"Baik." Peter melirik Raiden. "Ngomong-ngomong, ada dua trending topic tentangmu. Apa perlu dihapus dari internet?""Tentang apa?" Alis Raiden berkerut."Ini karena Bu Elvina nggak sengaja menghubungkan ponselnya dengan layar saat pertemuan tim ...." Owen berdeham, lalu menceritakan semua yang didengarnya dari sekretaris tadi.Jujur saja, ini pertama kalinya tubuh bosnya tersebar di internet.Ketika Owen menjelaskan, Raiden membuka internet dan melihat keluhan Elvina di grup. Seketika, dia tergelak saking kesalnya.Raiden memijat dahinya dan berujar, "Dihapus saja, termasuk yang ada di grup perusahaan. Setelah kamu antar barang, nggak usah kembali ke kantor lagi. Langsung balik ke Vila Swallow saja."Owen mengiakan, lalu langsung meninggalkan ruang presdir.Elvina yang sering membuka internet tentu melihat kedua trending topic itu. Dia bisa membayangkan seperti apa reaksi rekan kerjanya saat melihat ini. Sungguh memalukan!Untungnya, trending topic dan pembahasan ini segera menghilang
Raiden menyipitkan matanya sejenak, lalu masuk ke kamar tidur, mengambil sesuatu, dan kembali ke ruang pantri. Ia berdiri di belakang Elvina, lalu menunjukkan kalung di depan matanya. Elvina melirik liontin itu, lalu mengerutkan kening dengan kesal. "Kalau itu barang berhargamu, simpan saja sendiri, kenapa tunjukkan ke aku?"Raiden menjulurkan tangannya, lalu mengambil foto dari dalam liontin dan membaliknya. Elvina melihat sisi lainnya menunjukkan seorang pria muda dengan senyuman lembut. Wajahnya agak mirip dengan Raiden."Ini kakak ketigaku," jelasnya sambil menunjuk pria dalam foto itu. "Kalung ini juga miliknya."Elvina terdiam sesaat, otaknya masih mencoba mencerna. Dia melihat foto itu, lalu menoleh ke arah Raiden."Kalung pasangan ini dibeli kakak ketigaku setelah dia nikah sama Daphney," lanjutnya.Raiden mengangkat tangannya untuk meraih dagu Elvina yang hangat dan lembut. "Sebelum meninggal, kakak ketigaku memberikanku kalung ini. Dia ingin meletakkan fotonya bersama Daphney
Elvina sendiri tidak tahu bagaimana akhirnya dia kembali ke kamar. Tubuh Raiden begitu panas, setiap sentuhan seolah-olah bisa membuatnya hangus terbakar.Ponsel di meja samping ranjang terus bergetar tanpa henti. Setelah terputus selama dua detik, ponselnya kembali bergetar lagi. Seakan-akan peneleponnya tidak akan menyerah sampai panggilannya diterima.Saat Raiden mencengkeram pinggangnya, Elvina secara refleks menoleh ke layar ponsel dan melihat siapa yang menelepon. Tiba-tiba, dia merasa kesal. Dia menghindari ciuman pria itu, meraih ponsel dengan tangan, langsung mematikannya, dan melemparkannya ke dalam laci. Setelah itu, dia membungkuk dan mencium Raiden dengan penuh inisiatif.Raiden menyadari tindakannya tetapi tidak mengatakan apa pun. Sebaliknya, dia menggigit ringan bibir bawahnya yang lembap dan tertawa pelan.Keesokan paginya, Elvina terbangun saat alarm berbunyi.Mungkin karena suhu ruangan yang cukup dingin akibat AC, kulit mereka yang bersentuhan langsung tidak terasa
Saat masih berjaya, Keluarga Elvina sering menghadiri acara lelang perhiasan dan menghabiskan puluhan miliar dalam sekejap. Setelah bersama Raiden, dia memiliki kartu hitam tanpa batas sehingga konsepnya tentang uang tetap tidak berubah.Raiden keluar membawa segelas air soda, lalu memandang Elvina, "Coba hitung total gajimu selama setahun, lalu pikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan 160 miliar."Mendengar hal itu, Elvina mulai menghitung gajinya tanpa sadar. Dia baru saja diterima di Grup Polaris, gajinya masih sesuai standar anak magang. Bahkan setelah beberapa bulan diangkat menjadi karyawan tetap, total gaji dan bonus tahunan tidak sampai 600 juta.Elvina tertegun. Dia mengira ada kesalahan dalam perhitungannya. "Menghasilkan uang itu sesulit ini ya?"Raiden mengangkat sedikit sudut bibirnya, "Menurutmu bagaimana?"Elvina terdiam."Maya, tolong cuci tangan dulu," ujar Maya sambil menyiapkan satu burger daging sapi dan meletakkannya di atas piring. "Tuan Raide
Raiden tidak mengangkat kepalanya, suaranya rendah dan tegas. "Kamu sudah makan bubur, burger itu juga nggak akan kamu sentuh lagi. Maya sudah susah payah buatin sarapan."Elvina terdiam. Kenapa saat di Vila Swallow dia tidak pernah mendengar Raiden membela para pelayan seperti ini? Melihat Raiden menggigit burger itu lagi, wajah Elvina perlahan memerah. Setelah menghabiskan setengah roti telur dan semangkuk bubur, dia pergi berkumur dan sekaligus mengoleskan lipstik.Saat dia kembali, Raiden juga sudah selesai makan dan mereka keluar rumah bersama. Karena berjalan berdekatan, Elvina sempat melihat Raiden menghidupkan ponselnya. Seketika itu juga, puluhan panggilan tak terjawab bermunculan.Notifikasi SMS baru dan pesan WhatsApp masuk terus-menerus, hampir membuat ponselnya macet. Elvina melihat nama "Daphney" di daftar panggilan masuk, dengan jumlah panggilan mencapai 90 kali lebih dari semalam hingga pagi ini.Namun, Raiden tidak memperhatikan panggilan tak terjawab atau pesan-pesan
Saat Raiden dan Elvina berbicara di samping mobil dan saling berciuman, Owen yang berada di depan hanya bisa pasrah menyaksikan semuanya meski ingin berpura-pura tidak melihat. Setelah Raiden masuk ke dalam mobil dan menutup pintu, Owen yang mengamati dari kaca spion, tidak bisa menahan tawa melihat bekas lipstik merah mencolok di bibir Raiden.Owen berdeham keras, mencoba menyembunyikan tawanya. "Nyonya belakangan ini kelihatannya cukup ... ceria."Dia teringat bagaimana Elvina hidup dalam kehampaan dan kesedihan yang mendalam setelah keluarga besarnya bangkrut dan kematian tragis neneknya. Ketika dia pertama kali pindah ke rumah Raiden di Vila Swallow, Elvina tampak sangat kaku.Namun, sejak tinggal di Riverview, Elvina terlihat lebih ceria dan bahagia. Hubungannya dengan Raiden juga tampak jauh lebih hangat dan intim. Owen bahkan tidak tahu kata yang tepat untuk menggambarkan perubahan ini.Dulu, mereka tampak seperti bos dan bawahannya yang kebetulan tinggal di bawah atap yang sama
Beberapa hari terakhir, Elvina menerima panggilan telepon dari Pamela. Saat mengobrol, Pamela berbagi beberapa resep makanan favorit Raiden.Elvina pun berlatih memasak bersama Maya di rumah. Setelah mencoba beberapa kali, rasa masakannya cukup mendekati. Jika Raiden kembali ke ibu kota sore ini, dia berencana memasak hidangan itu untuk makan malam mereka.Elvina memegang ponselnya dan sesekali melirik pesan yang baru saja dia kirim. Lamunannya buyar ketika seseorang memanggil namanya."Elvina," panggil Giselle.Elvina mendongak melihat Giselle berjalan ke arah meja kerjanya. Dia buru-buru meletakkan ponsel di meja dan berdiri. "Ada apa, Kak Giselle?""Kepala cabang dari Kota Baria, Pak Justin, baru saja meneleponku. Dia bilang timnya akan pergi ke Bulgares untuk negosiasi kerja sama, tapi penerjemah mereka mendadak mengalami radang usus akut saat di bandara ...."Giselle menghela napas, lalu melanjutkan, "Sekarang penerjemah itu harus dibawa ke rumah sakit untuk operasi dan opname beb
Elvina memperhatikan status di ruang obrolan Raiden yang menunjukkan "sedang mengetik," sebelum pesan lain dari pria itu masuk.[ Suruh Peter temani kamu. ]Elvina tersenyum lega. Itu artinya Raiden tidak sempat melihat pesan-pesan yang telah dia tarik. Dia membalas dengan singkat.[ Hmm. ]Namun, sebelum dia sempat menutup percakapan, pesan lain dari Raiden muncul.[ Sebentar lagi turun ke bawah, ambil paketmu. ]Tidak lama setelah itu, ponsel Elvina berdering. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. "Halo?" jawab Elvina."Selamat siang, apakah ini Elvina?" Terdengar suara seorang pria di seberang. "Ada paket untuk Anda. Apakah Anda sedang di kantor?""Ya, saya di sini. Tunggu sebentar, saya akan ke bawah," jawab Elvina sambil bangkit dari kursinya dan bergegas keluar dari ruangannya.Di lantai satu, dia melihat seorang kurir yang mengenakan seragam perusahaan pengiriman berdiri di samping meja resepsionis dengan membawa sebuah kantong belanja mewah di tangannya.Elvina mendekat dan
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S