Salah satu prajurit elite Dominion berdiri di luar pintu kamar Jenderal Zane, posturnya kaku, ekspresi wajahnya penuh dengan sikap hormat yang terkesan dipaksakan. Zane melirik ke arahnya sekilas, cukup untuk menilai tanpa harus benar-benar peduli. “Katakan urusanmu, Prajurit,” ucapnya dingin. “Tuan,” prajurit itu menjawab dengan nada tegas, “Panglima tertinggi meminta kehadiran Anda di kediamannya untuk makan malam pada pukul delapan malam.” Zane mendengus pendek. “Anggap saja pesanmu sudah diterima,” balasnya, bergerak membuka pintu kamarnya. Namun, prajurit itu melangkah maju, dengan berani menghalangi jalannya. Mata Zane menyipit, memerhatikan pria yang kini berdiri tak sampai satu kaki darinya—sebuah tindakan yang terlalu berani, bahkan tidak dilakukan oleh tangan kanannya sendiri, Reed. Namun prajurit ini berbeda. Sebagai anggota pengawal ayahnya, ia merasa tak perlu tunduk pada Zane. Prajurit-prajurit elite yang mengelilingi ayahnya memang selalu merasa diri mereka lebi
Read more