"Perlu aku naik ke lantai atas untuk minta maaf sama dia?" tanya Elvina dengan perlahan sambil menopang tubuhnya untuk duduk di sofa dan mendongak menatap Raiden. Pada saat inilah, Raiden baru menyadari wajahnya yang pucat. Dia tampak kesakitan dan menderita.Raiden mengerutkan alisnya dan melepaskan tangannya dengan cepat. Saat berbalik untuk naik ke lantai atas, Raiden memerintahkan pelayan dengan dingin, "Telepon dokter segera!""Baik, Tuan," jawab pelayan. Dia tahu bahwa Keanu sedang sibuk merawat Daphney di lantai atas, sehingga dia meraih telepon rumah untuk menelepon dokter. Namun, Elvina menghentikan tangannya."Nggak perlu," kata Elvina."Tapi, Nyonya, kakimu ...." Pelayan itu melirik ke arah rok Elvina yang basah kuyup dengan nada khawatir, "Kalau nggak segera diobati, akan meninggalkan bekas luka ...."Elvina tidak menghiraukannya. Dia mengambil ponselnya sendiri dan menelepon sebuah nomor. Sekitar 10 menit kemudian, Peter datang tergesa-gesa ke rumah Keluarga Tjandra.Begit
Riverview adalah kawasan perumahan terkenal di pusat kota, terkenal dengan lingkungan mewah dan layanan kelas atasnya. Banyak orang kaya dan selebritas tinggal di sana.Saat mobil Peter tiba di gerbang selatan Riverview, dia melihat seorang pria mengenakan setelan rapi sedang berdiri di tepi jalan dan melihat ke sekeliling. Pria itu segera memperhatikan mobil Peter, lalu berlari mendekat.Pria bersetelan itu langsung menuju kursi belakang, lalu menunduk saat jendela mobil diturunkan dan menyapa Elvina, "Bu Elvina."Elvina meminta Peter membuka kunci pintu, lalu pria itu masuk ke dalam mobil. Dari percakapan antara pria itu dan Elvina, Peter mengetahui bahwa pria tersebut adalah agen properti yang sedang membantu Elvina mencari rumah.Mobil melaju menuju gedung di bagian terdalam Riverview. Agen itu membawa Elvina dan Peter ke lantai 16 untuk melihat sebuah apartemen luas dengan desain modern.Apartemen tersebut memiliki dekorasi elegan, lengkap dengan kolam renang dalam ruangan, biosko
Di rumah Keluarga Tjandra.Setelah selesai berdoa di kuil, Pamela awalnya berencana menghabiskan lebih banyak waktu bersama Clarissa di sana. Namun, begitu mendengar tentang kejadian di rumah, dia segera pulang bersama Clarissa pada sore harinya.Dari penuturan seorang pelayan bernama Riana, Pamela mendengar kronologi kejadian tersebut. Setelah mendengarkannya, dia duduk di sofa dengan wajah yang sangat muram dan tidak mengatakan sepatah kata pun.Para pelayan yang berdiri di dekatnya hanya bisa menundukkan kepala mereka, bahkan tak berani bersuara sama sekali.Mereka semua sibuk bekerja di lantai atas atau di taman tadi pagi, sehingga tidak menyangka akan terjadi sesuatu yang begitu menggemparkan di dalam rumah."Nyonya Elvina mendorong Nyonya Daphney sampai hampir membuatnya keguguran!"Meskipun Keluarga Tjandra memiliki banyak keturunan, dua cucu kesayangan Pamela hanyalah Raiden dan Darren. Namun, setelah Darren meninggal dalam sebuah kecelakaan, hanya tinggal Daphney dan bayi dala
Riana mendekat dengan ketakutan. Wajahnya pucat saat melihat ekspresi dingin di wajah Raiden, tetapi aura mengintimidasi pria itu semakin membuat tubuhnya bergetar hebat.Dengan suara gemetar, Riana memaksakan diri berkata, "Saya awalnya pergi ke ruang teh untuk mengambil sesuatu, tapi saya melihat Nyonya Elvina mendorong Nyonya Daphney dengan keras. Nyonya Elvina takut ketahuan, jadi dia menuangkan air panas ke kakinya sendiri ....""Tadi kamu nggak bilang begitu sama Nyonya Tua," Raiden memotong ucapannya dengan suara ketus. "Kamu bilang Nyonya Elvina dan Nyonya Daphney bertengkar, lalu Nyonya Elvina menuangkan air panas ke kakinya sendiri untuk menjebak Nyonya Daphney."Riana terperanjat dan mencoba membela diri, "Mungkin saya salah ingat .... Tapi itu benar, Nyonya Elvina menuangkan air panas ke kakinya sendiri ...."Raiden mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus, lalu menyalakannya dengan santai. Setelah mengisap dua kali, dia berkata dengan dingin, "Mendekatlah." Riana melangkah
Raiden menyuruh semua pelayan kembali bekerja. Setelah menghabiskan rokok di tangannya, dia naik ke lantai dua dan menuju kamar Daphney.Begitu masuk ke kamar tidur, dia melihat Keanu sedang merapikan kotak obat. Sementara itu, Daphney terbaring di tempat tidur dengan wajah mungil yang tampak pucat pasi, membuat siapa pun yang melihatnya merasa iba.Saat melihat Raiden masuk, Keanu yang sedang sibuk membereskan alat-alatnya, melirik sekilas dan menggerutu, "Suntik penguat kandungannya sudah selesai. Beberapa hari ke depan, biarkan Bu Daphney istirahat dengan baik dan jangan sampai dia mengalami stres lagi.""Ya," jawab Raiden singkat. "Terima kasih atas bantuanmu."Keanu menatapnya dengan ekspresi kesal, "Kalau memang mau mengucapkan terima kasih, lain kali jangan panggil aku lagi. Aku ini dokter bedah, bukan spesialis obstetri. Lain kali panggil kepala bagian kebidanan, bisa nggak?"'Saat pacarnya keracunan, dia panggil aku. Mantannya hampir keguguran, juga harus aku yang turun tangan
Setelah kembali ke Vila Swallow, Peter langsung memberi tahu Maya. Tanpa basa-basi, Maya langsung naik ke lantai atas untuk membantu Elvina berkemas dan meninggalkan Vila Swallow bersama Peter.Bagi Maya, hanya Elvina majikannya. Ke mana pun Elvina pergi, dia harus ikut.Dalam perjalanan ke Riverview, Peter mendapat panggilan telepon dari kakaknya. Owen bertanya, apakah dia sudah membawa Elvina ke rumah sakit untuk berobat?"Belum." Peter tak kuasa menggigit bibirnya, memikirkan luka bakar pada kaki Elvina. "Elvina nggak suka bau disinfektan di rumah sakit. Karena neneknya meninggal di rumah sakit.""Kak, lukanya sangat parah. Dokter bilang kalau nggak diobati, bakal berbekas dan jadi jelek," ucap Peter sambil berkemudi. "Elvina juga nggak mau tinggal di Vila Swallow. Dia beli apartemen di Riverview. Aku bawa Bibi Maya ke sana buat menjaganya.""Oke, nanti aku kasih tahu Pak Raiden. Kamu tetap bersamanya. Cari cara supaya dia mau ke rumah sakit untuk berobat."Peter mengiakan, lalu ber
Karena takut Elvina bangun, Peter dan Maya buru-buru membawanya pulang setelah membayar.Setibanya di Riverview, saat mereka sedang naik lift, Peter baru tersadar bahwa hari ini dia terus menggendong Elvina. Tubuh wanita ini sangat ringan, membuatnya merasa seperti sedang memeluk guling.Satu tangan Elvina melingkari leher Peter. Kepalanya terkulai. Wajah cantik itu mengernyit, seakan-akan tidurnya tidak nyenyak. Ada aroma obat tradisional yang kuat di tubuhnya karena kakinya dioles salep yang tebal.Namun, Peter bisa mencium aroma bunga mawar yang samar dari obat tradisional itu. Aromanya memang tidak sekuat aroma bunga mawar biasa, tetapi tetap membuat hati Peter bergetar.Jari tangan Elvina yang menyentuh leher belakang Peter juga terasa sangat lembut dan hangat. Terkadang Elvina tanpa sadar memeluk lehernya, mungkin karena mimpi buruk. Di lift yang luas ini, Peter bisa mendengar suara napasnya yang tak beraturan.Setelah masuk ke apartemen, Maya langsung menuju ke kamar Elvina untu
Setelah membaca pesan itu, Peter pun kaget. Owen sudah tahu dirinya menemani Elvina di Riverview. Sudah ada Peter yang menjaga Elvina, tetapi Raiden masih mengutus orang untuk mengawasi mereka?[ Luka di kedua kaki Elvina sangat parah. Mana mungkin sembuh secepat itu. Dokter bilang harus istirahat seminggu. ][ Oke, jaga dia baik-baik. ]Usai membalas pesan, Raiden memanggil Owen dan berpesan, "Bantu Elvina dan Peter ajuin cuti.""Baik." Owen masuk dengan membawakan sarapan. Dia meletakkan sarapan itu di atas meja dan berkata, "Pagi ini Bu Daphney sudah diantar pulang. Ini sarapan yang dia beli. Dia menyuruhku membawakannya untukmu."Raiden melirik sarapan itu, lalu berujar dengan dingin, "Dibuang saja. Suruh Keanu carikan dokter pribadi yang pintar. Atur dokter itu tinggal di rumah Daphney untuk memantau perkembangan janinnya supaya dia nggak terus pergi ke rumah Keluarga Tjandra."Owen agak terkejut, tetapi segera mengangguk. "Baik."Sebenarnya Owen juga tidak suka melihat Daphney ya
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S