Sasa mengitarkan pandangannya nyalang, mencari-cari sosok Badai. Ia berusaha bangun dari posisi berbaringnya, tapi sebuah tangan menahan pundaknya. Harapan Sasa begitu menggantung besar, ia yakin bahwa kejadian sebelum ia pingsan bukanlah mimpi, Badai nyata ada di depannya. "Sasa tenang dulu, ya," suara lembut Ran menyadarkan Sasa. "Bunda," Sasa menoleh enggan, ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Badai adalah bunga tidurnya. "Kamu kecapean, banyak pikiran, makanya kamu jatuh pingsan di studionya Lia," terang Ran lirih sambil mengusap-usap punggung putrinya. Sasa meraup wajahnya frustasi, sudah berulang kali ia dihantui mimpi yang sama, kedatangan Badai yang tak ia sangka-sangka. Namun, tiap kali ia membuka mata, semua bak fatamorgana di padang pasir yang merana, hilang ditelan kefanaan yang ia cipta dengan sendirinya. "Iya, harusnya aku nggak berharap terlalu tinggi pada mimpi yang kubangun buat ngehibur diri sendiri ini," gumam Sasa mengembus napas kasar, "aku nggak pa-pa B
Last Updated : 2024-12-04 Read more