Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / Kabanata 141 - Kabanata 150

Lahat ng Kabanata ng Mencintai Seorang Climber: Kabanata 141 - Kabanata 150

173 Kabanata

bab 140. Calon Suami Untuk Maryam

Maryam sedang berada di rumah orang tuanya, di Cirebon. Ada waktu libur tiga hari, hari Minggu, Senin, Selasa. Maryam ingin tetirah dari kesibukan dan rasa tegang yang dialami pasca kasus keracunan massal. Ada perasaan lega, saat melihat kondisi ekonomi orang tuanya sudah cukup baik, dalam artian tidak punya utang. Bagi Maryam, jika keluarganya tidak punya utang, itu sudah sangat menenangkan hati. Tidak perlu cari tempat sembunyi jika didatangi penagih utang.Sebelum pulang ke Cirebon, Maryam sempat bertemu dengan adiknya yang kuliah di UPI. Sang adik tadinya sempat patah semangat karena kurangnya dukungan dana untuk lanjut kuliah, ternyata dia bisa menemukan sendiri solusinya. Bukan dari beasiswa, melainkan dari kerja sampingan.“Ada pet klinik yang butuh pegawai buat bersih-bersih, dan menjaga klinik saat malam hari. Aku melamar dan diterima.” Begitu ucap adiknya. “Gajinya lumayan.”“Pet klinik pasiennya hewan peliharaan, kan? Banyak guguk ya?”“Kebanyakan malah kucing. Kalaupun gug
last updateHuling Na-update : 2025-03-17
Magbasa pa

bab 141. Maryam Dilamar

Orang tua meminta Maryam tidak balik dulu ke Bandung, untuk menunggu keluarga yang katanya mau datang melamar. “Tapi lusa Maryam sudah akan balik ke Bandung, Pak. Maryam kan, harus masuk kerja di hari Rabu.” “Jangan bikin alasan mau kerja, kalau sebenarnya kamu mau menghindar dari keluarga yang ingin melamarmu!” bentak bapaknya. “Jangan diomongin keras begitu, Pak. Kasihan anak kita. Lemah lembut aja kalau ngomong dengan anak perempuan.” “Sekali-sekali dia perlu disadarkan dengan omongan keras, supaya dia tidak terus saja mimpi bisa mendapatkan orang kaya! Bapak lebih merasa sakit hati kalau ada anak bapak yang dipermainkan dan disakiti oleh orang lain!” Maryam menunduk, air matanya jatuh tanpa bisa ditahan lagi. Maryam tidak sakit hati oleh omongan orang tuanya. Maryam cuma sedih. Tidak mengira, pulang ke rumah orang tua untuk menenangkan pikiran, malah disodori masalah baru. Keesokan harinya, bapaknya bicara lagi dengan nada lebih lunak. “Bapak sudah teleponan dengan keluarga
last updateHuling Na-update : 2025-03-18
Magbasa pa

bab 142. Seikat Mawar Putih

Akhirnya Maryam bicara pada tamu. “Saya mohon maaf Bu, karena saya hanya guru honorer.”“Kamu guru honorer, sok-sokan pengin sama adikku yang sudah punya pangkat sersan kepala. Harusnya ngaca dulu kamu sebelum bilang pengin nikah sama adikku!”“Ssst, sudah!” Wanita yang tua mendelik pada anaknya. “Kita pulang saja. Maaf ya, saya nggak jadi melamar anak Ibu dan Bapak.”“Ya nggak apa-apa.” jawab bapaknya Maryam, “Kebetulan anak saya juga nggak minta dilamar sama Ibu.”“Sombong sampeyan! Kalau nanti anakmu jadi perawan tua, baru tau rasa!” Para tamu tampak kesal, lantas mereka pergi. Maryam menatap kedua orang tuanya. “Maafkan Maryam, Mak, Pak, sudah mengecewakan orang tua ….”“Ya sudahlah … mereka maunya dapat menantu yang PNS.” ***Hadiah apa yang paling cocok buat wanita yang punya hubungan spesial dengan kita? Pikir Marco. Mau dikasi baju atau sepatu, takut kekecilan atau kegedean. Mau dikasi makanan, bagaimana kalau dia nggak doyan? Mau dikasi buku, Marco belum
last updateHuling Na-update : 2025-03-18
Magbasa pa

bab 143. Rencana Masa Depan Marco

Pukul tujuh malam, Marco mengendarai lagi mobilnya menuju rumah Sabrina. Orang tua Sabrina mengundangnya makan malam, untuk merayakan hari ulang tahun Sabrina yang ke-20 tahun. Tidak ada pesta, hanya syukuran kecil-kecilan, mengundang kerabat dekat untuk makan malam. Usai makan malam, ada tamu yang pulang, ada yang masih tinggal di rumah Sabrina karena mau menginap. Mereka sedang nonton drakor di ruang tengah. Sementara Marco duduk di ruang tamu, ngobrol dengan tuan rumah."Kamu nggak ngundang teman-teman kuliahmu?" tanya Marco."Acara dengan geng aku sudah tadi siang, makan-makan di kafe." jawab Sabrina, "Kalau makan malam ini khusus keluarga."Marco berpikir, tampaknya keluarga Sabrina sudah menganggap dirinya bagian dari keluarga. Kemudian ayahnya Sabrina datang ke ruang tamu, dia duduk dan bertanya pada anak gadisnya, apakah masih mau dibuatkan pesta ulang tahun. "Ini juga sudah cukup, Ayah." Sabrina tersenyum bahagia sembari melirik ke arah Marco.Lantas ayahnya Sabrina berbas
last updateHuling Na-update : 2025-03-19
Magbasa pa

bab 144. Menjenguk Ningrum

Maryam kembali ke Bandung dengan bus. Rasanya rugi banget, disuruh tinggal selama beberapa hari di rumah orang tuanya, sampai minta izin tidak masuk kerja di TK dan di bimbel, demi menuruti keinginan orang tuanya untuk menunggu kedatangan keluarga yang katanya mau melamar. Tahunya zonk, malah dapat penghinaan pula. Hanya karena keluarga Maryam sudah terbiasa menahan diri untuk tidak membalas hinaan orang, maka urusan tidak berkepanjangan.Keluarga yang katanya mau melamar itu pergi dari rumah orang tua Maryam dengan gerutuan dan sindiran yang bernada menghina. Justru karena tidak ditanggapi, mereka malu sendiri. Keesokan harinya, si ibu menelepon ke ponsel milik bapaknya Maryam, katanya mau ngobrol dengan emaknya Maryam. Ibu itu minta maaf sudah bicara kurang enak saat datang berkunjung. Emaknya Maryam tentu memaafkan. Ibu itu sepertinya menyadari bahwa dia masih akan sering ketemu emaknya Maryam, di acara pengajian, arisan, karena domisili dalam satu RW. Makanya dia minta maaf. Semud
last updateHuling Na-update : 2025-03-21
Magbasa pa

bab 145. Mencari Benang dan Jarum

Saat akan pamitan pulang pada Ningrum, Maryam merasa pandangannya berkunang-kunang, dan tubuhnya lemas. Dia melihat di luar angin bertiup kencang, membawa gerimis yang semakin rapat. Ningrum menyarankan supaya Maryam menginap saja di rumahnya. “Ayo masuk lagi ke rumah, tidak usah pulang!" “Iya Bu, maaf saya jadi merepotkan Bu Ning.” Maryam kembali ke dalam rumah. “Kamu juga sakit kayaknya, mending batalkan saja puasanya.” “Sayang Bu, satu jam lagi mau maghrib.” “Tapi kamu nggak usah pulang, nanti pingsan di angkot! Kalau hujan reda, kita cari makanan. Di depan gang ini ada banyak gerobak penjual makanan.” Untung hujan hanya sebentar. Ningrum dan Maryam keluar rumah. Maryam mengikuti Ningrum berjalan ke mulut gang, menuju tepi jalan raya. Di halaman parkir sebuah toko beras yang sudah tutup, ada beberapa warung tenda yang biasa berjualan di sore hari. Ningrum membeli soto ayam. Maryam merasa tidak berselera makan apapun, tapi dia harus mengisi perutnya setelah puasa sunat pada ha
last updateHuling Na-update : 2025-03-21
Magbasa pa

bab 146. Ketika Sakit

Maryam sedang berada di kelas, memperhatikan murid-muridnya yang sedang belajar mewarnai gambar. Tubuhnya terasa semakin tidak enak, keringat dingin menetes di wajahnya. Maryam menyeka keringat dengan tisu, lantas berusaha untuk tetap bertahan di kelas itu walau langkahnya terasa mulai oleng karena kepalanya pusing berdenyut-denyut.“Gambarmu kenapa hanya diwarnai biru saja? Crayon kamu kan, beraneka warna?” tanya Maryam saat melihat buku gambar salah seorang muridnya.“Aku tuka walna bilu, Bu Ayam.” Itu jawaban muridnya, katanya “Aku suka warna biru, Bu Maryam.” Tapi karena masih cadel, dia tidak bisa menyebut nama “Maryam” melainkan “Ayam”.Bukan hanya murid itu yang menyebut Maryam dengan panggilan “Bu Ayam”, masih ada beberapa anak lagi yang sebegitu cadelnya, sehingga belum bisa mengucap nama gurunya dengan benar. Maryam hanya bisa ikhlas saja dipanggil dengan nama “Bu Ayam”.Pelajaran mewarnai gambar sudah selesai, dengan beberapa hasil yang terkadang di luar pemikiran guru. Ada
last updateHuling Na-update : 2025-03-21
Magbasa pa

bab 147. Maryam Hamil?

Widya menatap Maryam yang sedang duduk di atas dipan, bersandar pada dinding ruang P3K itu. Wajah Maryam tampak begitu pucat.“Kamu muntah-muntah… bukan karena lagi.…”Maryam sudah tahu kemana arah pembicaraan Widya. “Saya sakit maag.”“Kamu berprasangka buruk sama Maryam, ya?” tuduh Bu Ningrum.“Saya nggak ngomong macam-macam lho, cuma bertanya kenapa Maryam muntah-muntah, itu saja.” sanggah Widya.“Kalaupun misalnya Maryam lagi hamil, memangnya kenapa?” Suara Bu Ningrum ketus, matanya bahkan melotot ke arah Widya. “Anak itu rejeki. Nggak semua wanita bisa hamil dan melahirkan anak.”“Saya nggak hamil! Saya cuma sakit maag!” Maryam jadi kesal.Widya tertawa ditahan, “Berarti Bu Ning juga mulanya suudzon, mengira Maryam sudah berisi.”“Kenapa sih, sampai mengira saya seperti itu?” tanya Maryam.“Soalnya…” Widya terkikik pelan, lantas menyambung kalimat. “Di antara semua wanita jomlo yang ada di sini, cuma kamu yang sebelumnya kelihatan punya cowok. Kamu sering makan bareng cowokmu, di
last updateHuling Na-update : 2025-03-22
Magbasa pa

bab 148. Menanggung Kesalahan Orang Lain

Widya menggelengkan kepala, tampak kesal. “Karena saya lagi cinta banget sama Zakki, maka pada saat pemeriksaan pembukuan oleh staff keuangan dari bengkel pusat, saya nggak pernah menyebut nama Zakki. Waktu ketahuan ada manipulasi faktur, saya malah mengakui semua itu adalah inisiatif saya sendiri. Ya ampun, betapa bego diriku ini! Tentu saja saya dipecat! Ibaratnya waktu itu saya dengan suka rela bersedia menanggung kecurangan orang lain, karena saking bucinnya! Lalu Zakki datang ke rumah saya. Tadinya saya kira, dia sudah bicara yang sebenarnya di hadapan Direktur Black Falcon, dan saya dipanggil untuk masuk kerja lagi ….”Widya lanjut bertutur, “Tapi ternyata… Zakki datang untuk memberi amplop isi surat referensi. Saya kerja di Black Falcon cuma delapan bulan, tapi Zakki membuatkan saya surat referensi dengan mencantumkan masa kerja satu tahun, katanya supaya saya lebih mudah mencari kerja lain. Cuma itu yang dia lakukan untuk saya, padahal saya sudah mengorbankan pekerjaan, dan te
last updateHuling Na-update : 2025-03-23
Magbasa pa

bab 149. Merasa Diintai

Fatimah masuk lagi ke ruangan P3K.“Saya sudah menawarkan diri untuk menemani Maryam di tempat kosnya. Tapi Maryam tidak mau.” lapor Ningrum pada Fatimah.“Kenapa?” Fatimah menatap Maryam.Maryam menjawab, “Saya tidak sakit parah, hanya sakit maag. Sebentar lagi juga sembuh. Biasanya begitu.”Fatimah menyentuh kening Maryam, lantas bicara, “Kamu itu bukan hanya sakit maag, tapi juga demam. Sebaiknya kamu tidak sendirian. Mending sekarang kamu telepon saja saudara yang bisa diminta bantuan untuk menemani kamu di tempat kos, malam ini. Kalau nggak ada, kamu bisa menginap di rumah saya, atau ditemani sama Ibu Ning, karena barusan Ibu Ning sudah menawarkan diri untuk menemani kamu.”“Terima kasih Bu. Biarlah saya minta adik saya yang menemani saya.” ujar Maryam.“Oh, ada adikmu di Bandung? Tinggal di mana?”“Dia kuliah di UPI, tinggal di dekat kampusnya.” “Ya sudah kalau begitu. Kamu boleh pakai telepon kantor untuk menghubungi adikmu.” Fatimah teringat bahwa Maryam belum lagi punya pon
last updateHuling Na-update : 2025-03-23
Magbasa pa
PREV
1
...
131415161718
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status