Karena takut Elvina bangun, Peter dan Maya buru-buru membawanya pulang setelah membayar.Setibanya di Riverview, saat mereka sedang naik lift, Peter baru tersadar bahwa hari ini dia terus menggendong Elvina. Tubuh wanita ini sangat ringan, membuatnya merasa seperti sedang memeluk guling.Satu tangan Elvina melingkari leher Peter. Kepalanya terkulai. Wajah cantik itu mengernyit, seakan-akan tidurnya tidak nyenyak. Ada aroma obat tradisional yang kuat di tubuhnya karena kakinya dioles salep yang tebal.Namun, Peter bisa mencium aroma bunga mawar yang samar dari obat tradisional itu. Aromanya memang tidak sekuat aroma bunga mawar biasa, tetapi tetap membuat hati Peter bergetar.Jari tangan Elvina yang menyentuh leher belakang Peter juga terasa sangat lembut dan hangat. Terkadang Elvina tanpa sadar memeluk lehernya, mungkin karena mimpi buruk. Di lift yang luas ini, Peter bisa mendengar suara napasnya yang tak beraturan.Setelah masuk ke apartemen, Maya langsung menuju ke kamar Elvina untu
Setelah membaca pesan itu, Peter pun kaget. Owen sudah tahu dirinya menemani Elvina di Riverview. Sudah ada Peter yang menjaga Elvina, tetapi Raiden masih mengutus orang untuk mengawasi mereka?[ Luka di kedua kaki Elvina sangat parah. Mana mungkin sembuh secepat itu. Dokter bilang harus istirahat seminggu. ][ Oke, jaga dia baik-baik. ]Usai membalas pesan, Raiden memanggil Owen dan berpesan, "Bantu Elvina dan Peter ajuin cuti.""Baik." Owen masuk dengan membawakan sarapan. Dia meletakkan sarapan itu di atas meja dan berkata, "Pagi ini Bu Daphney sudah diantar pulang. Ini sarapan yang dia beli. Dia menyuruhku membawakannya untukmu."Raiden melirik sarapan itu, lalu berujar dengan dingin, "Dibuang saja. Suruh Keanu carikan dokter pribadi yang pintar. Atur dokter itu tinggal di rumah Daphney untuk memantau perkembangan janinnya supaya dia nggak terus pergi ke rumah Keluarga Tjandra."Owen agak terkejut, tetapi segera mengangguk. "Baik."Sebenarnya Owen juga tidak suka melihat Daphney ya
Elvina semula tidak peduli. Pada akhirnya, dia datang ke ruang tamu dan membuka satu per satu hadiah itu.Peter hanya menyaksikan dari samping. Tas bermerek, gaun edisi terbatas, dan lainnya. Elvina pun terlihat senang."Elvina, jangan lemah begitu. Paling-paling ini hadiah dari Kak Raiden supaya kamu maafin wanita itu. Kamu nggak merasa jijik menerima hadiah ini?" tanya Peter dengan kesal.Selama dua hari ini, Peter meretas CCTV Keluarga Tjandra dengan susah payah. Dia akhirnya tahu bagaimana Elvina bisa terluka.Peter melihat Pamela sangat menyukai Elvina. Saat makan, Pamela terus mengambilkan lauk untuk Elvina.Meskipun tidak tahu apa yang terjadi di dapur karena tidak ada CCTV, Peter melihat Pamela yang menampar Raiden dan memarahinya. Dia yakin Elvina tidak bersalah.Peter pun menebak, pasti Daphney cemburu melihat Pamela begitu menyayangi Elvina. Karena disokong oleh Raiden, Daphney pun tidak takut pada apa pun dan mencelakai Elvina. Sejak dulu, Raiden selalu membereskan masalah
Setelah mendapatkan semangatnya kembali, Elvina kembali ke perusahaan. Hari ini, dia memakai jas abu muda, rok ketat, dan sepatu hak tinggi setinggi 8 sentimeter. Kakinya yang panjang dan indah membuatnya terlihat sangat seksi.Begitu Elvina masuk, tatapan orang-orang langsung tertuju pada kakinya. "Elvina, kita cuma nggak ketemu beberapa hari. Kenapa kakimu jadi indah sekali?""Mungkin karena aku keseringan jalan, jadi kakiku jadi lebih ramping." Elvina tersenyum, lalu meletakkan tasnya dan pergi ke ruang kantor Giselle.Elvina mengetuk pintu ruang kantor, lalu masuk dan berdiri di depan meja kerja. "Kak Giselle, aku sudah familier dengan semua proses di sini. Apa ada tugas berat yang bisa diberikan kepadaku?""Kamu baru balik dari cuti. Nggak usah terburu-buru. Aku tahu kemampuanmu kok," sahut Giselle tersenyum.Sebelumnya, Owen mendatangi Giselle untuk membantu Elvina mengajukan cuti. Giselle diam-diam mencari tahu. Ternyata Peter juga cuti. Dia mengira adik dan adik ipar Owen pergi
Setelah menyusuri koridor, Elvina tiba di depan ruang presdir. Dia mengangkat tangan untuk mengetuk pintu."Masuk." Terdengar suara rendah dari dalam.Elvina mendorong pintu dan masuk. Ketika mendongak sedikit, dia melihat pria yang duduk di belakang meja mahoni. Pria itu memakai setelan abu dan dasi. Penampilannya terlihat sangat serius. Apalagi, alisnya agak berkerut dan wajahnya agak suram."Pak Raiden, ini dokumen yang kamu mau," ucap Elvina dengan sopan sambil meletakkan dokumen itu di atas meja.Raiden sama sekali tidak melihat dokumen itu. Tatapannya terus tertuju pada Elvina. Karena meja tidak terlalu tinggi dan Elvina berdiri agak jauh, Raiden bisa melihatnya dari ujung kaki hingga ujung kepala.Elvina memakai pakaian profesional berwarna hitam. Kakinya yang ramping dan indah terpampang jelas karena dia memakai rok pendek. Penampilannya terlihat menawan, seksi, dan profesional.Ketika melihat Raiden tidak berbicara, Elvina membungkuk sedikit dan berujar, "Pak Raiden, kalau ngg
Setelah membaca email itu, seorang staf sontak menghampiri Elvina untuk bergosip. "Tadi kamu dipanggil ke ruang presdir. Kami kira Pak Raiden tertarik padamu. Rupanya kamu dipanggil untuk minum kopi sambil mendengar ceramahnya? Pantas saja, kamu kelihatan murung waktu kembali.""Masa?" Elvina meraba wajahnya."Ya." Staf itu mengangguk, lalu bertanya dengan penasaran, "Pak Raiden kelihatan seperti pria yang lembut. Apa dia sangat galak tadi?"Awalnya, Elvina masih memikirkan cara untuk menjawab para staf jika mereka bertanya tentang apa yang terjadi di ruang presdir. Untungnya, ada email ini yang bisa menjadi tamengnya.Elvina mengembuskan napas, lalu melambaikan tangannya. "Ya begitulah, kamu pasti paham."Begitu email itu dikirimkan, suasana di Grup Polaris menjadi tenang kembali. Ketika Elvina pergi ke kantin untuk makan, tidak ada lagi pria yang mendekatinya.Beberapa staf yang makan bersama Elvina sedang asyik bergosip. Mereka membahas kabar yang menghebohkan dunia maya beberapa ha
Karena tidak bisa menang dari Elvina, Maya hanya bisa membiarkan Elvina mengantarnya ke bandara. Sebelum memasuki ruang tunggu, Maya menggenggam tangan Elvina dan berulang kali memintanya menjaga kesehatan. "Nona, kalau lagi sedih, telepon saja aku. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh.""Ya." Elvina mengangguk dengan patuh, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum. "Ya sudah, sampai jumpa lagi.""Ya." Maya akhirnya memasuki ruang tunggu dengan enggan.Ketika Elvina pulang, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam lewat. Begitu mobilnya tiba di basemen, satpam berkata, "Nona, ada orang yang menunggumu di lobi."Setelah mendengarnya, Elvina mengira orang itu adalah Peter karena Peter tidak punya kartu akses. Soalnya, Peter sudah dua kali lupa membawa kartunya.Namun, Elvina merasa agak bingung. Peter sudah tinggal di sini beberapa hari. Resepsionis seharusnya mengenalnya dan bisa membantunya, 'kan?Setelah Elvina memarkirkan mobilnya, dia naik lift untuk pergi ke lobi. Alhasil, yang menungg
Raiden merasa suhu tubuhnya naik. Samar-samar, dia bisa mencium aroma manis dari kue. Ini membuatnya tak kuasa menelan ludah dan menghampiri Elvina.Elvina yang sedang menyantap kue pun kaget karena ada yang tiba-tiba meraih bahunya. Dia lantas berteriak karena kehilangan keseimbangan. Tangannya masih memegang garpu saat tubuhnya diangkat ke meja makan."Apa yang kamu ...." Sebelum Elvina sempat menarik napas, bibir Raiden yang panas mendarat di bibirnya.Karena meja makan tidak terlalu tinggi, Raiden membungkukkan badannya sambil memegang wajah Elvina. Dia menggigit dan mencium dengan penuh hasrat.Setelah menjilat mentega di bibir Elvina hingga bersih, Raiden membuka mulut Elvina secara paksa, lalu bermain dengan lidahnya.Tadi Elvina makan banyak kue. Sekarang mulutnya dipenuhi aroma mentega dan mangga. Raiden mencicipi semuanya, tetapi masih merasa tidak puas.Jadi, Raiden merangkul pinggang Elvina dan mendekapkannya ke pelukannya. Melalui pakaian yang tipis, tangannya bisa merasak
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S