Refleks aku mendongak menatap Mas Abri akibat pernyataannya yang terdengar konyol. "Ngomong apa sih kamu, Mas?" tegurku, jutsru tak terima. "Itu benar, Airin. Ibu kamu suka main judi. Uang dikartu itu juga bukan habis, tapi aku batasi. Dia mengunakannya untuk hal yang nggak baik," jelasnya kemudian. Aku tak langsung menjawab. Aku terlalu tertarik mengamati wajahnya dengan seksama, ingin kembali menegaskan kalau dia memang bukanlah Mas Abri. Kata-katanya terlalu asing untuk ukuran Mas Abri. Suamiku terlalu awam untuk hal-hal yang seperti itu. "Enak banget Mas nuduh gitu?" cetus Amy membuatku langsung mengalihkan pandangan. "Mas Abri kayaknya makin hari makin menjadi-jadi deh." "Itu bukanlah tuduhan, Amy. Lagi pula, kenapa suaramu tinggi sekali? Ini rumah Airin? Pahamilah caranya sopan santun. Hormati tuan rumah," Balas Mas Abri dengan nada tenang namun menohok. Alih-alih aku senang, aku justru merasa muak! "Ibuk nggak nyangka ya, Abri. Ternyata kamu nggak sebaik yang Ibuk kira.
Last Updated : 2024-10-11 Read more