Home / Romansa / Jodoh Malaikat Pelindung / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Jodoh Malaikat Pelindung: Chapter 101 - Chapter 110

118 Chapters

101. I Love You As Always

Dan Badai memulai aksinya. Timah panas meluncur dari senapannya dan memecahkan kepala Sinyo yang tanpa persiapan itu, sekali bidik. Tubuhnya ambruk begitu saja dan membuat suasana di sekitarnya kalang kabut. Saat itulah seluruh anggota tim yang juga sudah mengintai masuk ke medan jangkauan Badai, menyergap musuh."King, kasih aku perkiraan Tango pembawa RPG!" bisik Badai menyiapkan serangan lagi."Jarak 1022 meter dan mengarahkan RPG-nya ke sini, Alpha. Angin seperempat dari arah kita, tanpa penyesuaian. Do it fast!""Okay, on target!" sahut Badai tak memiliki banyak waktu."Fire!" ujar Lion penuh penekanan."Eat this, you Idiots!!" umpat Badai seraya melepaskan tembakan sebelum si pemegang RPG melesatkan tembakannya ke arah tempatnya dan Lion bersembunyi. Timah panas Badai menembus paru-paru dan meremukkan rongga dada lelaki pemanggul senjata RPG."Tango down, Soldiers!" lapor Badai pada Lion dan juga rekan-rekannya. "Bersihkan medan, Alpha," pinta Ramdan yang memimpin penyergapan.
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

102. Bertahan

Setelah berhasil melalui rasa rindu selama hampir dua bulan tanpa sang suami, Sasa dihantam gelombang besar yang sebelumnya sudah Badai perkirakan. Berita tak mengenakkan itu datang bersamaan dengan gosip tentang kehamilannya yang menjamur di media sosial dan juga kabar infotainment di televisi. Seseorang memotret Sasa saat ia sedang mengunjungi dokter spesialis kandungan langganannya, membuat berita palsu mengenai kehamilan Sasa yang tanpa pernikahan dan tanpa adanya lelaki bertanggungjawab di sisinya."Berat ya Nduk?" tanya Damar setelah menghela napas panjang.Sasa kali ini mengangguk. Ia tidak bisa selamanya bersikap sok kuat, tidak mampu berpura-pura bahwa semuanya terkendali. Badai dan tim Raider yang lain dinyatakan hilang dalam operasi, keberadaannya tidak diketahui, tepat dua minggu setelah terakhir kali suami Sasa itu meneleponnya."Bunda rasa, soal berita palsu mengenai kehamilan Sasa yang beredar perlu diluruskan. Kita bisa minta digelar konferensi pers Mas, seenggaknya
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

103. Kehilangan

"Apa?" Ran segera bertindak dan melihat. "Sa, kamu ngerasain sakit perut?" tanyanya berusaha tenang."Tadi pas abis mandi rada kram kayak mau mens, kenapa Bunda?" jawab Sasa jujur sekali."Mas!" Ran berteriak mengagetkan, "minta Mas Waskito siapin mobil!" ujarnya dengan suara yang bergetar."Bunda, ada apa?" Sasa menatap Ran bingung."Kamu perdarahan Sa, ini bukan kecap!" desis Ran akhirnya tak bisa menyembunyikan kepanikannya.Damar yang mendengar penjelasan Ran segera bergegas mencari Waskito. Sedangkan Ran mencoba untuk membantu Sasa bersiap-siap, mereka harus ke rumah sakit saat ini juga."Bunda, aku nggak akan kenapa-napa kan?" tanya Sasa setelah mobil melaju menuju rumah sakit tempat Sasa biasa melakukan pemeriksaan kandungannya."Kita berdoa ya Sa," jawab Ran singkat, tak lagi memiliki kata untuk menghibur putri cantiknya.Sepanjang perjalanan, Sasa hanya bisa menahan semua ketakutan di dalam dadanya. Benar, seharusnya ia tidak sendiri menghadapi kenyataan seperti ini, di usian
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

104. Membuka Tabir

Harapan yang Sasa gantung setinggi langit itu perlahan runtuh seiring waktu yang berjalan. Langkahnya sendirian, ia ditinggalkan oleh kenyataan yang ia pegang kuat sebagai tumpuan. Sejak menjalani prosedur dilatasi dan kuretasi hingga ia sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti saat ini, kabar mengenai sang suami masih belum pasti. Badai menyimpang dari lima bulan perkiraan kepergian, enam bulan sudah Sasa berjuang dalam kerinduan, rasa sakit dan ketakutan. Kini hati dan pundaknya mulai membatu, ia bak manusia yang tak memiliki cara untuk berinteraksi, praktis, Sasa benar-benar menutup diri."Akhirnya gue bisa ngundang Sasa, Sakura Kadita Rumi, ke acara istimewa gue setelah sekian lama," ucap Lia Lala, seorang konten kreator pengelola podcast dengan followers jutaan itu sambil tersenyum lega."Iya," Sasa ikut menarik lengkung bibirnya, "butuh waktu yang cukup lama buat bisa muncul di depan publik kayak gini," tukasnya."Dari berita terakhir yang muncul mengenai lo, gue tau banget
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

105. Apakah Mimpi?

"Kenapa saat berita itu meledak lo memilih untuk bungkam dan nggak ngasih pernyataan apa-apa? Pun dengan keluarga lo dan keluarga suami lo?" tanya Lia lagi, setelah Sasa meneguk air mineral yang sengaja ia sediakan."Saat itu suami gue lagi dalam tugas yang sangat penting dan kesatuan hilang kontak sama timnya, percuma gue ngomong ke media kalau gue nggak bisa buktiin siapa bapak dari anak gue," desis Sasa benar adanya."Gila," Lia tertawa dengan tatapan takjub ke arah Sasa. "Lo serius kan ini?" tanyanya berusaha memastikan lagi."Serius, gue bawa surat nikah gue kalau lo perlu bukti. Ada juga foto pas ijab kabul, tapi identitas suami gue nggak boleh bocor dulu," kata Sasa membuat syarat."Sekarang gini deh, keguguran yang lo alami dan diubahnya berita jadi lo aborsi janin lo itu, suami lo tau nggak?" desis Lia tampak syok."Enggak," jawab Sasa cepat. "Suami gue masih di medan tugas, sampe sekarang, keberadaannya, kondisinya masih hidup atau enggak, gue juga nggak tau pasti. Kami ngga
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

106. Kembali Bersama

Sasa mengitarkan pandangannya nyalang, mencari-cari sosok Badai. Ia berusaha bangun dari posisi berbaringnya, tapi sebuah tangan menahan pundaknya. Harapan Sasa begitu menggantung besar, ia yakin bahwa kejadian sebelum ia pingsan bukanlah mimpi, Badai nyata ada di depannya. "Sasa tenang dulu, ya," suara lembut Ran menyadarkan Sasa. "Bunda," Sasa menoleh enggan, ia harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Badai adalah bunga tidurnya. "Kamu kecapean, banyak pikiran, makanya kamu jatuh pingsan di studionya Lia," terang Ran lirih sambil mengusap-usap punggung putrinya. Sasa meraup wajahnya frustasi, sudah berulang kali ia dihantui mimpi yang sama, kedatangan Badai yang tak ia sangka-sangka. Namun, tiap kali ia membuka mata, semua bak fatamorgana di padang pasir yang merana, hilang ditelan kefanaan yang ia cipta dengan sendirinya. "Iya, harusnya aku nggak berharap terlalu tinggi pada mimpi yang kubangun buat ngehibur diri sendiri ini," gumam Sasa mengembus napas kasar, "aku nggak pa-pa B
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

107. Rindu Bertemu Muara

Untuk sementara, baik Sasa maupun Badai tak ada yang bicara. Keduanya lebih fokus melepas rindu, pun Sasa yang tidak ingin mengganggu pertemuan penuh haru ini dengan banyak pertanyaan yang ia simpan rapat di kepala. Melihat Badai nyata di depannya dan bernyawa saja sudah mukjizat yang tak ingin ia lewatkan. "Tangan kiri Mas kenapa?" tanya Sasa setelah ia sudah jauh lebih tenang dan Badai duduk di kursi tunggu sebelah ranjangnya. Ialihat Badai menggendong tangan kirinya dengan perban, mencurigakan."Kontra sniper," jawab Badai tenang sekali. Ia usap pipi Sasa yang masih meninggalkan bekas air mata. Sasa mengangguk, kepalanya menunduk. Air mata Sasa lagi-lagi mengalir, lama-kelamaan semakin bertambah deras dan terdengar isaknya. "Bayi kita," suara Sasa tersendat, ia tak sanggup melanjutkan ucapannya. "It's okay," Badai paham situasi, ia usap kepala istrinya agar mendongak. "Bukan salah kamu, berhasil sampe sejauh ini aja aku udah bersyukur banget. Kamu setegar dan sekuat harapanku,"
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

108. Rasa Bersalah

"Aku masih harus nunggu hasil pemeriksaan, kamu pulang sama Bunda dulu aja nggak pa-pa Nduk," pinta Badai saat Sasa mendatanginya di sebuah kursi tunggu. "Setelah nggak ketemu sama suamiku hampir setengah tahun dan aku butuh banyak penjelasan dari semua itu, Mas minta aku pulang sama Bunda? Mas nggak cuma jahat, kejam dan sadis!" cerca Sasa ketus. Badai terlihat menahan tawanya, inilah bagian terbaik yang selalu ia rindukan dari bersama Sasa. Celetukan-celetukan polos istri Badai ini membawa mood tersendiri baginya. Itulah yang selalu membuat Badai yakin bahwa Sasa akan baik-baik saja bahkan jika harus tanpanya. "Kayaknya bakalan lama deh hasil pemeriksaanku juga," desis Badai tak henti mengusap kepala istrinya. "Wajah yang nggak pernah ilang sedikitpun dari pikiranku selama kami memutus kontak," gumamnya penuh tatapan mendamba pada Sasa."Aku tetep bakalan nunggu. Nungguin Mas pulang selama ini aja aku sanggup, apalagi cuma nunggu hasil pemeriksaan. Luka tembak kan?" tebak Sasa me
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

109. Menjelang Go Public

"Terus Bunda pulangnya gimana?" tanya Badai perhatian. "Dijemput Ayah langsung, biar nanti sopir Ayah yang bawa mobil Bunda," jelas Ran. "Kalian dianter Mas Tyo," tambahnya. "Kalau Bunda dijemput Ayah berarti aman," gumam Sasa. "Biar aja gitu, kencan yang tua nyaingin kita yang muda. Padahal kita yang mau kangen-kangenan," desisnya iri. "Iri? makanya jangan berdebat terus!!" ledek Ran gemas. "Kalian jalan duluan, Bunda nggak pa-pa di sini nunggunya," usirnya pada Sasa dan Badai. "Nggak usah nunggu," Sasa mengedikkan dagunya ke arah lorong, "pangeran berkuda poni Bunda udah dateng," kekehnya iseng. Badai tertawa spontan mendengar celetukan Sasa. Namun, ia berdiri sigap setelahnya dan memberi penghormatannya pada sang panglima. Damar membalas penghormatan itu dengan tatapan lega, cukup bahagia karena Badai menepati janjinya untuk pulang dengan tetap bernyawa. "Lettu Akai Badai Bagaspati, mulai hari ini dan beberapa waktu ke depan, kamu, saya bebas tugaskan!" ujar Damar serius sete
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

110. Mendengarmu Bercerita

"Ehem,"Badai berdehem seraya memejamkan matanya untuk menahan sakit. Setelah Badai pulang dan mendapat banyak hari cuti, Sasa memutuskan untuk kembali ke rumah pribadi mereka dan tidak lagi menginap di rumah sang ayah. Lagipula, dengan tinggal di rumah sendiri, Badai dan Sasa akan lebih bebas melepas rindu."Ada ya orang jago nembak kepala sama dada tapi diobatin lukanya meringis-meringis kesakitan gini," desis Sasa manyun."Gimanapun aku tetep manusia Nduk. Aku punya sisi manjaku sendiri dan itu cuma kutunjukin ke istriku. Lagian, boleh kan manja sama istri yang udah nggak kutemui berbulan-bulan lamanya?" gumam Badai sambil meniup-niup luka robek lebar di lengannya itu."Untung nggak kena tulang ini tu, kalau sampe kena tulang kan bisa berpengaruh ke kemampuan menembak Mas kan?""Iya," Badai membenarkan. "Udah kepalang basah. Aku kudu milih ngorbanin timku atau pasang badan, kupilih pasang badan biar timku bisa keluar dari barak dulu baru aku yang paling terakhir," ceritanya."Mas l
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status