Home / Romansa / Menikahi Guru Killer / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Menikahi Guru Killer: Chapter 91 - Chapter 100

114 Chapters

Bab 91

Aku melirik lelaki yang sibuk mengendalikan kemudinya. Sangat terlihat kala ia menahan tawanya. Seperti yang kuduga, panggilan itu justru terdengar menggelikan. Dan sumpah! Aku nggak bakal panggil dia dengan kata itu.“Kan … apa Alea bilang. Dia pasti lebih seneng dipanggil Pak Jonathan daripada panggilan lainnya,” gerutuku. “Sayang, yang bikin aku ketawa itu cara kamu ngomong. Bibirnya nggak usah dimonyong-monyongin gitu lah,” komentar Pak Jonathan. “Kalau gitu, kenapa kamu nggak panggil dengan panggilan yang sama, Alea?” “Panggilan yang sama gimana, Pa? Sama … sama apa?” tanyaku tak mengerti. “Ya itu tadi. Suami kamu udah bener itu, panggil kamu dengan kata sayang,” atur papa seolah konsultan hubungan suami istri.“Ah, harus panggil sayang, ya?” tanyaku dengan perasaan canggung. “Nggak sulit, kan,” ejek Pak Jonathan yang sepertinya mulai menikmati perpeloncoan papa terhadapku. “Iya, iya. Gampang, Pak Jonathan sayang.” “Lah, kok masih pakai kata pak,” protes papa. “Ya … pelan
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 92

“Tahan, sebentar lagi,” sahutnya alih-alih membiarkanku cepat-cepat ke kamar mandi. Lelaki itu justru mengerakkan tubuhnya semakin cepat, cepat dan lebih cepat. Hingga akhirnya aku benar-benar tidak bisa menahannya lagi. “Aku nggak tahan lagi,” lirihku saat merasa cairan hangat itu keluar dari sela pahaku.Alih-alih menceramahiku, lelaki itu justru mengecup keningku dan merebahkan tubuhnya di atasku. Napasku masih saja memburu, debar jantungku masih tak karuan. Ditambah berat tubuhnya yang kini menghimpitku. “Pak Jo, bisa remuk macem geprekan loh, aku,” lirihku. Kedut-kedut itu masih terasa begitu jelas di dalam sana. Tapi sepertinya suamiku masih sekuat tekatnya untuk mendapatkan bayi pertama kami. Ia kembali mengangkat tubuhnya dan mengayunkan pinggangnya dan bergerak dengan intens di bawah sana. Ah ~ dia kembali membawaku ke dalam pusaran yang tiada akhir. Menggulungku dalam ombak yang menelanku dalam hasratnya yang terasa semakin panas. “Jo nath – ah,” pekikku ketika ia men
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 93

Pagi itu berjalan sempurna, seperti biasanya. Bahkan asisten rumah tangga baruku, ternyata tak kalah cakap dalam pekerjaannya. Ia bahkan datang lebih pagi dari Bik Titin dan segera membantuku dalam urusan dapur. Perawakannya yang gemoi tak membuatnya lamban dalam mengerjakan tugasnya. “Non, mas sama Non itu cocok banget ya. Kata orang mah, kalo jodoh mukanya jadi mirip,” ucapnya siang itu saat ia sibuk mencuci panci bekas masak.Mendengar kalimat yang diucapkannya, mau tak mau aku tersenyum geli. “Memangnya sama dari mana, Mbak Santi?”“Yang satu ganteng, yang satu cantik. Gimana ya jelasinnya, pas banget, gitu Non. Macem liat putri sama pangeran dari negeri fantasi.” “Nah … kan. Mbak Santi cuman berfantasi,” balasku, “atau jangan-jangan maksud Mbak Santi aku putri Viona dan suamiku Shrek?”“Hah? Apa itu Non?” tanyanya, “di kampung aku cuma taunya putri salju, putri aladin sama putri malu.” “Ah … putri malu mana termasuk, Mbak,” sahutku. “Tapi simboknya Mbak Santi bilang, dulu pu
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 94

“Hei! Apa-apaan ini!” teriakku kesal ketika perempuan itu mencekal tanganku dan menyeretku kembali keluar. “Pak Jonathan! Sayang ….” Aku sama sekali tidak menyangka kalau perempuan itu punya tenaga sekuat kuda. Bahkan tanpa bantuan, ia berhasil membuatku keluar dari ruang kerja suamiku. Kuusap pergelangan tanganku yang terasa panas karena cengkraman perempuan itu. “Anita! Kenapa kamu seret istriku keluar?” Suara keras itu tak urung membuatku tersenyum. “Hah? Jadi kamu … Nyonya Alea? Tapi … kenapa masih dia … sangat muda?” ucapnya dengan ekspresi seperti kebingungan. Pak Jonathan tampak gusar. “Dia istriku. Siapapun yang berani ganggu dia, harus berhadapan denganku.” “M–maaf Nyonya.” Spontan perempuan yang dipanggil dengan nama Anita itu langsung minta maaf sambil menundukkan kepalanya. Masih belum hilang rasa terkejutku, Pak Jonathan telah meraih tanganku dan membawaku ke ruangannya. Ruangan yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ruang sempit kesiswaan di SMA Merah Pu
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 95

“Aku mau culik kamu.” Lelaki itu menghentikan langkahnya, sehingga mau tak mau langkahku pun terhenti. Kucoba menariknya lagi agar ia mengikuti langkahku. Tapi tentu saja itu nyaris mustahil dengan tenaga yang sama sekali tak sebanding. “Silahkan,” godanya tanpa niat untuk bergerak dari tempatnya.“Ayo, kita lari,” ajakku. “Katanya kamu mau culik aku. Silahkan,” ucapnya seakan sengaja membuatku kesal. “Ya udah, ya udah. Kalo gitu kamu aja yang culik aku.” Aku rasa tak akan bisa menghadapinya dengan kekerasan, harus dengan otak. “Tapi … aku sama sekali tidak ingin menculikmu,” sahutnya dengan tenang. Dan ketenangan itu membuatku merasa semakin putus asa. Bagaimana tidak, niatku untuk menghabiskan hari ini bersamanya, tak mendapat respon yang kuinginkan. Dia seperti … sama sekali tak tertarik untuk bersamaku.“Ya udah,” sahutku yang langsung melepaskan genggaman tanganku, “kamu balik aja ke Anita. Toh, nanti juga bakalan ada cowok cakep lain yang mau culik aku dari sini.” Kutekuk
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 96

“Hah! Ponselku mati? Jadi dari tadi ponselku mati?” ulangku masih tak percaya dengan ucapannya. Kuambil benda pipih itu dari dalam tas kecilku. Dan benarlah. Layarnya gelap tanpa tanda kehidupan. Aku menghela napas. “Maaf, aku kira kamu nggak telpon atau cari aku sama sekali karena kamu sudah nggak peduli lagi sama aku.” “Kenapa kamu sampai punya pikiran seperti itu?” “Ya … itu juga gara-gara kamu,” sahutku, “aku udah panas-panas cuman pingin kasih kejutan buat kamu di kantor kamu. Tapi malah aku yang dibuat kesal habis-habisan. Dari satpam kantor, sekretaris, bahkan kamu sendiri juga sepertinya nggak mau aku datang.” “Bukan gitu Alea.” “Kalau bukan itu alasannya, apa lagi? Orang-orang di kantor kamu juga sepertinya nggak suka liat aku datang. Mereka seperti liat alien, apa aku terlalu aneh buat mereka?” protesku lagi. “Jadi itu alasannya kamu mengubah penampilan kamu seperti ini?” tanyanya seperti mencoba memahami perasaanku. Aku menganggukkan kepalaku. “Aku cuma mau terli
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 97

“Makasih buat apa?” tanyanya. “Buat ceritakan semua perasaan Bapak dengan jujur,” sahutku. “Lalu jawaban kamu? Tadi kan, kamu belum jawab pertanyaanku.” Lelaki itu menuntut sebuah jawaban atas pertanyaannya tadi. Aku menarik sudut bibirku, memamerkan seulas senyumanku padanya. “Rahasia.” “Alea. Itu nggak sportif namanya,” protesnya. “Biarin, wee,” sahutku sembari menjulurkan lidah. Tentu saja aku tidak ingin mengatakan apa yang ada dalam hatiku. Aku tidak ingin dia tahu bahwa perasaanku juga sudah berubah karena cara dia memperlakukan aku. Aku tidak ingin dia tahu, bahwa perhatiannya dan kelembutannya selama ini sudah membuatku jatuh cinta. Bukan hanya itu, sepertinya aku bahkan jadi tergantung padanya. Aku seperti tak akan bisa hidup tanpa dia di sisiku. Tidak seperti yang kuduga. Malam ini taman hiburan leb8h ramai dari biasanya. Hiruk pikuk para pengunjungnya membuatku terkadang terdorong bahkan terhimpit di antara lautan manusia itu. Namun selama genggaman erat tangan
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 98

Beberapa detik yang membuat jantungku seperti berhenti berdetak. Sesaat kutatap sepasang manik indah lelaki di sampingku. Lelaki yang kini telah berhasil mencuri hatiku. Ia baru saja menciumku di sini. Jauh dari permukaan tanah, disaksikan ribuan bintang di langit dan lautan manusia di bawah sana. Lelaki itu meraih pinggangku, dan untuk kedua kalinya ia menipiskan jarak di antara kami dan mengecup bibirku dengan lembut. Ah … tidak, kecupan lembut itu berubah menjadi lumatan yang penuh gairah. Klik! “Hei, apa yang kalian berdua lakukan?” tanya sang petugas saat membuka pintu bianglala dengan ekspresi terkejut.Mendengar suara itu, tentu saja kami langsung saling melepaskan diri. Rasanya seperti … seekor kucing yang sedang tertangkap basah berada di atas meja makan dan menikmati seekor ikan goreng.Malu? Tentu saja. Aku harap semua ini hanyalah mimpi dan aku terbangun di atas kasurku sebentar lagi. Tapi sesaat kemudian pintu itu kembali tertutup. “Oke, satu putaran lagi buat kalian
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 99

Udara terasa semakin dingin saat pagi menjelang. Hangatnya tubuh dan lembab kulitnya, masih enggan kulepaskan dari pelukanku. Detak irama jantungnya terdengar jelas di telingaku. Bahkan aroma tubuh maskulinnya tercium dengan jelas oleh indraku. “Alea, kamu belum tidur?” Suara itu terdengar lembut, seakan takut mengusikku yang masih berada dalam dekapannya. “Hmm …” sahutku dengan tenaga yang tersisa, “mana bisa aku tidur setelah kena jurus serangan tanpa bayanganmu barusan.”Lelaki itu tergelak. Namun sesaat kemudian ia terdengar mulai serius. “Sebelum kuliahmu dimulai, kenapa kita tidak pergi ke suatu tempat, menghabiskan waktu berdua tanpa memikirkan apapun. Hanya berdua saja,” ucap Pak Jonathan tiba-tiba. “Seperti saat ini?” tanyaku.“Tidak. Lebih dari ini. Mungkin seminggu atau dua,” lanjutnya, “atau lebih.” “Seperti … bulan madu?” tanyaku lagi“Benar. Bulan madu. Kita belum melakukannya, kan?” lanjutnya lagi, “kamu mau?”“Nggak,” sahutku cepat.Pak Jonathan menghela napas. Se
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 100

“Apa? Bali?”“Iya. Aku sudah minta Anita untuk mempersiapkan semua akomodasi yang kita butuhkan,” ucap Pak Jonathan. Lelaki itu tampak bersemangat saat menceritakan niatnya. Kutatap daging salmon di atas hidangan sushi di piringku tanpa selera. Membayangkan indahnya pulau dewata yang mungkin hanya bisa kunikmati dari balik jendela kamar selama dua minggu, benar-benar membuatku semakin kesal. “Hei, dengar. Banyak tempat yang bisa kita kunjungi di sana. Nggak kalah sama luar negeri. Bahkan turis mancanegara saja, lebih memilih pulau itu sebagai destinasi mereka,” terang Pak Jonathan. “Iya, aku tahu,” keluhku, “asal kamu nggak kurung aku di kamar cuman buat jadi mesin pencetak bayi, aja.” “What?” pekik Pak Jonathan tiba-tiba, “jadi sedari tadi kamu mikirin itu? Aku cuma bercanda, Alea. Hei … aku itu sayang sama kamu. Yang aku pikirkan cuma bagaimana cara untuk membahagiakan kamu, Sayang.” Aku menatapnya dengan sudut mataku. “Sungguh? Tentang bayi itu, kamu nggak serius, kan?” “Asta
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status