Setelah membaca email itu, seorang staf sontak menghampiri Elvina untuk bergosip. "Tadi kamu dipanggil ke ruang presdir. Kami kira Pak Raiden tertarik padamu. Rupanya kamu dipanggil untuk minum kopi sambil mendengar ceramahnya? Pantas saja, kamu kelihatan murung waktu kembali.""Masa?" Elvina meraba wajahnya."Ya." Staf itu mengangguk, lalu bertanya dengan penasaran, "Pak Raiden kelihatan seperti pria yang lembut. Apa dia sangat galak tadi?"Awalnya, Elvina masih memikirkan cara untuk menjawab para staf jika mereka bertanya tentang apa yang terjadi di ruang presdir. Untungnya, ada email ini yang bisa menjadi tamengnya.Elvina mengembuskan napas, lalu melambaikan tangannya. "Ya begitulah, kamu pasti paham."Begitu email itu dikirimkan, suasana di Grup Polaris menjadi tenang kembali. Ketika Elvina pergi ke kantin untuk makan, tidak ada lagi pria yang mendekatinya.Beberapa staf yang makan bersama Elvina sedang asyik bergosip. Mereka membahas kabar yang menghebohkan dunia maya beberapa ha
Karena tidak bisa menang dari Elvina, Maya hanya bisa membiarkan Elvina mengantarnya ke bandara. Sebelum memasuki ruang tunggu, Maya menggenggam tangan Elvina dan berulang kali memintanya menjaga kesehatan. "Nona, kalau lagi sedih, telepon saja aku. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh.""Ya." Elvina mengangguk dengan patuh, lalu melambaikan tangan sambil tersenyum. "Ya sudah, sampai jumpa lagi.""Ya." Maya akhirnya memasuki ruang tunggu dengan enggan.Ketika Elvina pulang, waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam lewat. Begitu mobilnya tiba di basemen, satpam berkata, "Nona, ada orang yang menunggumu di lobi."Setelah mendengarnya, Elvina mengira orang itu adalah Peter karena Peter tidak punya kartu akses. Soalnya, Peter sudah dua kali lupa membawa kartunya.Namun, Elvina merasa agak bingung. Peter sudah tinggal di sini beberapa hari. Resepsionis seharusnya mengenalnya dan bisa membantunya, 'kan?Setelah Elvina memarkirkan mobilnya, dia naik lift untuk pergi ke lobi. Alhasil, yang menungg
Raiden merasa suhu tubuhnya naik. Samar-samar, dia bisa mencium aroma manis dari kue. Ini membuatnya tak kuasa menelan ludah dan menghampiri Elvina.Elvina yang sedang menyantap kue pun kaget karena ada yang tiba-tiba meraih bahunya. Dia lantas berteriak karena kehilangan keseimbangan. Tangannya masih memegang garpu saat tubuhnya diangkat ke meja makan."Apa yang kamu ...." Sebelum Elvina sempat menarik napas, bibir Raiden yang panas mendarat di bibirnya.Karena meja makan tidak terlalu tinggi, Raiden membungkukkan badannya sambil memegang wajah Elvina. Dia menggigit dan mencium dengan penuh hasrat.Setelah menjilat mentega di bibir Elvina hingga bersih, Raiden membuka mulut Elvina secara paksa, lalu bermain dengan lidahnya.Tadi Elvina makan banyak kue. Sekarang mulutnya dipenuhi aroma mentega dan mangga. Raiden mencicipi semuanya, tetapi masih merasa tidak puas.Jadi, Raiden merangkul pinggang Elvina dan mendekapkannya ke pelukannya. Melalui pakaian yang tipis, tangannya bisa merasak
Tatapan Raiden tertuju pada bibir Elvina. Saat melihatnya menjilat bibir dan tak sengaja menjilat rambutnya, hasrat Raiden makin terbangkitkan. Dia menunduk dan mencium Elvina lagi.Elvina yang merasa enggan pun melanjutkan perlawanannya. Sayangnya, tenaganya tidak akan bisa dibandingkan dengan tenaga pria. Sebaliknya, pakaiannya menjadi sangat berantakan."Raiden, jangan sentuh aku!" Elvina membenamkan wajahnya di bantal sambil memelototi Raiden. Karena tidak bisa menang, dia hanya bisa memaki Raiden, "Kamu sudah tua, tapi masih menyentuh wanita muda sepertiku! Kamu nggak merasa malu? Lepaskan!"Raiden mengernyit saat melihat Elvina masih punya tenaga untuk memakinya. "Aku cuma lebih tua sembilan tahun darimu. Jangan bicara seolah-olah aku ini pria tua berusia 50 tahun."Elvina terkekeh-kekeh. "Kalau kamu benaran 50 tahun dan masih menyentuhku, itu namanya kamu binatang dan aku harus memanggilmu kakek.""Kalau kamu ingin memenuhi kebutuhan fisiologismu, cari saja wanita lain. Cari Dap
Raiden hanya pernah menyentuh Elvina beberapa kali. Sekali saat berada di Vila Swallow, tetapi Owen tiba-tiba mengetuk pintu dan mengganggu mereka. Sekali lagi saat di hotel Maxim. Saat itu, Elvina di bawah pengaruh obat. Keduanya tidak seperti bercinta karena Raiden seperti alat bagi Elvina.Kali ini, Raiden benar-benar merasakan betapa halusnya kulit Elvina. Wanita ini manis, tetapi tidak membuatnya enek. Saat digigit, mulutnya dipenuhi aroma susu.Entah berapa lama kemudian, langit di luar menjadi makin gelap. Tiba-tiba, turun hujan deras.Di ruang yang gelap, ranjang yang empuk terlihat berantakan. Meskipun AC menyala, suasana justru terasa panas.Elvina meringkukkan tubuhnya dan berbaring di samping Raiden. Keringat membuat rambutnya agak basah dan menempel di pipinya. Dia memicingkan matanya, terlihat sangat lelah.Beberapa saat kemudian, Elvina tiba-tiba bangkit dan mengangkat kakinya. Tangannya memegang kepala Raiden.Rambut hitam Elvina yang mengenai dada Raiden membuatnya mer
Ketika Elvina bangun, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang lewat. Dia terkejut melihat jam di ponsel. Kemudian, dia baru teringat bahwa Raiden telah membantunya mengajukan cuti sehingga merasa tenang kembali.Saat melihat tidak ada siapa pun di kamar, Elvina mengira Raiden sudah pergi. Dia memakai jubah tidurnya, lalu berjalan keluar tanpa alas kaki.Sebelum Elvina tiba di ruang tamu, dia sudah melihat Raiden keluar dari dapur. Pria ini memakai kemeja putih dan jas hitam. Wajahnya terlihat segar, bahkan terdapat sedikit kepuasan."Kok kamu masih di sini?" tanya Elvina tanpa sadar.Raiden mengedarkan tatapan kepadanya. Untuk sesaat, tatapan Raiden tertuju pada area leher yang terbuka. "Rumahmu juga rumahku. Masa aku nggak boleh di sini?"Elvina seketika tidak bisa berkata-kata. Dia baru teringat bahwa dirinya membeli apartemen ini dengan kartu bank Raiden. Memang benar bahwa dia tidak berhak mengusir Raiden dari sini. Dia menjilat bibirnya yang kering, lalu hendak mengambil jus jeruk.
Pada akhirnya, Elvina bahkan tidak tahu apakah hari sudah sore atau sudah malam. Dia sempat bangun dua kali dan makan sedikit ....Ketika membuka matanya kembali, langit sudah terang. Elvina segera bersiap-siap dan berangkat ke kantor.Pagi ini ada rapat. Namun, karena hanya pertemuan kecil dan yang hadir cuma sekitar enam orang, suasana pun tidak begitu menegangkan.Elvina duduk di depan meja sambil merenung. Kenapa dirinya memercayai penjelasan Raiden begitu saja? Pada akhirnya, Elvina menyimpulkan bahwa pesona Raiden terlalu kuat, sampai-sampai dirinya kehilangan kemampuan untuk berpikir.Setelah pikirannya jernih kembali, Elvina baru menyadari bahwa jawaban yang diberikan Raiden memiliki banyak kecurigaan."Oke, kalian istirahat sepuluh menit dulu. Setelah itu, kita lanjutkan lagi." Ketua tim menekan remot untuk menghentikan layar LCD yang menampilkan data, lalu keluar untuk minum air.Seorang staf tiba-tiba melirik Elvina dan bertanya, "Elvina, kamu terus menunduk sejak tadi. Ada
Elvina menggulir layar ke bawah. Ketika melihat pesan-pesan dari para netizen, dia tak kuasa menghela napas. Ternyata penampilan begitu penting. Cuma karena Raiden tampan, mereka semua langsung memaafkan kesalahannya. Namun, harus diakui bahwa Raiden memang sangat macho.Elvina tidak membaca pesan-pesan di grup lagi. Dia meletakkan ponselnya. Ketika mendongak, ternyata para staf sudah kembali dan semua orang menatapnya.Elvina memegang gelas, tetapi tidak mengangkatnya. Dengan ragu-ragu, dia bertanya, "Ada apa?""Elvina, ponselmu terhubung ke layar. Kamu nggak tahu?" tanya seorang senior yang duduk di sampingnya sambil menunjuk ke layar LCD.Layar ponsel Elvina masih menyala. Dia buru-buru mematikan ponselnya, lalu mengangkat gelas dan meminumnya untuk menutupi kecanggungannya. "Oh, maaf sekali. Aku nggak tahu."Setelah ketua tim masuk, rapat pun dilanjutkan, seolah-olah tidak ada yang peduli pada masalah sebelumnya. Elvina mengira mereka masuk terlalu lambat sehingga tidak melihat apa
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S