Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Mencintai Seorang Climber: Chapter 121 - Chapter 130

173 Chapters

bab 120. Aku Akan Pergi

Cepi mengerutkan alis. “Kalau Maryam tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh orang tuamu, bagaimana bisa keluargamu melamar dia?“Marco menjawab, “Gue punya prinsip kalau yang bakalan menikah itu adalah gue, yang menjalani rumah tangga tentunya gue, jadi calon istri itu harus memenuhi kriteria gue. Bukan kriteria orang tua ataupun pihak lain. So, menurut gue pada saat itu, si Maryam sudah memenuhi hampir semua kriteria gue untuk calon istri. Jadi ceritanya waktu itu gue memaksakan kehendak sama orang tua. Kalau gue nggak boleh menikah dengan Maryam, gue bakal ikut Seven Summits[1].”Cepi tercengang. “Gimana kalau orang tua lo tetap menolak Maryam? Lo bakal beneran ikut Seven Summits? Cuma gertak sambal kan?”“Waktu itu memang beneran gue mau ikut Seven Summits bareng Wanadri. Gue sudah mulai latihan bareng mereka. Rencananya ke Everest.”“Gue juga pendaki, tapi gue mah sudah cukup puas dengan menjelajahi gunung-gunung di dalam negeri. Kalau mendaki Seven Summits mah … nggak ada d
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

bab 121. Gathering Day

Akhirnya tiba juga hari berkumpul itu. Sejak pukul delapan pagi, para orang tua murid yang menjadi tamu undangan sudah mulai berdatangan, membawa anaknya masing-masing. Ada murid yang datang bersama ibunya, ada yang bersama ayahnya, ada juga murid yang datang bersama kedua orang tuanya, karena pihak sekolah memang menganjurkan demikian. Namun, ada juga murid yang ayah dan ibunya tak bisa hadir karena kesibukan kerja, dan yang hadir adalah neneknya. Pihak sekolah tidak bisa memaksa jika kondisinya seperti itu. Yang penting pihak sekolah selalu menginformasikan perkembangan anak didik kepada orang tuanya, melalui ponsel.Teras dan halaman depan sekolah disulap menjadi arena pertemuan. Di bawah tenda yang cukup besar, ada seratus kursi yang ditaruh di luar ruangan, ditambah kursi-kursi kecil yang biasa dipakai di ruang kelas TK. Sedangkan halaman samping digunakan untuk menyimpan meja hidangan. Sementara itu hidangan masih tersimpan di salah satu ruang kelas yang diubah jadi dapur, bukan
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

bab 122. Namanya Juga Anak-Anak

Zakki masih berbincang-bincang dengan teman lamanya yang bernama Rio. Mereka bertemu di acara gathering TKIT Bunga Bangsa, tempat anak-anak mereka bersekolah.“Zakki, anakmu cantik, berwajah indo lagi, nggak mirip dengan bapaknya. Apakah istrimu orang bule dari Australia, yang ketemu waktu lo kuliah di sana?”“Istriku orang Bandung. Anak itu berwajah indo karena ada turunan dari mamaku.”“Iya, gue masih ingat waktu masih sekolah dulu gue pernah nginap di rumah lo. Memang nyokap lo Indo Belanda.”Percakapan mereka terhenti saat mendengar jeritan dan raungan anak-anak."Itu suara anak gue!"Beberapa anak rupanya main perosotan. Saat seorang anak baru saja meluncur turun, ada anak lain yang juga meluncur. Tentu saja kemudian kedua anak itu saling timpa, dan saling tindih di ujung perosotan. Ketika akan berdiri, salah satu anak menyepak temannya. Anak yang disepak balas menendang, lalu memukul dan mendorong hingga temannya terjatuh. Anak yang dipukul dan didorong itu lalu menangis dan men
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

bab 123. Keracunan Massal

“Mang Ucup ya?” Seorang tamu menyapa Ucup. Ucup tersenyum dengan agak malu, dan segan, lalu berjongkok sambil menggumamkan kata permisi untuk mengambil piring dan gelas plastik yang terserak di bawah sebuah kursi. “Mang Ucup kerja di sini?” “Iya Den.” “Sekarang Mang Ucup tinggal di mana?” “Di Ujungberung. Ehmmm, putranya sekolah di sini, Den?" “Ya, anak perempuan saya, itu dia!" “Oh… iya…putih dan cantik ya Den, mirip … Ibu Marian.” Ucup lantas beranjak ke tempat lain untuk memunguti piring dan sampah. Sekitar pukul 11:30 acara berakhir. Para tamu pamitan kepada Fatimah dan guru-guru. Kendaraan mereka yang diparkir di tepi jalan dekat TK, satu persatu meninggalkan jalan itu dengan dibantu oleh beberapa orang petugas Hansip dari RT dan RW. Zakki berjalan menggandeng putrinya. Karena tadi pagi dia datang sudah agak kesiangan, maka dia tidak kebagian tempat parkir di dekat TK. Kendaraannya diparkir agak jauh dari TK. Zakki berjalan melewati wanita dan anak lelakinya yang tadi b
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

bab 124. Hidangan Beracun

Ekky memaparkan lagi hasil investigasinya. “Saya dan Binsar sudah mendatangi lokasi TKIT Bunga Bangsa, ternyata sudah sepi. Cuma ketemu satpam dan OB. Sisa-sisa hidangan pesta sudah tidak ada lagi. Bahkan di tempat sampahnya pun sudah kosong. Jadi tidak ada sisa makanan yang bisa diperiksa. Yang bisa diperiksa di laboratorium forensik cuma sample muntahan dan sample darah pasien. Kita sedang menantikan hasil lab. untuk mengetahui apakah memang pasien-pasien itu keracunan makanan? Atau makanan yang mereka santap sudah basi? Atau terkontaminasi bahan lain.”Kasat Reskrim sudah akan mengakhiri briefing, tatkala ponselnya berbunyi, ada chat masuk. Wajahnya tampak tegang saat membaca chat.Kasat Reskrim bicara, “Barusan chat dari dokter kenalan saya, yang sedang jaga di salah satu rumah sakit tempat perawatan beberapa pasien diduga keracunan massal. Seorang pasien anak meninggal.”“Innalillahi…. “Kasat Reskrim lanjut bertutur, “Padahal pasien yang lain kondisinya mulai berangsur pulih, ta
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

bab 125. Duka

Marco membuka kain yang menutupi wajah mungil itu. Wajah yang tampak damai dalam diam. Marco menahan air mata supaya tidak jatuh, saat dia membungkuk, memegang kepala Valentina dengan kedua tangannya, lalu mencium kening dan ubun-ubun Valentina untuk terakhir kalinya. Kemudian dia segera berbalik, mundur ke pojok ruang tengah rumahnya. Dia duduk di atas karpet, dekat mamanya, memeluk wanita itu, membiarkan sang mama terisak di dadanya.Marco teringat saat ikut menimang anak itu setelah dilahirkan. Marco ikut mengasuh saat Valentina masih bayi hingga berusia 2 tahun, karena saat itu Zakki masih tinggal di rumah keluarga besarnya. Marco masih ingat, bagaimana dia melihat Valentina belajar duduk, merangkak, berdiri, berjalan, tumbuh gigi, mulai bicara, hingga bisa memanggilnya Om. Kini semua itu sudah hilang.Jenazah mungil itu dibawa ke tempat pemakaman keluarga besar Wiratama, sang kakek Ardian Wiratama yang membopongnya. Karena Zakki masih di rumah sakit, menunggui istrinya yang haru
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

bab 126. Tuduhan Keji

Marco dan Maryam berdiri saling berhadapan di depan pos satpam TKIT Bungan Bangsa. Wajah keduanya menyiratkan emosi yang ditahan.Marco bicara dengan nada lunak, tapi serius. “Begini Maryam, aku harus tahu yang sebenarnya terjadi tentang kasus keracunan itu. Kenapa Valentina meninggal, sedangkan anak-anak lain yang juga keracunan bisa pulih lagi? Kenapa dosis racun dalam darah Valentina jauh lebih tinggi daripada anak-anak lain? Apakah ada yang sengaja meracuni Valentina? Kenapa? Nggak mungkin karena dendam kepada anak sekecil itu. Tapi siapa tahu ada yang mencoba balas dendam kepada anggota keluargaku. Mungkin… karena sakit hati, merasa dipermainkan?”“Apa maksudmu?” Maryam mulai merasa tidak enak hati.“Siapa tahu…. kasus keracunan itu adalah sasaran balas dendam dari orang yang pernah sakit hati dengan sikapku.”“Mana aku tahu?! Kamu kan, memang sering menyakiti banyak orang!”“Maryam… ini cuma antara kita saja… apakah kamu yang sengaja melakukannya, untuk membalas perbuatanku?”“A
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

bab 127. Nama Zaki

“Ada apa, Pak?” tanya Wawan, pada polisi senior itu, yang pangkatnya sama dengan dia, yaitu Inspektur Polisi Dua (Ipda.)“Nama yang sedang kalian bahas barusan, sepertinya saya pernah tahu ….” ucap polisi senior itu, namanya Ipda. Junaedi, bertugas di bagian humas.Binsar bertutur, “Ya jelas saja pernah dengar, bahkan mungkin tiap hari dengar! Ardi Wiratama itu kan, pengusaha dan politikus, rumahnya di Bandung, bisnisnya di Bandung. Hampir setiap hari kegiatannya diliput wartawan.” “Bukan Ardi Wiratama … tapi Zaki….” tukas polisi senior itu. “Dulu saya juga di Satuan Reskrim, di Polres. Rasanya saya pernah mengurusi kasus … yang berkaitan dengan nama Zaki.”“Zakki Wiratama?” tanya Binsar.“Banyak sih, nama Zaki yang pernah saya urusin kasusnya. Ada Zaki yang aktor film tertangkap basah saat lagi nyabu. Ada Zaki penyanyi dangdut yang rebutan anak dengan mantan istrinya, sampai saling lapor polisi. Ada Zaki dari TNI yang berantem dengan Satpol PP karena saat lagi asyik kencan dengan ce
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

bab 128. Flu Burung

Di sebuah kantor media online, beberapa wartawan sedang berkumpul setelah mencari berita. Biasanya mereka tidak perlu datang ke kantor, karena berita yang sudah ditulis dapat dikirim lewat e-mail. Namun seminggu sekali mereka berkumpul di kantor untuk berkoordinasi. Salah seorang wartawan adalah Nuri, seorang mahasiswi yang pernah satu kos dengan Maryam. Nuri adalah mahasiswi Fakultas Hukum yang sedang nyambi jadi wartawan media online untuk desk Hukum dan Kriminalitas.Rapat redaksi dimulai, berisi diskusi tentang beberapa kesulitan menembus berita di instansi tertentu. Selesai sharing soal kesulitan masing-masing wartawan, diskusi berlanjut dengan tanya jawab tentang berita yang sedang trending, yaitu kasus keracunan massal di TKIT Bunga Bangsa. Nuri yang turut meliput kasus keracunan massal itu, memaparkan hasil liputannya. Kemudian Pimpinan Redaksi beralih pada wartawan lain.Salah seorang wartawan cukup senior, bernama Usman, mendapat berita yang agak lain.“Kamu meliput apa, Man
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

bab 129. Dari Mana Asal Racun?

Zakki Wiratama datang ke kantor polisi untuk memberikan kesaksiannya. Pada saat itu, di kantor polisi sedang ada seorang petugas laboratorium dari Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang kelak akan diminta menjadi saksi ahli atas kasus keracunan arsenik yang menewaskan Valentina. Petugas BPOM itu turut menyimak tanya jawab antara penyidik dengan Zakki, selaku orang tua korban.“Apakah putri Anda memakan kue black forest lebih banyak daripada anak-anak lain, sehingga lebih banyak racun yang masuk ke tubuhnya? Cuma Anda yang tahu, apa saja yang dimakan oleh Valentina dalam acara gathering itu.” tanya Inspektur Ekky Wahyudi.“Memangnya anak-anak lain makan berapa potong?” Zakki balik bertanya.“Rata-rata makan dua potong, dan mereka semua bisa pulih dari keracunan.”Zakki tidak mengalami gejala keracunan. Seingat Zakki, saat mengambil hidangan dia mengambil sedikit lontong, lalu disiram kuah kari beserta sepotong ayam, dan kerupuk udang. Dia menyuapi Valentina dengan lontong kari it
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status