Semua Bab Mencintai Seorang Climber: Bab 131 - Bab 140

173 Bab

bab 130. Cara Makan Black Forest

Nyonya Dita masih berada di markas polisi, sedang menghadapi berbagai pertanyaan dari penyidik.“Apakah Anda dan putra Anda sama sekali tidak mengalami muntah, pusing, kejang-kejang, diare, air liur keluar berlebihan?” tanya petugas dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), yang masih berada di ruang penyidik. Tampaknya dia sangat penasaran, di mana tepatnya racun itu dibubuhkan.“Tidak.” jawab Dita.“Berapa potong Anda makan black forest?” tanya petugas itu lagi.“Saya dan anak saya masing-masing makan satu potong.”Para penyidik dan petugas BPOM itu terdiam sejenak, bingung, karena banyak peserta gathering yang mengaku cuma makan sepotong black forest, tapi mengalami keracunan juga. Apakah tubuh Dita dan anaknya kebal terhadap arsenik? Atau … Dita dan anaknya kebagian kue black forest yang tidak mengandung racun arsenik? Apakah ini hanya kebetulan saja Dita beruntung? “Bagaimana cara Anda memakan kue black forest itu?” tanya Inspektur Ekky, daripada diam, padahal sebetulnya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

bab 131. Mantan Pekerja

Ekky kemudian pamitan pada guru TK itu. Di luar kompleks perumahan tempat TK itu berada, dia menghentikan motor, lalu mengambil ponselnya. Ekky menghubungi Zakki Wiratama. “Maaf jika saya mengganggu. Barusan saya dari TKIT Bunga Bangsa. Seorang guru melihat Pak Zakki bicara dengan Mang Ucup, tukang kebun sekolah TK itu, pada saat acara gathering. Apakah Pak Zakki kenal dengan Mang Ucup?” tanya Ekky.“Ya, Mang Ucup pernah bekerja selama tiga tahun di rumah keluarga saya, sebagai tukang kebun. Kira-kira sepuluh tahun yang lalu Mang Ucup keluar kerja.”“Kenapa dia keluar kerja?” tanya Erick.“Kami memergokinya sering mencuri.” jawab Zakki.“Apa yang dicurinya?”“Pada mulanya Mang Ucup hanya mengambil barang-barang bekas, seperti kayu-kayu sisa membangun rumah, pipa paralon sisa, koran dan majalah, barang elektronik bekas, tapi dia ambil dengan tanpa permisi. Mungkin karena yang diambil itu barang yang sudah tidak dipakai lagi, orang tua saya membiarkannya saja.""Lantas bagaimana?""Mun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-13
Baca selengkapnya

bab 132. Ningrum dan Fatimah

Kasat Reskrim menanggapi asumsi Inspektur Ekky. “Lalu bagaimana dengan guru-guru lain, seperti Vera, Aisyah, Hamidah, apakah mereka itu juga mantan pacar Zakki Wiratama? Lalu Bu Ningrum yang usianya 48 tahun, apakah dia pernah juga punya love affair dengan Ardi Wiratama saat masih muda? Lalu bagaimana dengan kedua orang satpam, Roni dan Jon, mereka masih muda, apakah mereka itu mantan pacar anak perempuannya Ardi Wiratama?”Ekky tersenyum kecut, menggaruk hidungnya. “Mungkin ada hubungannya di masa lalu, tapi tidak selalu love affair. Mungkin saja … di antara para pegawai TKIT Bunga Bangsa, dulu ada yang pernah bertetangga dengan keluarga Wiratama…. lalu pernah cekcok dengan istrinya, atau anak-anaknya untuk sebuah urusan yang bikin sakit hati berkepanjangan?”“Hmmm… saya malah kepikiran omongan Mang Ucup. Katanya Zakki Wiratama pernah ditahan polisi, untuk kasus apa?” tanya Kasat Reskrim.“Mungkin karena kebut-kebutan, atau tawuran antar sekolah. Untuk kasus seperti itu biasanya oran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

bab 133. Mencari Arsip dari Masa Lalu

Malam itu di markas polisi Bandung, dua orang reserse sedang bercakap-cakap sambil makan bajigur dan kacang rebus. “Saya pikir omongan Mang Ucup perlu dicari juga kebenarannya. Menurut Mang Ucup, Zakki Wiratama pernah ditahan di kantor polisi, mungkin karena kebut-kebutan atau tawuran. Zakki memang membantahnya, tapi saya harus yakin. Saya ingin mencari arsipnya. Siapa tahu ada kaitannya dengan kasus keracunan massal ini. Mungkin saja kasus keracunan ini adalah balas dendam antar pribadi, bukan kasus keracunan yang tanpa sengaja dengan korban acak. Target pembunuhan sesungguhnya… mungkin memang anggota keluarga Wiratama.” tutur Ekky kepada Binsar. “Tapi Pak, korban tewas itu adalah anak yang usianya bahkan belum 5 tahun.” “Enam tahun lalu saya pernah mengusut sebuah kasus pembunuhan. Korban dan pelaku bertetangga, keduanya pria berusia 50 tahunan. Anak korban sempat mengancam kepada si pelaku dan keluarganya, di kantor polisi. Begini ancamannya, “Kalau kamu tidak dihukum minimal pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-14
Baca selengkapnya

bab 134. Tentang Ayam

Seorang wartawan bernama Usman masuk ke kantor redaksi Koran online. Wajahnya memerah dan berkeringat, kepanasan. Dia turut rapat bersama wartawan lain dan pimpinan redaksi. “Bagaimana kasus flu burung di Ujungberung?” tanya Pemimpin Redaksi. “Ternyata bukan flu burung….” Usman melihat buku notesnya. “Sample darah ayam yang mati itu sudah diperiksa di lab. Veteriner milik Dinas Peternakan, dan menurut kepala lab. ternyata ayam itu mati karena keracunan arsenik.” “Hah?!” semua mulut ternganga. “Ya, begitulah…. si pemilik ayam mengira ada tetangganya yang sengaja meracuni ternaknya. Sedangkan pihak kelurahan dan beberapa peternak, mengira ada yang sengaja menebar racun untuk membuat kematian mendadak pada unggas itu, nanti dikira kasus flu burung, sehingga ternak ayam dari daerah itu tidak akan laku lagi di pasaran. Pokoknya, beberapa orang mengira ada indikasi persaingan dagang, dengan meniupkan isyu flu burung.” “Berapa ekor unggas yang mati itu?” tanya Pemimpin Redaksi lagi. “
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

bab 135. Mencari Sumber Racun

Mang Ucup membantah dengan keras ucapan Inspektur Ekky Wahyudi.“Saya tidak bawa makanan apa-apa dari TK itu! Semua makanan habis. Saya cuma kebagian makan lontong kari, dikasi sama Bu Widya. Mungkin dia kasihan mendengar istri saya bilang bahwa kami berdua belum sempat makan waktu datang pagi-pagi ke TK itu. Lalu Bu Widya memberi dua piring lontong kari buat saya dan istri saya. Lontong kari itu saya makan waktu Bu Fatimah sedang pidato di depan para tamu. Waktu acaranya baru mulai. Para tamu belum ada yang ambil makan. Saya mah nggak berani ambil makanan sendiri, takut dianggap menghabiskan makanan jatah murid TK. Setelah acara selesai, sisa hidangan dihabiskan sama para guru, satpam, dan office boy. Saya dan istri saya nggak makan apa-apa lagi.”“Kenapa istri Mang Ucup ikut ke TK itu?” tanya Inspektur Ekky.“Disuruh cuci piring bekas makan tamu.”“Siapa yang menyuruh?”“Ehmmm… saya sendiri….”“Oooh… jadi sebetulnya Bu Fatimah menyuruh Mang Ucup yang cuci piring, tapi Mang Ucup mala
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-15
Baca selengkapnya

bab 136. Interogasi

Inspektur Ekky memaparkan pendapatnya. “Sirup itu asam, daya racun arsenik bertambah kuat jika ada dalam kondisi asam, begitu menurut pegawai BPOM yang pernah ke sini.”Keesokan harinya hasil lab. forensik menunjukkan bahwa memang ada sisa arsenik dalam salah satu gelas bekas sirup.“Arsenik itu dimasukkan dengan cara bagaimana?” tanya Ekky kepada petugas lab. forensik.“Tutup gelas plastik itu dibuka sedikit, lalu arsenik dimasukkan. Lantas tutupnya dilem lagi. Saya temukan ada sisa lem pada bibir gelas plastik itu.”Dengan temuan itu, sudah jelas kentara bahwa racun sengaja dibubuhkan dengan tujuan untuk melenyapkan seseorang. Kasat Reskrim bicara, "Hubungi TK itu. Semua pegawai TKIT Bunga Bangsa akan kembali diperiksa secara intensif."Empat orang penyidik kembali mendatangi TK itu. Sebelum mulai pemeriksaan, Fatimah telah menelepon Hanif, sebagai pengacara yang akan mendampingi para pegawai TK. Ternyata Hanif datang bersama pengacara senior yang juga merupakan pimpinan di biro hu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

bab 137. Masih Interogasi

Kemudian pemeriksaan polisi dilanjutkan kepada Heri, yaitu office boy di TKIT Bunga Bangsa.“Kang Heri yang selama ini pegang kunci gudang?” tanya penyidik polisi.“Iya Pak.”“Kalau ada seseorang yang butuh barang dari gudang, apakah minta diambilkan oleh Kang Heri? Atau pinjam kunci, dan orang itu mengambilnya sendiri?”“Kadang minta diambilkan, kadang pinginnya ambil sendiri. Apalagi kalau saya sedang ngepel atau menyikat WC misalnya, tentu para guru itu lebih suka pinjam kunci dan ambil sendiri barangnya.”“Beberapa hari sebelum acara gathering, apakah ada orang yang masuk ke dalam gudang?”“Banyak Pak, semuanya bolak-balik masuk gudang buat ambil perkakas, palu, paku, tangga… katanya mau menghias sekolah.”“Semuanya itu maksudnya siapa saja?”“Ya semuanya, Pak, Bu Fatimah, guru-guru, satpam, juga bagian administrasi.”Pemeriksaan berakhir. Para polisi pamitan, tapi tidak pergi jauh dari TK itu. Mereka duduk di Rumah Makan Sari Rasa yang letaknya di depan TK. Sambil menikmati makan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

bab 138. Tidak Merasa Bersalah

Fatimah lanjut bicara pada Ucup. “Bagaimana dengan urusan asbes yang dibawa sama Mang Ucup? Atau ada barang lain yang juga ikut dibawa pulang oleh Mang Ucup, tanpa minta izin kepada saya?”Mang Ucup menjawab, “Soal asbes itu… kata Ibu, saya boleh membawanya pulang….”“Boleh, tapi tentu saja tidak semuanya. Buat apa asbes sebanyak itu?”“Saya pakai buat mengganti atap rumah saya yang sudah bocor.""Apakah semua asbes itu dipakai untuk atap rumah Mang Ucup? Kalau iya, besar juga ya, rumah Mang Ucup? Mungkin besarnya sama dengan bangunan TK ini, karena atap bekas dari TK ini semuanya sudah dipasang di rumah Mang Ucup.""Rumah saya mah kecil Bu." "Oh ya? Kalau rumah Mang Ucup kecil, kenapa atapnya sebanyak asbes di TK ini?""Atap rumah saya nggak banyak pakai asbes, hanya enam lembar asbes. Hmmm ... Sebenarnya asbes-asbes bekas yang nggak saya pakai, sudah saya jual, Bu…. Tapi kalau Ibu mau minta ganti, nanti saya ganti.”“Tidak usah.” Fatimah merasa kesal dengan sikap Ucup yang tidak me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-16
Baca selengkapnya

bab 139. Ningrum dan Fatimah

Karena gurauan rekan-rekan kerjanya tentang Marco, akhirnya membuat Maryam tersenyum lebar.“Nah, kamu sudah bisa senyum lagi sekarang, itu pertanda baik.” kata Widya, “Okelah, Mr. M itu memang keren, ganteng, tajir …. tapi rese, tengil, kurang ajar, dan nyakitin hati kamu. Biarkan dia pergi, anggap saja sudah mati! Kan, sekarang ada Mas Hanif, yang smart, sopan, dan shaleh. Cobalah buka mata, buka hati, buka pikiran, masih banyak cowok keren di dunia ini! Termasuk para polisi muda yang datang ke sini.”“Kamu nggak lihat situasi!” Hamidah melotot. “Kondisi kita lagi genting lho Widya! Kita semua dicurigai sebagai pelaku peracunan, justru oleh para polisi itu!”“Ah biar saja, bukan aku yang melakukannya!” Widya berdiri, lantas menatap keempat rekannya satu persatu.“Kenapa memandang kita seperti itu? Kamu curiga?” tanya Vera.“Aku kesal kalau terus-menerus begini… berada dalam situasi yang nggak pasti! Mending ngaku aja deh, siapa di antara kalian yang melakukannya?” tanya Widya.“Enak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status