Home / Romansa / Kawin Kontrak Dengan CEO Dingin / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Kawin Kontrak Dengan CEO Dingin: Chapter 111 - Chapter 120

152 Chapters

Mencintai Davanka

Ponsel Davanka berdering memecah hening saat sarapan pagi.Zevanya melirik ke layar ponsel Davanka yang tergeletak terbuka di atas meja makan dan menampilkan nama Ramona.Davanka meletakan sendok, meraih ponselnya untuk menjawab panggilan tersebut.“Hallo?” Davanka melirik Zevanya.Mereka sempat saling menatap tapi kemudian Zevanya mendelik sebal.Davanka jadi merasa seperti suami yang ketahuan berselingkuh dan dicemburui istrinya.“Dava.” Suara Ramona ternyata masih bisa Zevanya dengar.Zevanya sampai sulit menelan makanan yang sedang ia kunyah.“Kenapa Mon?” “Dav, mau sarapan bareng enggak sambil diskusiin materi meeting nanti?”Zevanya mengembuskan napas bersama pejaman mata sekilas, dia marah. “Gue lagi sarapan, langsung meeting aja enggak perlu diskusi.” Davanka terdengar dingin.“Halaaah, paling ngomong gitu karena di depan Anya aja.” Zevanya membatin, dia tidak serta merta senang dengan sikap dingin Davanka kepada Ramona.“Oooh, oke … ada Anya di situ ya?” Dan
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Melampiaskan Emosi

Beruntung Zevanya masih belum terlambat mengikuti perkuliahan jam pertama.Terang saja, dia mengemudikan mobil pemberian suaminya dengan ugal-ugalan sampai mendapat klakson dari pengendara lain yang tidak dia pedulikan sama sekali yang penting bisa sampai ke kampus tepat waktu. Tanpa terasa dua mata kuliah hari ini berakhir juga.Rencananya dia akan mampir ke rumah ibu tapi Zevanya harus meminta ijin suaminya terlebih dahulu.Zevanya duduk di bangku betah di taman dekat mobilnya terparkir.Dia mengeluarkan ponselnya lalu membuka ruang pesan dengan Davanka.Ada satu pesan yang ternyata dikirim Davanka tadi pagi.Ice sugar : By, hati-hati. Jangan ngebut.Zevanya mengulum senyum hingga membulatkan pipinya.Melihat nama kontak sang suami masih Ice Sugar, Zevanya langsung menggantinya menjadi ‘Hubby’ dengan tambahan emotikon hati berwarna merah muda yang tertancap panah.Dia kemudian mengirim pesan untuk sang suami tercinta tanpa membalas pesan Davanka yang tadi pagi.Cobaan Hi
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Pria Misterius

Mas Raga : Anya, di mana lo?Mas Raga : Anya, buka blokir si Dava.Mas Raga : Anya, lo baikan cepet sama si Dava! Kita udah berjam-jam stuck di ruangan rapat. Si Dava nahan kita semua di sini.Mas Raga : Anyaaaaaaa, bangke lo!Zevanya mengangkat kedua alisnya bingung, sepertinya Raga kesal sekali karena semua pesan dan panggilannya tidak dibalas.Dia kemudian membuka pesan dari Maria.Maria : Ibu … Ibu di mana?Maria : Ibu, tolong angkat telepon saya.Maria : Ibu, tolong buka blokir Bapak.Maria : Ibu, saya mohon. Kalau saya enggak bisa kasih tahu Bapak di mana keberadaan ibu dalam satu jam ke depan, saya akan dipecat Bapak.Maria : Ibu di mana? Saya sudah cari ibu ke mana-mana tapi ibu enggak ada di rumah ibunya ibu sama di rumah tuan Gunadhya, di kampus juga ibu enggak ada.Maria : Ibu, saya mohon maaf kalau kerja saya tidak memuaskan. Saya mau dipecat sama Bapak.Zevanya memejamkan matanya sekilas, dia tidak tega jika sa
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Baru Tersadar

Davanka pergi ke teras usai panggilan telepon ke istrinya dimatikan begitu saja secara sepihak oleh Zevanya dan tidak bisa dihubungi kembali.Dia gundah, kesal juga khawatir namun lebih besar ke arah cemburu.“Siapa cowok itu?” Davanka terus bertanya di dalam hati.Dia mondar-mandir di teras.“Pak … apa ibu—““Diem kamu Maria, saya enggak akan pecat kamu … masuk sana!” Davanka berkata ketus dengan kening mengkerut dalam. “Ba-baik, Pak.” Maria terbata dan buru-buru masuk ke dalam rumah.Pokoknya Davanka akan menunggu Zevanya hingga pulang ke rumah, tapi istrinya pasti pulang, kan?Sekitar satu jam kemudian—setelah kakinya lelah mondar-mandir—Davanka melihat lampu mobil menyorot ke halaman rumah.Pria itu mengembuskan napas panjang dan berdiri menghadap mobil yang kini berhenti tepat di depan dia. Dari dalam mobil, Zevanya sudah melihat raut wajah kesal Davanka yang matanya menatap tajam.“Kenapa dia yang marah? Yang tadi siang di ketusin ‘kan Anya.” Zevanya misuh-misuh s
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Belum Selesai

“Cowok tadi siapa?” Akhirnya Davanka mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi mengganggunya.“Cowok mana?” Zevanya mengernyit bingung.“Cowok yang tadi gue suruh lo usir.” Zevanya ingat sekarang. “Enggak tahu.” Zevanya mengendikan pundaknya acuh.“Terus kenapa lo bolehin dia duduk di meja lo?” Zevanya menarik napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan sembelum menjawab pertanyaan Davanka.“Anya enggak tahu dia siapa, awalnya dia kasih tissue ke Anya waktu Anya nangis gegara baca novel di ujung lorong rak-rak buku di Gramedia terus dia duduk di depan Anya … udah gitu waktu Anya beli mie kocok, enggak ada meja kosong lagi terus dia minta ijin duduk satu meja sama Anya.” Zevanya mengatakannya tanpa beban.“Lo terima tissue itu?”Zevanya mengangguk. “Iya … tapi pas Anya balikin katanya buat Anya aja.”“Ngapain juga lo pakai nangis segala baca novel, lo cari perhatian?” tanyanya ketus.“Enggak.” Zevanya menjawab dengan wajah memberengut kesal tidak terima.“Ngomong apa aj
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Ternyata Shabat Davanka

“Hallo?” Anya yang baru saja keluar dari kelasnya di jam terakhir mata kuliah hari ini menjawab panggilan telepon dari Davanka.“Di mana?” tanya pria itu.“Masih di kampus, baru bubaran kelas.” Kalau itu Davanka tahu karena memiliki jadwal kuliah istrinya.“Terus lo di mananya?” Davanka bertanya lagi dan panggilan ‘lo’ itu kini membuat Zevanya begitu jengah mengingat tadi malam mereka bercinta sampai pagi tapi Davanka masih memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Padahal ngilunya saja masih terasa dan seharian ini Zevanya bergulat melawan kantuk selama mata kuliah berlangsung.“Lagi jalan ke parkiran,” jawab Zevanya sedikit ketus.“By,” panggil Davanka masih tersambung dalam panggilan telepon.“Apa?” jawab Zevanya dengan bibir mengerucut.“Kok manyun?” Sontak pertanyaan Davanka tersebut berhasil membuat Zevanya mengangkat pandangannya.Dia sudah melewati pintu utama loby dan mendapati Davanka tengah berdiri di sisi mobil mew
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Membuat Iri

“Emmph … emmmpphh ….” Zevanya menggeram dengan wajah menoleh ke samping menghadap sang suami agar pria itu melepaskan bekapan tangan di mulutnya.Kepala Davanka miring lantas bergerak mendekat. “Jangan senyum-senyum segala sama si Al,” bisik Davanka tepat di telinga Zevanya kemudian memberikan kecupan di pipi Zevanya seolah ingin memberitahu semua orang kalau Zevanya adalah miliknya.Semua dibuat kesal karena keromantisan Davanka yang mengecup pipi Zevanya tanpa tahu apa permasalahan yang sebenarnya.“Hallo, Ayang … buruan ke sini, gue kangen Ayang! Si Dava bikin ngiri,” ucap Raga lantang sambil menempelkan ponsel ke telinga berpura-pura menghubungi kekasihnya. Vanessa memang belum datang karena ada urusan yang harus dia selesaikan terlebih dahulu. Dan bukan hanya Raga saja tentu Ramona juga iri melihatnya tapi dia bisa apa selain tersenyum untuk menyembunyikan perasaan tersebut.Sedangkan bagi Davanka sudah tidak ada lagi yang dia pedulikan selain istrinya.“Ayo pesen-pese
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Hanya Kawin Kontrak

Davanka menarik ikatan di rambut Zevanya agar rambutnya terurai menutupi leher juga tengkuk yang terdapat seperti memar keunguan karena ulahnya tadi malam.Dia rasa sudah cukup pamer tanda merah itu kepada Alvaro, tidak ingin membuat sang istri tidak nyaman karena menjadi bulan-bulanan sahabatnya.Bukan hanya dari Alvaro, Zevanya juga mendapat seulas senyum penuh arti dari Raga yang senang melihat tanda merah di lehernya karena itu berarti hubungan mereka sudah menjadi nyata, bukan kepura-puraan lagi.Raga juga lega karena permasalahan antara Davanka dan Zevanya kemarin tentang Zevanya yang mem-blokir nomor ponsel Davanka entah karena persoalan apa itu kini sudah diselesaikan dengan cara tiga ronde tadi malam.“Oh ya, kenalin Al … ini Vanessa, cewek gue.” Raga mengenalkan kekasihnya.Alvaro jadi harus mengalihkan tatap dari Zevanya, dia mengulurkan tangan ke depan Vanessa.“Alvaro,” ucapnya menyebutkan nama.Vanessa juga mengucapkan namanya bersama senyum lebar tapi menurut Alv
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Memberi Pelajaran

Masih dalam kebimbangan juga kebingungan, akhirnya Zevanya turun dari dalam mobil.Tanpa dia duga kalau Davanka juga turun, terdengar dari suara pintu mobil tertutup dan langkah kaki setelahnya. Zevanya sama sekali tidak ingin menoleh ke belakang.Dia masih sakit hati. Tangan Zevanya terangkat memutar knop pintu namun terkunci, jadinya Zevanya menekan bel.Dari pantulan kaca jendela yang besar, Zevanya bisa melihat Davanka berdiri di belakangnya dengan ponsel menempel di telinga.“Eh Bu Anya.” Asisten rumah tangga ibu menyapa.“Ibu mana, Bi?” tanya Zevanya sembari masuk ke dalam ruang tamu.“Ibu di kamar, Bu.” Si Bibi memberitahu.“Pak Dava.” Bibi mengangguk sebagai bentuk hormat menyapa Davanka.Pria itu balas mengangguk.“Hallo Maria, bawakan baju tidur dan baju kerja saya sama Anya ke rumah ibu Nina … jangan lupa buku-buku kuliah istri saya untuk besok, saya dan istri saya akan menginap di rumah ibu Nina malam ini.” M
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Mengaku Bersalah

“Enggak Bu, kemarin itu saya yang salah … enggak seharusnya saya kirim chat dengan kata-kata ketus sama Anya, meski niatnya enggak begitu tapi kalau dalam chat enggak ada nada suaranya jadi terkesan kalau kalimat itu ketus.” Davanka menjelaskan.Maria masih berdiri di antara mereka sambil pura-pura tidak mendengar obrolan antara sang menantu dan mertuanya dan dia jadi tahu alasan kenapa Zevanya mem-blokir nomor Davanka.“Oh … Anya memang jadi baperan akhir-akhir ini Nak Dava, apa mungkin lagi hamil muda … coba kalian cek ke dokter kandungan.” Ibu memberi saran.Davanka tertawa kering menanggapi. “Iya, nanti kita cek ke dokter, Bu.” Ibu mengangguk-anggukan kepalanya.“Ini tasnya disimpan di mana, Pak?” Maria baru bisa bertanya setelah semua selesai bicara.“Simpen aja di situ, nanti saya bawa ke atas.” “Baik, Pak.” Maria menyimpan tas pakaian di lantai.“Ini kunci mobilnya bu Anya.” Maria memberikan kunci mobil kepada Davanka.“Suruh pa
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status