Semua Bab Menikahi Guru Killer: Bab 81 - Bab 90

139 Bab

Bab 81

Perempuan itu mendekat, matanya memperlihatkan kemarahan yang sangat kentara. “Alea, sekolah akan sangat kecewa dengan kamu dan Pak Jonathan. Kali ini nama sekolah akan hancur karena ulah kalian. Apa kalian berdua bisa harus bertanggung jawab atas semua itu?” “Tapi Bu … aku nggak ngapa-ngapain, kok. Pak Jonathan melakukan pekerjaannya secara profesional, bahkan tidak terkecuali padaku,” elakku, “dia bisa saja memberiku soal sekaligus jawaban ujian, tapi nyatanya tidak!” “Kamu kira aku akan percaya gitu saja setelah kebohongan ini? Kamu sengaja ngerayu dia, kan? Kamu dekatin dia cuma buat improve nilai kamu. Kamu ….” “Apa yang kalian lakukan di sini?” Suara lantang itu seperti lonceng penyelamat buat aku. Tanpa ragu, ibu-ibu itu masuk dan menghampiriku. “Jangan bikin rusuh di tempat ini.” “Kami nggak bikin rusuh, Bu. Dia murid saya, dan saya wajib menegurnya jika –” “Kalau memang dia murid, kenapa kamu nggak tegur dia di sekolah?” sela sang ibu tidak mau kalah. “Nak, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 82

Lelaki itu tersenyum, seolah apa yang dilakukannya barusan berhasil meredakan amarahku. Tapi sebaliknya ciuman itu membuatku merasa semakin kesal. Spontan aku kembali memalingkan wajahku. Tapi Pak Jonathan justru menahan pipiku dengan kedua tangannya, membuat mataku terpaksa beradu dengan matanya. “Alea, dengar,” perintahnya, “kalau kamu marah, aku bakal ciumin kamu sampe kamu nggak marah lagi.” Kuangkat tanganku dan langsung menutup mulutku. Tentu saja aku tidak akan mudah tertipu dengan bujukannya. Tapi aku tak menduga kalau dia bakal melakukan hal yang lebih nekat. Pak Jonathan justru menarik tubuhku hingga berada di atas tubuhnya. Aku langsung menjerit kesakitan saat pinggangku terbentur pada kemudi di hadapannya. Tempat yang sempit itu membuat tubuh kami terpaksa berhimpitan. “Sakit tau! Lepasin, nggak!” perintahku saking kesalnya. “Nggak bakal aku lepasin sampe kamu nggak marah lagi,” tolaknya.“Dasar ikan buntal,” kesalku, “lepasin kok!” “Tahu nggak,” ucapnya tiba-tiba,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

Bab 83

“Dan nggak ada yang gratis di dunia ini,” ucap lelaki itu dengan senyuman yang tak kumengerti. Aku menjauhkan wajahku saat dia mendekatkan wajahnya. “Apa? Pasti pikirannya mesum lagi, deh. Aku lagi nggak mood.” “Nah … sepertinya kamu yang mesum. Aku cuma mau kamu cuci piring, Alea,” sahutnya dengan senyum mengembang. “Lah … kok jadi aku. Bukannya malam ini mestinya giliran kamu, Pak Buntal?” “Tapi punggungku macem remuk setelah jadi kuda barusan. Gimana … kamu mau cuci piring atau mau jadi terapis? Sepertinya aku butuh pijatan lembut tangan seorang gadis muda buat pulih kembali,” godanya. Aku segera berdiri dan ke tempat cuci piring, sebelum lelaki itu sempat melucuti pakaian yang dikenakannya. “Dasar mesum!” Aku terkejut ketika sepasang tangan itu kembali menyentuh tubuhku. Keduanya melingkar begitu saja melewati pinggangku, saat aku sibuk mengoleskan spons berbusa sabun ke peralatan makan kamu. Dada lebarnya menempel di punggungku dan kurasakan kecupan di puncak kepal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 84

“Ngedate sama si basket itu?” Pak Jonathan langsung membuka matanya lebar-lebar dan aku langsung tersenyum lebar. Tentu saja karena rencanaku berhasil“Selamat malam,” godaku, “atau selamat pagi, nih?” “Ah … kamu,” kesalnya. Mungkin mendengar kalimat tadi membuatnya terkejut, pikirannya yang langsung bekerja dan secara spontan membuatnya tak ingin lagi lelap. Tapi setelah menyadari bahwa itu cuma kata-kata randomku, ia justru mempererat pelukannya.“Ayolah, kita keluar. Aku butuh udara segar,” rayuku, “atau … kita berdua nginep di rumah papa hari ini? Kasihan, dia pasti kesepian tanpa anaknya yang cantik, baik hati dan ….”“Bawel,” sambung Pak Jonathan cepat, “dia pasti kasih kamu ijin nikah cepat cuma karena bosan dengar suara kamu yang berisik itu.” “Dih … siapa bilang,” kesalku, “aku sama papa itu nggak pernah berantem sebelum dia bilang mau jodohin aku sama orang asing macam jaman siti nurbaya.Gila aja, udah jelas aku nolak. Mana mungkin aku mau nikah sama lelaki yang usianya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

Bab 85

“Kenapa nggak ikut? Kamu kan pacarnya? Ikut aja, siapa tahu Doni bisa cepet sembuh setelah dijenguk sama pacarnya,” ucap Bu Ella seperti sengaja memprovokasi Pak Jonathan. “Ella, berhenti bersikap seperti anak kecil.” Kalimat itu keluar begitu saja dari bibir Pak Jonathan dan sepertinya berhasil membuat Bu Ella bungkam dalam seketika. “Alea, salam buat papa, ya. Setelah semuanya beres, aku segera jemput kamu,” ujarnya. Aku menganggukkan kepalaku. Kusingkirkan perasaan kecewa karena memang aku tak bisa membantunya dalam masalah ini. Mungkin dia benar, kehadiranku bahkan bisa membuat masalahnya semakin bertambah runyam. Aku cuma bisa berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kulambaikan tanganku saat mobil hijau itu perlahan bergerak menjauh, meninggalkan perasaan gelisah yang semakin tajam dalam hatiku. “Papa,” salamku sembari meraih tangannya dan menempelkannya di dahiku. “Mana suamimu?” tanya papaku.“Kan … mulai deh. Yang anak papa itu Alea, kan Pa. Kok yang dicari malah Pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 86

Mendengar kata penjara, badanku langsung bergetar. Tanpa terasa kotak kue, tempat donat-donat buatanku itu jatuh ke lantai. “Apa yang Tante lakukan? Tante sudah menjarain orang yang selamatin anak Tante, tau!” “Ha? Kalau dia yang nyelametin anakku? Lalu ambulans, dokter-dokter dan perawat-perawat itu ngapain? Main congklak?” sahutnya tak mau kalah, “kamu kira Pak Jonathan mu yang hebat itu yang melakukan operasi?” “Tan, aku yang ngikutin dia sampe ke rumah sakit ini. Tapi … dimana Tante saat tanda tangan Tante dibutuhkan?” cecarku dengan suara gemetar saking marahnya. “Eh … malah nyolot, nih anak,” hardiknya, “perempuan macam gini yang mati-matian kamu bela, Don? Nggak ada sopan santunnya sama orang tua.” “Ma … hentikan, Ma,” lirih Doni lemah. Mungkin robekan di perutnya tak memungkinkan baginya untuk bicara terlalu keras. “Pak Jonathan yang menandatangani semua berkas, menggantikan tanggung jawab Tante. Tapi ….” Aku seperti kehabisan kata menghadapi orang yang tak tau terim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 87

“Alea,” ucapnya memanggil namaku. Aku segera berdiri dan melangkah mendekatinya. Senyum di wajahnya yang lelah itu tak membuatku sanggup menahan cairan bening yang menggantung di pelupuk mataku. “Pak buntal, kenapa kamu bikin aku nunggu lama sekali?” protesku sembari melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. “Maaf, sayang,” ucapnya, “aku juga nggak menduga kalau masalah ini bakal jadi serumit ini. Maaf, aku bikin kacau semua rencana hari ini.” Aku menatap manik mata gelap yang tampak sayu itu. “Aku percaya kamu,” ucapku dengan sangat hati-hati, “kamu sebaiknya mandi dan … biar kusiapkan minuman hangat untuk menghangatkan tubuhmu.” Sungguh, aku merasa lega. Membayangkan harus berpisah dengannya saja, sekarang aku tak sanggup. Aku merasa kehilangan separuh diriku jika tak ada dia di sisiku. Entah apa jadinya jika dia harus mendekam begitu lama di sel. Kubawa dan letakkan secangkir wedang jahe gula aren yang baru saja kuseduh di atas meja rias. Kudengar suara gemericik air itu be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 88

“Alea ….” “Bukan aku ngelarang kamu buat wujudin impian kamu, tapi aku nggak suka kamu dekat-dekat sama Bu Ella. Belum lagi kalo kamu main mata sama siswi-siswi kamu.” “Tapi aku nggak pernah main mata sama siapapun.” “Ah … yang bener,” godaku, “aku sering keliatan kamu salah tingkah loh, di kelas.” Lelaki itu merebahkan aku di atas ranjang kami. Kulihat wajahnya yang seperti tersipu.“Itu … karena kalian pake rok selutut. Dan meja sekolah kita tidak berpenutup. Kamu bisa bayangkan siapapun yang berada di depan kamu, pasti bisa melihat bagian yang tak seharusnya,” keluhnya.“Astaga, jangan katakan kalau … pemandangan seperti ini yang bikin kamu betah jadi guru di SMA Merah Putih,” tebakku setengah menggodanya. “Ah … akhirnya kamu tahu juga,” sahutnya alih-alih mengelak dari tuduhan itu, “aku bisa melihat sepasang paha sekaligus dengan celana dalam beraneka warna.” “Ish! Mesum!” Lelaki itu tiba-tiba menyentuh pahaku. “Tapi aku tidak perlu lagi melihat atau membayangkannya. Aku ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 89

“Ya … jejak, Al. Jejak,” ulang Vena seperti tak sabar, “kamu tandain biar orang lain tau kalo dia udah punya pasangan.” Aku menjentikkan jariku. “Macem stiker atau baju bertulisan gitu kan? Tapi … pasti dia nggak mau pake, deh.” “Duh … serah, deh. Mau kamu kasih jejak apa juga. Mau kamu sablonin kaos pake gambar muka kamu juga nggak papa.”“Ah! Ide bagus itu! Aku buatin macem gitu deh,” balasku, “captionnya apa ya?” “Ya udah, tulis aja. Punya Alea! Macem di tip ex kamu itu.” “Tapi dia bukan barang. Dia manusia. Jadi nggak manusiawi dong, kalo cuman gitu tulisannya.” “Ya udah, ganti aja. Pacar Alea,” jawabnya dengan suara yang terdengar sedikit lebih ketus.“Kamu marah, ya?” “Ya jelas! Jelas banget aku marah,” balasnya, “nggak nyangka banget kalo Alea, temen aku yang cerdas itu ternyata lola.” “Ish! Kok lola sih. Tapi … ide kamu bagus, kok. Aku buat deh. Lumayan, kita belum punya nih.” “Ya udah, suka-suka kamu deh.” Cukup lama kami menghabiskan waktu di salon itu. Tentu saja p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

Bab 90

“Gimana sih? Aku makin nggak ngerti deh,” sahutku,”nggak mungkin Doni bisa cari tahu pembunuh bapaknya. Kan dia cuman bisa tiduran di ranjang rumah sakit.” “Seharusnya gitu kan. Tapi Doni curiga sama ibunya. Jadi diam-diam dia ngerekam pembicaraan ibunya, tengah malam ibunya menghubungi seseorang saat ia tidur. Lalu rekaman itu dikirimkannya ke aku. Dan … saat aku jenguk dia, Doni suruh aku ambil ponsel ibunya buat diserahin ke polisi,” terang Audrico, “nyatanya dari pesan-pesan dalam ponsel itu, ibunya memang otak dari kejadian ini. Dia bayar orang buat bunuh mantan suaminya.” “Jadi … si Doni apes, karena pas itu ada di tempat kejadian. Tapi …. Wait! Buat apa dia bunuh mantan suaminya?” “Urusan pribadi, pastinya. Udahlah, biar polisi yang bereskan masalah ini. Kita nggak perlu ikut campur lebih dalam lagi,” sahut Pak Jonathan.“Tapi ….” “Iya. Mungkin saja urusan uang atau bisa juga urusan hati,” potongnya. “Kamu abis belanja, ya?” Sepertinya Pak Jonathan diam-diam mengamati pape
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status