Sesesekali pandangan Hero beralih, ia melirik ke arah Veline yang duduk di sebelahnya. Wajah wanita itu tampak kesal, pandangannya lalu melihat ke kaca spion, di mana ia melihat wajah Leona yang duduk di belakang, wajah Leona tak kalah kesalnya seperti Veline. Biasanya setiap kali Veline bersama Leona, suasana akan ramai dengan obrolan kedua gadis itu. Namun, kali ini berbeda—seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkan mereka. Hero menggeser pegangan setir dengan pikiran tak menentu. Pikirannya terus terusik membayangkan apakah Veline merasa terganggu dengan kehadiran Leona? Mungkin sebenarnya Veline tak suka Leona pulang bersama mereka, tapi ia juga tak tega menolak Leona, mengingat Leona adalah sahabatnya sendiri. Suasana yang hening itu akhirnya berakhir ketika Veline berkata, "Hero, gue haus. Mau beli minum." "Ya udah, kita beli di sana," tunjuk Hero ke arah penjual minuman. Mobil berhenti tepat di depan stand minuman tersebut. Veline menurunkan kaca jendela dan berb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 98 : Berlayar

    "Gimana? Baju ini bagus nggak?" Veline bertanya lagi ketika melihat Hero yang masih terpaku menatapnya tanpa berkata apa-apa. Hero menelan ludah, mencoba mengendalikan pikirannya yang mulai tidak karuan. Ia sama sekali tidak menyangka Veline akan mengenakan pakaian seperti itu di depannya. Lingerie putih itu membalut tubuh Veline dengan sempurna, menonjolkan lekuk tubuhnya, sampai kedua buntalan daging yang menggantung indah terlihat begitu memikat, membuat Hero merasakan panas dingin yang sulit ia jelaskan. Malam ini, Veline terlihat begitu cantik dan memukau—begitu sangat anggun hingga Hero tidak bisa memalingkan pandangannya. Kedua mata Hero bahkan tak bisa berbohong, ia terus menatap Veline tanpa berkedip, bahkan untuk berpaling pun tak mampu. "Hero, lo kok diem aja?" Lagi, Veline kembali bertanya tatkala Hero masih terdiam. Diamnya Hero membuat Veline semakin ragu. Ia mencoba menebak apa yang ada di pikiran Hero. "Lo nggak suka, ya?" lanjut Veline kecewa. "Ya uda

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 99 : Pasangan Hits

    Napas Veline memburu hebat saat tangan Hero terus bergerak perlahan di pinggangnya. Sentuhan itu begitu lembut, sampai membuat bulu kuduk Veline meremang. Jari-jari kekar Hero dengan mahir menjelajahi sisi tubuhnya, terus bergerak hingga menyentuh ujung kain lingerie yang Veline kenakan. Kain tipis itu sedikit terangkat ketika Hero terus menggesernya ke atas, sampai memperlihatkan paha mulus Veline yang begitu indah di pandang. Bibir Hero tidak tinggal diam. Ia membiarkan bibirnya menelusuri leher Veline. Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi lebih intens, sampai meninggalkan bekas kemerahan—jejak kepemilikan yang sengaja ia tinggalkan di sana. Napas Veline tercekat, dadanya naik turun seiring sensasi yang mengalir dari sentuhan Hero. Veline menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan desahan yang hampir lolos. Tangannya melingkar di leher kokoh Hero, sampai tubuh Hero tertarik lebih dekat ke arahnya. Rambut hitam Veline berantakan di atas bantal, dan wajahnya memerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 100 : Tahun Baru

    Hero yang sedari tadi duduk diam sambil menatap buku di tangannya, akhirnya berkata, "Kita mau mulai belajar kapan?" "Ah, sekarang aja, Ro. Ngapain nunggu tahun depan, kelamaan," sahut Raka. Tentu saja, hal itu mendapatkan cibiran dari Noval. "Anjir, tahun depan tinggal beberapa jam lagi, pea! Lagian, ngapain sih kita harus belajar di tahun baru? Yang ada, tuh, ya, yang lain pada asyik tahun baruan. Lah, kita? Masa belajar." Adrian yang mendengar ocehan Noval langsung meremas sebuah tisu dan memasukannya ke mulut lelaki itu. "Anjir!" Noval gegas membuang tisu yang ada di mulutnya. "Somplak, lo!" hardiknya kesal, menatap ke arah Adrian dengan tajam. Helaan napas Hero terdengar berat ketika melihat temannya selalu saja bertengkar. "Ya udah, mau mulai dari pelajaran apa dulu?" Raka yang duduk santai dengan tangan disandarkan di belakang kepala, menyahut tanpa terburu-buru. "Yang gampang-gampang dulu aja, Ro. Jangan yang bikin pusing kepala." "Yang gampang gimana maksudnya?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 101 : Berhenti Berharap

    Langit malam ini begitu gelap. Namun, gelapnya malam ini terlihat begitu indah saat berbagai bintang menghiasi langit. Gedung-gedung tinggi berdiri megah, dikelilingi lampu-lampu yang berkelip seperti berlian. Udara malam ini memang begitu dingin, tapi dinginnya tak mampu membuat dua insan yang berdiri di atas jembatan tak urung pergi. Hanya sebuah pagar jembatan yang kini mampu menopang tubuh Leona, ia bersandar di sana, seakan hanya itu yang ia miliki untuk bersandar saat ini. Pemandangan dari atas jembatan terlihat begitu cantik, ia dapat melihat kendaraan yang berlalu lalang di bawah. Sesekali ia menyesap soda dari kaleng yang ada di tangannya. Sementara itu, seorang lelaki tengah berdiri di sampingnya. Ia juga tengah termenung memikirkan sesuatu yang ada dalam benaknya. Adrian menyanggah tubuh, menggenggam pembatas jembatan dengan erat sambil memcoba menghela napas dalam sebelum berkata, "Gue lihat malam ini, lo nggak baik-baik saja." Mendengar perkataan itu, Leon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 102 : Cinta Tak Terbalas

    Dua pria itu kini sudah berdara di balkon yang ada di basecamp, Hero berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaket, pandangannya terpaku pada langit malam yang gelap. Sementara itu, Adrian bersandar pada pagar balkon, matanya menatap kendaraan yang masih ramai berlalu lalang di jalanan yang ada di bawah mereka. "Jadi ... Leona udah tahu dari dulu tentang pernikahan gue sama Veline?" Hero menghela napas panjang, matanya tetap terpaku pada gedung-gedung tinggi di kejauhan. Ketika Adrian memberitahu Hero bahwa Leona sebenarnya sudah mengetahui tentang pernikahannya dengan Veline sudah lama, Hero pun merasa kaget. Pasalnya, selama ini sikap Leona seakan biasa-biasa saja. Adrian juga menjelaskan bahwa waktu itu, Leona mengetahui pernikahan mereka tepat ketika mendengar pertengkaran Hero dan Veline di dalam kelas. Dari pertengkaran itu, Leona mendengar semua hal yang diucapkan oleh mereka. Meskipun Leona sudah mengetahui segalanya, ia berpura-pura tidak tahu dan be

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 101 : Berhenti Berharap

    Langit malam ini begitu gelap. Namun, gelapnya malam ini terlihat begitu indah saat berbagai bintang menghiasi langit. Gedung-gedung tinggi berdiri megah, dikelilingi lampu-lampu yang berkelip seperti berlian. Udara malam ini memang begitu dingin, tapi dinginnya tak mampu membuat dua insan yang berdiri di atas jembatan tak urung pergi. Hanya sebuah pagar jembatan yang kini mampu menopang tubuh Leona, ia bersandar di sana, seakan hanya itu yang ia miliki untuk bersandar saat ini. Pemandangan dari atas jembatan terlihat begitu cantik, ia dapat melihat kendaraan yang berlalu lalang di bawah. Sesekali ia menyesap soda dari kaleng yang ada di tangannya. Sementara itu, seorang lelaki tengah berdiri di sampingnya. Ia juga tengah termenung memikirkan sesuatu yang ada dalam benaknya. Adrian menyanggah tubuh, menggenggam pembatas jembatan dengan erat sambil memcoba menghela napas dalam sebelum berkata, "Gue lihat malam ini, lo nggak baik-baik saja." Mendengar perkataan itu, Leon

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 100 : Tahun Baru

    Hero yang sedari tadi duduk diam sambil menatap buku di tangannya, akhirnya berkata, "Kita mau mulai belajar kapan?" "Ah, sekarang aja, Ro. Ngapain nunggu tahun depan, kelamaan," sahut Raka. Tentu saja, hal itu mendapatkan cibiran dari Noval. "Anjir, tahun depan tinggal beberapa jam lagi, pea! Lagian, ngapain sih kita harus belajar di tahun baru? Yang ada, tuh, ya, yang lain pada asyik tahun baruan. Lah, kita? Masa belajar." Adrian yang mendengar ocehan Noval langsung meremas sebuah tisu dan memasukannya ke mulut lelaki itu. "Anjir!" Noval gegas membuang tisu yang ada di mulutnya. "Somplak, lo!" hardiknya kesal, menatap ke arah Adrian dengan tajam. Helaan napas Hero terdengar berat ketika melihat temannya selalu saja bertengkar. "Ya udah, mau mulai dari pelajaran apa dulu?" Raka yang duduk santai dengan tangan disandarkan di belakang kepala, menyahut tanpa terburu-buru. "Yang gampang-gampang dulu aja, Ro. Jangan yang bikin pusing kepala." "Yang gampang gimana maksudnya?"

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 99 : Pasangan Hits

    Napas Veline memburu hebat saat tangan Hero terus bergerak perlahan di pinggangnya. Sentuhan itu begitu lembut, sampai membuat bulu kuduk Veline meremang. Jari-jari kekar Hero dengan mahir menjelajahi sisi tubuhnya, terus bergerak hingga menyentuh ujung kain lingerie yang Veline kenakan. Kain tipis itu sedikit terangkat ketika Hero terus menggesernya ke atas, sampai memperlihatkan paha mulus Veline yang begitu indah di pandang. Bibir Hero tidak tinggal diam. Ia membiarkan bibirnya menelusuri leher Veline. Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi lebih intens, sampai meninggalkan bekas kemerahan—jejak kepemilikan yang sengaja ia tinggalkan di sana. Napas Veline tercekat, dadanya naik turun seiring sensasi yang mengalir dari sentuhan Hero. Veline menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan desahan yang hampir lolos. Tangannya melingkar di leher kokoh Hero, sampai tubuh Hero tertarik lebih dekat ke arahnya. Rambut hitam Veline berantakan di atas bantal, dan wajahnya memerah

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 98 : Berlayar

    "Gimana? Baju ini bagus nggak?" Veline bertanya lagi ketika melihat Hero yang masih terpaku menatapnya tanpa berkata apa-apa. Hero menelan ludah, mencoba mengendalikan pikirannya yang mulai tidak karuan. Ia sama sekali tidak menyangka Veline akan mengenakan pakaian seperti itu di depannya. Lingerie putih itu membalut tubuh Veline dengan sempurna, menonjolkan lekuk tubuhnya, sampai kedua buntalan daging yang menggantung indah terlihat begitu memikat, membuat Hero merasakan panas dingin yang sulit ia jelaskan. Malam ini, Veline terlihat begitu cantik dan memukau—begitu sangat anggun hingga Hero tidak bisa memalingkan pandangannya. Kedua mata Hero bahkan tak bisa berbohong, ia terus menatap Veline tanpa berkedip, bahkan untuk berpaling pun tak mampu. "Hero, lo kok diem aja?" Lagi, Veline kembali bertanya tatkala Hero masih terdiam. Diamnya Hero membuat Veline semakin ragu. Ia mencoba menebak apa yang ada di pikiran Hero. "Lo nggak suka, ya?" lanjut Veline kecewa. "Ya uda

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 97 : Lingerie

    Sesesekali pandangan Hero beralih, ia melirik ke arah Veline yang duduk di sebelahnya. Wajah wanita itu tampak kesal, pandangannya lalu melihat ke kaca spion, di mana ia melihat wajah Leona yang duduk di belakang, wajah Leona tak kalah kesalnya seperti Veline. Biasanya setiap kali Veline bersama Leona, suasana akan ramai dengan obrolan kedua gadis itu. Namun, kali ini berbeda—seolah ada tembok tak terlihat yang memisahkan mereka. Hero menggeser pegangan setir dengan pikiran tak menentu. Pikirannya terus terusik membayangkan apakah Veline merasa terganggu dengan kehadiran Leona? Mungkin sebenarnya Veline tak suka Leona pulang bersama mereka, tapi ia juga tak tega menolak Leona, mengingat Leona adalah sahabatnya sendiri. Suasana yang hening itu akhirnya berakhir ketika Veline berkata, "Hero, gue haus. Mau beli minum." "Ya udah, kita beli di sana," tunjuk Hero ke arah penjual minuman. Mobil berhenti tepat di depan stand minuman tersebut. Veline menurunkan kaca jendela dan berb

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 96 : Pertarungan Veline & Leona

    Veline berdiri mematung, menyaksikan punggung Leona yang semakin menjauh. Angin di rooftop terasa dingin menusuk kulitnya, meskipun matahari bersinar cerah di langit siang ini. Napasnya terasa berat, dadanya seperti terhimpit sesuatu yang tak kasat mata. Perkataan Leona terus terngiang di telinganya, menambah berat langkah yang perlahan ia mulai ambil untuk meninggalkan rooftop. Matanya mulai memanas, tapi ia mengerjap cepat, menahan air mata yang hampir jatuh. Dengan gemetar, Veline membuka pintu rooftop dan melangkah turun menuju kelasnya. Ia berusaha menenangkan pikirannya, tetapi rasa sesak di dadanya tak kunjung hilang. Saat tiba di kelas, suara tawa teman-temannya sudah terdengar. Suasana riuh itu terasa asing bagi Veline yang masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Alyssa yang sedang tertawa bersama teman-temannya, saat menyadari kehadiran Veline, ia pun langsung menghampiri gadis itu. "Vel, lo udah balik lagi?" "Iya," jawab Veline singkat, berusaha tersenyum mesk

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 95 : Perasaan Leona

    "Kenapa, Vel?" tanya Alyssa ketika melihat sahabatnya terdiam sembari menatap layar ponselnya. Veline mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Alyssa, lalu memasukkan ponselnya ke saku rok. "Mm … gue mau ke rooftop dulu." "Ngapain ke rooftop?" Kali ini Dea yang bertanya, alisnya terangkat curiga. "Leona ngajak gue ketemuan." "Mau kita anterin, Vel?" tawar Riska. Veline menggeleng." Nggak usah, deh. Kalian ke kelas duluan aja. Biar gue sendiri aja yang ketemu Leona." Mendengar bila sahabatnya itu akan bertemu dengan Leona, Alyssa terlihat ragu, tetapi akhirnya ia mengangguk juga. "Ya udah, Vel, tapi lo hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung kabarin kita." "Ok." Dengan langkah santai, Veline bergegas menuju rooftop, sementara teman-temannya masuk ke kelas. Sesampainya di rooftop, Veline membuka pintu perlahan. Udara siang yang hangat sudah menerpa tubuhnya, sementara suara samar aktivitas siswa di lapangan terdengar di kejauhan. Langit siang ini begitu cera

  • Jodoh Dadakan Wasiat dari Ayah   Bab 94 : Lupa Ingatan

    Buk! "Awh!" Tubuh Veline langsung oleng, dan ia jatuh tersungkur ke lapangan saat bola mengenai kepalanya. Para siswa yang ada di lapangan terlihat panik. Alyssa yang ada di dekat Veline pun segera berlari menghampirinya. "Vel!" Ia menekuk lututnya di depan Veline. Beberapa siswa pun mulai memperhatikan tubuh Veline yang masih tergeletak telungkup di lapangan yang panas. Sebagian rambutnya sudah menutupi wajah, wajahnya pun sudah mulai memerah karena sinar matahari. Debu di lapangan sedikit menempel di seragam olahraga, tapi keadaan itu tak membuat Veline beranjak, ia masih tetap pada posisinya. 'Aduh, malu banget gue. Bangun nggak, ya? Tapi kalau gue bangun sekarang, semua orang pasti bakal ngeliatin gue.' Veline menggerutu dalam hati, ia merasa serba salah. 'Nggak deh, gue pura-pura pingsan aja. Lagian, gue males banget kalau harus main lagi.' Meski hatinya terus menggerutu, ia tak berani bergerak sedikit pun, bahkan untuk sekadar mengubah posisi tangannya yang terasa

DMCA.com Protection Status