Clarissa tersenyum tipis. "Kenapa aku merasa, kamu sebenarnya lagi lawan Nenek?"Raiden tampak mengerutkan ujung matanya sedikit, tetapi ekspresinya tetap dingin. "Bibi mikir kejauhan. Malam itu, aku cuma kebetulan ganti kamar, lalu ketemu Elvina."Clarissa tertawa kecil. "Baiklah, anggap saja aku yang mikir kejauhan. Elvina memang cantik dan cerdas, tapi ...." Dia memegang rokok di antara jarinya, lalu menyesap secangkir teh merah di atas meja sebelum melanjutkan dengan santai, "Berapa lama dia bisa bertahan di sisimu?"Raiden menjawab dengan tenang, "Selama Nenek menyukainya, dia akan tetap ada di sisiku.""Nenek mungkin menyukainya, tapi aku khawatir kamu nggak bisa melindunginya," kata Clarissa dengan nada yang tampaknya tahu lebih banyak dari yang dia ungkapkan. Pandangannya pada Raiden penuh makna. "Yang sudah ditakdirkan tetap akan datang, dia nggak akan mampu menahannya."Mendengar nada penuh arti dari Clarissa, Raiden sedikit mengerutkan ujung matanya lagi, tetapi tetap diam.
Read more