Semua Bab Kelas Rahasia Bersama Teman Kakakku: Bab 11 - Bab 20

24 Bab

BAB 11

 Ketika Regan mengatakan ‘sampai jumpa’, Poppy tidak menyangka kalau mereka akan bertemu secepat ini. Pukul 5 sore, Poppy akhirnya keluar dari sekolah itu, dan mendapati mobil Regan sudah berhenti di depan lobi.Kaca jendela mobil Regan pun turun ketika Poppy mendekat. “Kakak ngapain di sini?”“Jemput kamu,” jawab Regan, masih duduk anteng di belakang kemudi. “Dante yang suruh.”Masuk akal juga. Memang biasanya Poppy pulang-pergi sendiri dengan ojek online atau diantar-jemput Dante. Kakaknya itu pasti sangat khawatir karena tidak bisa menjaga Poppy selama beberapa hari ke depan. Namun, ia tidak menyangka kalau Dante benar-benar menitipkannya kepada Regan.Untuk menghargai usaha Regan—dan Dante—Poppy akhirnya naik ke mobil itu. Sepertinya setelah ini ia harus memberitahu Dante untuk tidak mengkhawatirkannya. Bagaimanapun, Regan adalah seorang dokter bedah yang sibuk, Poppy jadi tidak
Baca selengkapnya

BAB 12

  Jari-jari Regan mencengkeram roda kemudi dengan erat. Buku-bukunya pun memutih. Sial sekali. Sudah dua kali ia hampir terjebak dalam hasrat bejat itu.Regan menarik napas panjang, lalu kembali melihat ke depan. Ia sedang berusaha menenangkan isi kepalanya.“Kamu tahu maksud ucapan kamu tadi, kan?” tanya Regan dengan suara rendah dan sedikit serak, sambil menjalankan lagi mobilnya kembali.Poppy menelan air liurnya sendiri. Tentu saja ia tahu. Memahami soal gairah, artinya ia harus menyentuh titik tersensitif tubuhnya. Sebagai seorang perawan yang sama sekali tidak berpengalaman, tawaran Regan tadi terdengar sangat gila. Namun di satu sisi, kepala Poppy terus menantangnya untuk mencoba.Perlahan, Poppy mengangkat kepalanya. Dari samping sini, ia bisa melihat perubahan ekspresi Regan. Tidak ada senyum seperti tadi. Rahangnya pun tampak mengeras, dan jakunnya naik turun seperti menahan kesa
Baca selengkapnya

BAB 13

 “Kak—“ Poppy mendesah di antara ciuman Regan dan gerakan jarinya.Ciuman Regan terputus, dan bibir pria itu berpindah ke belakang telinga Poppy. Napas panasnya menghantarkan getaran yang membuat tubuh Poppy semakin lemas. Seluruhnya ia bersandar pada tubuh kekar Regan.Ting! Tong!“Permisi! Paket!”Poppy menoleh ke arah pintu, tetapi Regan masih belum berhenti menciumi telinga dan leher Poppy. Begitu pun jarinya yang masih berusaha menurunkan celana dalam Poppy.“Kak....”“Paket buat Mas Dante Januar!” teriak seseorang itu lagi dari luar pintu.Nama lengkap Dante sukses membuat Regan mendesah berat, Ia menjauhkan kepalanya dari leher Poppy dan menatap wanita itu dengan frustrasi. Meskipun begitu, tangannya masih berada di balik rok Poppy itu.“P-paket, Kak,” ucap Poppy terbata.Wajah wanita itu sudah sangat merah, bahkan bibirnya jug
Baca selengkapnya

BAB 14

Ceklek!Mata Regan membesar ketika pintu itu bisa dibukanya. Tidak terkunci.“Poppy?” panggil Regan pelan sambil melangkah masuk. Ini adalah kali pertamanya ia masuk ke kamar wanita itu.Seperti kamar wanita pada umumnya, kamar Poppy sangat rapi dan tertata. Ruangannya didominasi warna peach, dengan sentuhan pastel. Ada rak berisi penuh buku di salah satu sudut ruangan, sebuah lemari pakaian, meja rias, kasur dengan seprai merah muda, dan....Poppy yang tertidur di atas meja belajar.Wanita itu sudah mengganti pakaiannya dengan kaus oblong dan celana pendek. Sepertinya dia juga sudah mandi. Poppy merebahkan kepalanya di atas meja, dan menjadikan satu lengannya sebagai bantal. Laptop di depannya masih menyala, dan ada satu buku terbuka berisi tulisan tangannya.Regan menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Poppy. Mulut wanita itu sedikit terbuka. Jika dilihat dari air liur itu, sepertinya memang Poppy sudah terlelap dalam.Regan mendengkus geli. “Baru beberapa menit yan
Baca selengkapnya

BAB 15

  Eh?Apaan sih, Poppy Sofia! Poppy mengumpat dirinya sendiri. Ia pun menggeleng keras dan mulai mengangkat sendoknya. Sepertinya, rasa lapar ini sudah mempengaruhi kerja otaknya.“Kenapa?”Uhuk!Pertanyaan Regan yang tiba-tiba membuat Poppy tersedak kuah soto. Apalagi kuahnya masih panas dan terasa pedas, rasa menyengat itu sampai menusuk hidungnya.“Pelan-pelan aja, aku gak bakal minta,” ucap Regan kemudian sambil menggeser gelas berisi air putih ke hadapan Poppy.“Makasih,” dengan masih sedikit terbatuk, Poppy meraih gelas itu.Regan tidak menyahut dan kembali ke tabletnya. Ia juga tidak melanjutkan pertanyaannya tadi. Suasana dapur yang temaram itu menjadi hening seperti sebelumnya.Tanpa sadar, Poppy melirik sinis tablet di hadapan Regan. Pria itu memakai earphone di salah satu telinganya, j
Baca selengkapnya

BAB 16

  Poppy terpaku. Entah karena ucapan Regan, atau karena ibu jari pria itu yang mengusap ujung bibirnya. Dari jarak sedekat ini, Poppy bisa melihat jelas detail wajah Regan di bawah temaramnya lampu dapur. Lesung pipi pria itu tampak dalam saat tersenyum. Sepasang mata tajam itu menatap lurus dirinya, seolah ingin membaca seluruh isi kepala Poppy. Dan bibir itu... bibir yang sudah menciumnya beberapa kali, tapi tetap terlihat sangat menggoda.“Aku sendiri kaget waktu Dante bilang kamu sekarang udah jadi guru.”Suara Regan berikutnya membuat Poppy akhirnya tersadar. Wanita itu mengerjap, dan buru-buru melap bibirnya sendiri. Mungkin ada sisa kuah soto yang belepotan di sana.“K-kenapa?” tanya Poppy untuk mengurangi rasa gugupnya.“Dante manjain kamu banget dari dulu. Walaupun dia selalu bebasin kamu ikut ekskul apa pun sampai pilih jurusan kuliah. Dia sama sekali gak expect
Baca selengkapnya

BAB 17

  Poppy semakin tidak mengerti arah pembicaraan ini. Beberapa detik lalu, mereka masih membahas Dante, lalu tiba-tiba Regan berkata “ayo”. Kalau artinya untuk menjemput Dante, bukankah pria itu yang bilang sendiri kalau Poppy tidak perlu khawatir?Regan yang sudah berjalan untuk mengambil kunci mobilnya yang ada di meja dekat TV pun menyahut, “Aku antar kamu ke sekolah.”Poppy tidak bisa membantah apa pun karena Regan sudah berjalan lebih dulu menuju halaman depan. Seketika, ia menjadi panik. Ini sudah hari kedua Regan menawarkan diri untuk mengantar Poppy bekerja. Biasanya tidak pernah. Sekalipun berangkat bersama, pasti ada Dante di antara mereka.Akhirnya, mau tidak mau Poppy menyelesaikan suapan terakhir nasi gorengnya dengan sedikit terburu-buru. Setelah meletakkan peralatan makannya ke tempat cuci piring, ia pun menyusul Regan yang sedang memanaskan mesin mobil.Tidak sep
Baca selengkapnya

BAB 18

  Sebagai tim legal, Dante memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Dia sangat cakap berbicara dan bernegoisasi. Itulah kenapa papa Regan mempercayakan posisi ketua tim legal kepada Dante—terlepas dari kedekatan hubungan mereka.Namun di satu sisi, pria ini sangat tidak peka membaca keadaan sekitarnya. Untuk saat ini, Regan sangat berterima kasih atas itu.“Mungkin,” Regan hanya menanggapi seadanya. Ia tidak mau membuat Dante menaruh curiga.Helaan napas Dante terdengar, membuat Regan akhirnya ikut bernapas lega. “Yah... semoga aja setelah ini dia ketemu sama cowok yang baik deh.”Ucapan Dante merupakan ucapan tulus seorang kakak untuk adiknya—walaupun nada bicaranya sangat menyebalkan. Namun, Regan justru tidak menyukai hal itu. Poppy bertemu pria baik... baik dalam arti bagaimana? Baik di mata Dante, bukan berarti baik untuk Poppy....Dan dirinya.
Baca selengkapnya

BAB 19

 Melihat Poppy kembali jalan di depannya, Regan hanya menghela napas. Ada kalanya ia tidak bisa menolak ucapan wanita itu. Padahal mangga itu terlihat sama dengan mangga yang sering dia makan. Lagi pula, kenapa juga Poppy harus mempermasalahkan soal uang?Emangnya muka gue semiskin itu, ya, untuk bisa makan mangga mahal?Mereka masih ada di section sayur dan buah, dan Poppy kembali berhenti di salah satu rak. Wanita itu terdiam cukup lama, sebelum mengambil satu pak stroberi dari sana. Namun, ia tidak langsung meletakkannya di troli, hanya menimbang sambil bergumam pelan.“Lagi mahal, ya... kayaknya minggu lalu gak segini....”Lalu, seperti dugaan Regan, Poppy kembali meletakkan stroberi itu ke rak.Regan tidak paham bagaimana kalkulasi seorang wanita. Harusnya, jika dia menginginkannya, toh tinggal beli. Selain itu, dalam kasus Poppy, dia tidak dalam keadaan harus berhemat. Dante tidak semiskin itu—
Baca selengkapnya

BAB 20

“Adeeeeek!”Teriakan itu menyambut Poppy ketika membuka pintu rumah. Poppy melihat Dante berdiri di ruang tengah sambil mengulurkan tangannya. Ya, pemandangan dramatis ini sudah tidak asing di mata Poppy. Wanita itu hanya bisa meringis malu dan berjalan ke arah Dante.Dante membawa Poppy ke dalam pelukannya. Ia pun mengusap-usap rambut Poppy dengan gerakan agak kasar—sedikit berlebihan. “Adek gak kangen Kakak? Kakak di rumah sakit mikirin kamu... kamu makan gak, kamu kecapekan gak, kamu—““Jangan banyak gerak dulu.”Sebelum Poppy menyadari, Regan sudah menarik kaus Dante dan mendorongnya ke sofa di belakang. Entah sejak kapan pria itu sudah ada di sini. Seingat Poppy, Regan masih sibuk menurunkan belanjaannya tadi.“Elah, lagi melepas kangen juga!”“Mending lo mikirin wasiat buat Poppy kalau lambung lo gue potong sekalian.”“Ah, itu....” Sepertinya, jawaban Regan membuat Dante ingat soal pesannya tadi kepada Poppy. “Kangen naspad gue, Pak Dok.”“Kata Kak Regan, jangan makan yang berat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status