Nyonya Dita masih berada di markas polisi, sedang menghadapi berbagai pertanyaan dari penyidik.“Apakah Anda dan putra Anda sama sekali tidak mengalami muntah, pusing, kejang-kejang, diare, air liur keluar berlebihan?” tanya petugas dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang masih berada di ruang penyidik. Tampaknya dia sangat penasaran, di mana tepatnya racun itu dibubuhkan.“Tidak.” jawab Dita.“Berapa potong Anda makan black forest?” tanya petugas itu lagi.“Saya dan anak saya masing-masing makan satu potong.”Para penyidik dan petugas BPOM itu terdiam sejenak, bingung, karena banyak peserta gathering yang mengaku cuma makan sepotong black forest, tapi mengalami keracunan juga. Apakah tubuh Dita dan anaknya kebal terhadap arsenik? Atau … Dita dan anaknya kebagian kue black forest yang tidak mengandung racun arsenik? Apakah ini hanya kebetulan saja Dita beruntung? “Bagaimana cara Anda memakan kue black forest itu?” tanya Inspektur Ekky, daripada diam, padahal sebetulnya d
Ekky kemudian pamitan pada guru TK itu. Di luar kompleks perumahan tempat TK itu berada, dia menghentikan motor, lalu mengambil ponselnya. Ekky menghubungi Zakki Wiratama. “Maaf jika saya mengganggu. Barusan saya dari TKIT Bunga Bangsa. Seorang guru melihat Pak Zakki bicara dengan Mang Ucup, tukang kebun sekolah TK itu, pada saat acara gathering. Apakah Pak Zakki kenal dengan Mang Ucup?” tanya Ekky.“Ya, Mang Ucup pernah bekerja selama tiga tahun di rumah keluarga saya, sebagai tukang kebun. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu Mang Ucup keluar kerja.”“Kenapa dia keluar kerja?” tanya Erick.“Kami memergokinya sering mencuri.” jawab Zakki.“Apa yang dicurinya?”“Pada mulanya Mang Ucup hanya mengambil barang-barang bekas, seperti kayu-kayu sisa membangun rumah, pipa paralon sisa, koran dan majalah, barang elektronik bekas, tapi dia ambil dengan tanpa permisi. Mungkin karena yang diambil itu barang yang sudah tidak dipakai lagi, orang tua saya membiarkannya saja.""Lantas bagaimana?""Mun
Kasat Reskrim menanggapi asumsi Inspektur Ekky. “Lalu bagaimana dengan guru-guru lain, seperti Vera, Aisyah, Hamidah, apakah mereka itu juga mantan pacar Zakki Wiratama? Lalu Bu Ningrum yang usianya 48 tahun, apakah dia pernah juga punya love affair dengan Ardi Wiratama saat masih muda? Lalu bagaimana dengan kedua orang satpam, Roni dan Jon, mereka masih muda, apakah mereka itu mantan pacar anak perempuannya Ardi Wiratama?”Ekky tersenyum kecut, menggaruk hidungnya. “Mungkin ada hubungannya di masa lalu, tapi tidak selalu love affair. Mungkin saja … di antara para pegawai TKIT Bunga Bangsa, dulu ada yang pernah bertetangga dengan keluarga Wiratama…. lalu pernah cekcok dengan istrinya, atau anak-anaknya untuk sebuah urusan yang bikin sakit hati berkepanjangan?”“Hmmm… saya malah kepikiran omongan Mang Ucup. Katanya Zakki Wiratama pernah ditahan polisi, untuk kasus apa?” tanya Kasat Reskrim.“Mungkin karena kebut-kebutan, atau tawuran antar sekolah. Untuk kasus seperti itu biasanya oran
Malam itu di markas polisi Bandung, dua orang reserse sedang bercakap-cakap sambil makan bajigur dan kacang rebus. “Saya pikir omongan Mang Ucup perlu dicari juga kebenarannya. Menurut Mang Ucup, Zakki Wiratama pernah ditahan di kantor polisi, mungkin karena kebut-kebutan atau tawuran. Zakki memang membantahnya, tapi saya harus yakin. Saya ingin mencari arsipnya. Siapa tahu ada kaitannya dengan kasus keracunan massal ini. Mungkin saja kasus keracunan ini adalah balas dendam antar pribadi, bukan kasus keracunan yang tanpa sengaja dengan korban acak. Target pembunuhan sesungguhnya… mungkin memang anggota keluarga Wiratama.” tutur Ekky kepada Binsar. “Tapi Pak, korban tewas itu adalah anak yang usianya bahkan belum 5 tahun.” “Enam tahun lalu saya pernah mengusut sebuah kasus pembunuhan. Korban dan pelaku bertetangga, keduanya pria berusia 50 tahunan. Anak korban sempat mengancam kepada si pelaku dan keluarganya, di kantor polisi. Begini ancamannya, “Kalau kamu tidak dihukum minimal pe
Seorang wartawan bernama Usman masuk ke kantor redaksi Koran online. Wajahnya memerah dan berkeringat, kepanasan. Dia turut rapat bersama wartawan lain dan pimpinan redaksi. “Bagaimana kasus flu burung di Ujungberung?” tanya Pemimpin Redaksi. “Ternyata bukan flu burung….” Usman melihat buku notesnya. “Sample darah ayam yang mati itu sudah diperiksa di lab. Veteriner milik Dinas Peternakan, dan menurut kepala lab. ternyata ayam itu mati karena keracunan arsenik.” “Hah?!” semua mulut ternganga. “Ya, begitulah…. si pemilik ayam mengira ada tetangganya yang sengaja meracuni ternaknya. Sedangkan pihak kelurahan dan beberapa peternak, mengira ada yang sengaja menebar racun untuk membuat kematian mendadak pada unggas itu, nanti dikira kasus flu burung, sehingga ternak ayam dari daerah itu tidak akan laku lagi di pasaran. Pokoknya, beberapa orang mengira ada indikasi persaingan dagang, dengan meniupkan isyu flu burung.” “Berapa ekor unggas yang mati itu?” tanya Pemimpin Redaksi lagi. “
Mang Ucup membantah dengan keras ucapan Inspektur Ekky Wahyudi.“Saya tidak bawa makanan apa-apa dari TK itu! Semua makanan habis. Saya cuma kebagian makan lontong kari, dikasi sama Bu Widya. Mungkin dia kasihan mendengar istri saya bilang bahwa kami berdua belum sempat makan waktu datang pagi-pagi ke TK itu. Lalu Bu Widya memberi dua piring lontong kari buat saya dan istri saya. Lontong kari itu saya makan waktu Bu Fatimah sedang pidato di depan para tamu. Waktu acaranya baru mulai. Para tamu belum ada yang ambil makan. Saya mah nggak berani ambil makanan sendiri, takut dianggap menghabiskan makanan jatah murid TK. Setelah acara selesai, sisa hidangan dihabiskan sama para guru, satpam, dan office boy. Saya dan istri saya nggak makan apa-apa lagi.”“Kenapa istri Mang Ucup ikut ke TK itu?” tanya Inspektur Ekky.“Disuruh cuci piring bekas makan tamu.”“Siapa yang menyuruh?”“Ehmmm… saya sendiri….”“Oooh… jadi sebetulnya Bu Fatimah menyuruh Mang Ucup yang cuci piring, tapi Mang Ucup mala
Inspektur Ekky memaparkan pendapatnya. “Sirup itu asam, daya racun arsenik bertambah kuat jika ada dalam kondisi asam, begitu menurut pegawai BPOM yang pernah ke sini.”Keesokan harinya hasil lab. forensik menunjukkan bahwa memang ada sisa arsenik dalam salah satu gelas bekas sirup.“Arsenik itu dimasukkan dengan cara bagaimana?” tanya Ekky kepada petugas lab. forensik.“Tutup gelas plastik itu dibuka sedikit, lalu arsenik dimasukkan. Lantas tutupnya dilem lagi. Saya temukan ada sisa lem pada bibir gelas plastik itu.”Dengan temuan itu, sudah jelas kentara bahwa racun sengaja dibubuhkan dengan tujuan untuk melenyapkan seseorang. Kasat Reskrim bicara, "Hubungi TK itu. Semua pegawai TKIT Bunga Bangsa akan kembali diperiksa secara intensif."Empat orang penyidik kembali mendatangi TK itu. Sebelum mulai pemeriksaan, Fatimah telah menelepon Hanif, sebagai pengacara yang akan mendampingi para pegawai TK. Ternyata Hanif datang bersama pengacara senior yang juga merupakan pimpinan di biro hu
Kemudian pemeriksaan polisi dilanjutkan kepada Heri, yaitu office boy di TKIT Bunga Bangsa.“Kang Heri yang selama ini pegang kunci gudang?” tanya penyidik polisi.“Iya Pak.”“Kalau ada seseorang yang butuh barang dari gudang, apakah minta diambilkan oleh Kang Heri? Atau pinjam kunci, dan orang itu mengambilnya sendiri?”“Kadang minta diambilkan, kadang pinginnya ambil sendiri. Apalagi kalau saya sedang ngepel atau menyikat WC misalnya, tentu para guru itu lebih suka pinjam kunci dan ambil sendiri barangnya.”“Beberapa hari sebelum acara gathering, apakah ada orang yang masuk ke dalam gudang?”“Banyak Pak, semuanya bolak-balik masuk gudang buat ambil perkakas, palu, paku, tangga… katanya mau menghias sekolah.”“Semuanya itu maksudnya siapa saja?”“Ya semuanya, Pak, Bu Fatimah, guru-guru, satpam, juga bagian administrasi.”Pemeriksaan berakhir. Para polisi pamitan, tapi tidak pergi jauh dari TK itu. Mereka duduk di Rumah Makan Sari Rasa yang letaknya di depan TK. Sambil menikmati makan
Marco memandang berkeliling area halaman belakang dari penginapan itu. Dia melihat ada pintu di tembok belakang.“Di belakang situ, ada apa, Mang?”“Brandgang, tembusnya ke jalan kecil di sebelah sana.”“Begini Mang … kalau aku pakai mobil itu, mungkin aku bakal dibuntuti terus, kayaknya di mobilku ada alat pelacak. Jadi aku mau bepergian naik ojek online. Minta tolong bawa mobilku ke showroom punya Mang Endi. Soalnya kalau mobilku ada di sini, orang-orang suruhan mama bisa mengira aku ada di sini. Aku khawatir mereka bikin gaduh dan nanti merugikan tamu di penginapan ini.” “Kenapa mama kamu sampai memasang alat pelacak di mobilmu?”“Mulanya karena mama nggak mau aku pergi naik gunung. Akhirnya mobil itu jarang aku pakai.”Sunedi memberi petunjuk ke mana Marco harus berjalan dan berbelok arah, hingga nanti akan menemukan jalan besar. Marco bisa menunggu ojek di depan sebuah bangunan publik yang mudah dicari oleh driver ojek.Akhirnya Marco sudah duduk di belakang driver ojek o
Marco tiba di Kota Cirebon saat tengah malam. Dia menuju sebuah penginapan kecil milik kerabatnya, bernama Sunedi. Sebenarnya Sunedi bukan kerabat berdasarkan hubungan darah. Dulunya Sunedi adalah sopir di rumah Pak Waluya, kakeknya Marco. Sudah sejak remaja Sunedi bekerja di rumah Pak Waluya.Pak Waluya selagi muda adalah PNS Dinas Pertanian Jawa Barat. Pak Waluya pernah bertugas di wilayah Pantura. Di pantura itulah dia bertemu Sunedi, anak yatim tamat SD yang sering datang ke dekat kantor Dinas Pertanian untuk ngarit, menyabit rumput. Sunedi bekerja sebagai pemelihara kambing milik tetangganya. Kerap kali anak itu ngarit di dekat kantor Pak Waluya pada sore hari, dan tampak lapar, karena belum makan sejak pagi. Sunedi sering diajak makan di kantor itu. Pak Waluya kemudian pindah tugas ke Bandung, Sunedi dibawanya dengan persetujuan keluarga anak itu. Sunedi disekolahkan di Bandung hingga tamat STM bidang otomotif.Pak Waluya memilh pensiun di usia 52 tahun. Beliau pensiun bukan kar
Niar bergegas ke luar dari kamar kos, berjalan menyusuri gang sempit menuju halaman minimarket di tepi jalan. Itulah lokasi yang paling sering menjadi titik penjemputan anak-anak kos sekitar situ, yang mau naik kendaraan online. Niar juga naik ojek online, sembari menggendong bungkusan boneka. Dia akan mengembalikan boneka itu pada Cynthia. Niar tidak tahu di mana rumah Cynthia, tapi tempo hari Cynthia memboncengnya menuju sebuah kompkeks perumahan kelas menengah. Niar meminta driver ojek ke kompleks itu, dan mencari sebuah blok yang diingat NIar. Untungnya setiap satu blok hanya untuk 30 – 40 rumah, jadi tidak terlalu banyak rumah yang mesti diamati.Akhirnya Niar tiba di rumah dua lantai yang di bagian bawahnya jadi toko sembako. Rumah tempat Cynthia pernah menyerahkan boneka Labubu padanya. Dan pada sore itu, Niar mengembalikan bungkusan yang berisi boneka Labubu.“Ini bukan rumah Cynthia. Ini rumah kerabatnya. Saya mah, hanya pekerja di toko ini.” ucap wanita yang menjaga toko.“
Maryam mengira begitu dia tiba di Cirebon, besoknya atau lusa pernikahan sang kakak akan dilangsungkan, sehingga dia bakal disuruh ikut bantu memasak hidangan. Ternyata belum ada waktu yang pasti, belum ada kesibukan memasak dalam jumlah besar untuk tamu pernikahan. Tentu saja Maryam merasa heran. “Kalau orang mau nikah, bukankah harus menetapkan tanggalnya yang pasti, untuk kedatangan penghulu dari KUA?”“Kabarnya Irma akan nikah siri, nggak daftar ke KUA.” jawab emaknya.“Nikah siri? Kenapa?”“Emak nggak tahu. Mungkin calon suaminya masih sibuk, belum bisa ngasi tanggal yang pasti. Tapi katanya bulan ini mereka akan menikah.”Maryam ingin bertanya, apakah Irma mau menikah siri karena calon suaminya masih berstatus suami orang? Namun pertanyaan itu urung disuarakan oleh Maryam, khawatir menyinggung perasaan emaknya. Bukankah emaknya juga menikah dengan suami orang?Duapuluhlima tahun lalu ketika emaknya menikah dengan bapaknya, sudah ada dua istri yang dimiliki oleh bapaknya, beriku
Marianne Wiratama bertemu dengan Rustini, ibunya Sabrina, di acara gathering para pengusaha fashion Bandung. Marianne baru tahu kalau Marco memutus hubungan dengan Sabrina.“Itu lho Sis, Marco berencana kerja di luar Jawa. Sabrina nggak setuju, karena aneh aja, sudah ada perusahaan milik keluarga, kenapa Marco malah pengin kerja di perusahaan punya orang lain di luar Jawa pula. Nah, karena Sabrina nggak setuju, lantas Marco bilang kalau Sabrina sudah beda prinsip dengan dirinya, jadi mending putus aja. Begitu ceritanya Sis.”Marianne semakin jengkel mendengar aduan Rustini. Kalau benar Marco berencana kerja di luar Jawa, itu berarti Marco mengambil langkah sendiri tanpa pernah bicara dengan orang tua. Marianne merasa sudah diremehkan oleh anaknya.“Aku harus mulai bersikap keras pada Marco.” pikir Marianne. “Kalau dibiarkan seperti itu, Marco malah semakin semaunya sendiri, nggak mikirin perasaan orang tua.”***Sementara itu Marco masih berada di rumah Zakki.“Masalahnya sekarang ada
Marco masih menunggu panggilan kerja. Mamanya menyuruh dia menengok rumah milik Zakki, yang sudah dua minggu ditinggalkan. Zakki mengajak istrinya berlibur ke Korea, untuk healing setelah kesedihan karena kehilangan anak mereka. Dengan motor, Marco menuju rumah Zakki, untuk mengecek apakah rumah itu aman.Rumah Zakki berada satu kompleks dengan TKIT Bunga Bangsa. Marco kaget saat melewati TK itu, yang dilihat olehnya adalah bangunan kosong, pintu pagar digembok, dan halaman yang diseraki dedaunan kering serta rumput yang sudah tumbuh cukup tinggi. Tidak nampak penjaga atau satpam di depan bangunan TK itu. Marco mampir di rumah makan yang berada dekat TK.Marco membeli nasi, pepes ayam, botok teri, sambal plus lalap, bakwan jagung dan perkedel kentang, juga es campur, semua dibungkus. Saat membayar, Marco bertanya pada pegawai rumah makan itu.“Sekolah TK yang di depan itu, lagi libur ya?”“Oh, TK itu mah, sudah bubar, nggak ada lagi murid yang daftar ke situ.”“Bubar? Guru-gurunya ke
Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar
Niar mengenal Cynthia ketika suatu hari Cynthia datang ke rumah kos tempat Niar tinggal. Cynthia melihat Niar keluar dari salah satu kamar, bersama dengan teman sekamarnya. Lantas Cynthia mengikuti Niar yang pergi bekerja di sebuah supermarket. Kemudian Cynthia mengajak Niar bicara, yang intinya meminta kerjasama Niar untuk membuat Maryam meninggalkan rumah kos itu. Kalau Maryam tidak mau hengkang, maka Niar diminta mencari tahu kapan Maryam akan pulang kampung, karena Cynthia ingin menitipkan sesuatu supaya dibawa oleh Maryam ke kampungnya.Ketika itu Niar ingin tahu, apa alasan Cynthia ingin membuat Maryam pergi dari rumah kos itu, bahkan sebenarnya Cynthia ingin Maryam pergi dari Bandung. Cynthia bilang bahwa Maryam adalah pelakor bagi hubungan antara Sabrina dan Marco. Cynthia bilang bahwa Sabrina adalah kerabatnya, yang sudah bertunangan dengan Marco, dan pernikahan mereka sudah dipersiapkan. Akan tetapi Marco malah lebih sering ngurusin Maryam, lebih peduli pada Maryam, ketimb
“Cepat habisin makannya Teteh, kayaknya banyak pembeli.”Omongan Nanang menyadarkan Maryam dari lamunan tentang hari di mana dia bersikap tidak peduli saat Marco meneleponnya dan bicara soal wisuda. Rasanya sesak sekali di dada, saat harus bersikap masa bodoh terhadap hari wisuda Marco. Hari di mana Marco seharusnya merasa bahagia karena akhirnya dia berhasil menyelesaikan studi.Maryam menghabiskan kupat tahu di piringnya, lantas meninggalkan bangku yang sejak tadi didudukinya. Nanang sudah membayar, lantas mengajak kakaknya berjalan kaki ke sebuah taman kecil di tepi sebuah jalan raya. Maryam dan adiknya duduk di bangku taman. Maryam sudah bercerita pada adiknya, soal TKIT Bunga Bangsa yang tidak lagi beroperasi. Soal pemberhentiannya dari pekerjaan di bimbel.“Sekarang ini Teteh jadi pengangguran, Nang.”“Oh, kalau begitu kebetulan Teh ….”“Kebetulan apa?”“Bapak nyuruh kita pulang ke Cirebon, Teh Irma mau nikah.”Irma adalah saudara sebapak, ibunya Irma adalah istri pertama bapakn