Home / Romansa / Janda Tapi Perawan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Janda Tapi Perawan: Chapter 91 - Chapter 100

113 Chapters

Percintaan Malam

"Manggala ...." Aira diam terpaku. Pikirannya mendadak kosong. Padahal, dia sudah mengetahui dari sang tante bahwa suaminya masih hidup. Namun, Aira sama sekali tak menyangka bahwa dia akan bertemu saat ini juga dengan sosok suaminya. "Iya, Sayang. Kamu baik-baik saja, kan?" Manggala tersenyum begitu manis. Dia maju mendekat sambil mengulurkan tangan, hendak menyentuh pipi wanita yang teramat dia cintai itu. Sayangnya, Aira refleks melangkah mundur. Dia masih dalam tahap terkejut dan tak percaya. Setahun lamanya Aira mengira jika dirinya benar-benar telah ditinggalkan oleh Manggala. Selama itu pula, yang tertanam di otaknya adalah sang suami meninggal dan Aira menjadi janda. "Sayang, kenapa?" Sorot mata Manggala memelas, menatap penuh harap pada wanita yang masih menjadi istrinya itu. "Aku tidak percaya ini." Aira menggeleng lemah. "Ka-kamu sudah mati," desisnya dengan suara bergetar. "Hei." Manggala tampak keberatan. "Ini aku. Aku masih di sini. Maaf, jika selama ini kamu
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Tersadar

Aira terbangun mendengar rengekan khas Enzo di pagi hari. Panik, dia segera membuka mata lebar-lebar dan meraba seluruh tubuhnya. "Aku sudah memakai baju," gumam Aira sembari bernapas lega. Dia juga memperhatikan posisinya berbaring saat ini, yaitu di atas ranjangnya sendiri. Sekilas, teringat olehnya percintaan panas bersama Manggala semalam di kamar mandi."Mam ... maa!" Enzo mulai tak sabar. Bayi berusia 1,5 tahun itu berdiri sambil berpegangan di pagar pengaman tempat tidurnya. "Enzo!" Sesaat setelah kesadaran Aira kembali sepenuhnya, dia bergegas menghampiri dan menggendong sang putra. Detik itu juga Aira memperhatikan sekeliling, mencari-cari keberadaan Manggala yang telah bercinta dengannya semalam suntuk itu. Dia bahkan membawa Enzo masuk ke kamar mandi, demi mencari sosok sang suami.Namun, sayang. Pria yang baru saja melepas rindu dengannya itu sudah tak ada di sana. Bahkan, Manggala tak meninggalkan jejak sedikit pun. "Enzo, mana Papa?" iseng Aira bertanya pada putranya. T
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Penggemar Baru

Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan Aira dengan Manggala. Setelah berdiskusi bersama seluruh anggota keluarga, Aira pun memutuskan untuk berangkat ke Amerika. Sayangnya, Sammy tak diajak serta. Bukannya Aira kejam, tapi dia hanya ingin melindungi bocah malang itu dari kenyataan yang mungkin saja dia alami. Aira hanya berusaha untuk berjaga-jaga jika ayah biologis Sammy menolak kehadiran Sammy dan akan semakin membuat bocah itu terluka. "Sammy baik-baik bersama Nenek, ya," pamit Aira dengan mata berkaca-kaca. Padahal, tak sampai seminggu Sammy tinggal di rumahnya, tapi bocah itu telah berhasil menghipnotis semua orang dan mendapatkan kasih sayang yang begitu besar oleh semua penduduk rumah. "Nanti kita memancing lagi di kolam belakang, ya," hibur Kartika saat melihat raut Sammy yang sedikit murung. "Apakah Aunty Aira akan lama berada di New York?" tanya Sammy lesu. "Tentu saja tidak!" elak Aira. "Pokoknya setelah semua urusan beres, Tante akan pulang dan mengajak
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Salah Paham

Aira bernapas lega ketika berhasil menidurkan Enzo di kursi khusus bayi yang sengaja dia pesan untuk putranya. Namun, kelegaan itu tak berlangsung lama. Aira mendengar suara keributan yang berasal dari belakang tempat duduknya. "Sepertinya itu suara Tante Mira, deh?" celetuk Ibra. Penasaran, Aira langsung bangkit dari duduk dan menoleh ke belakang. Benar saja, tantenya itu seperti sedang beradu mulut dengan seorang pria, sampai-sampai beberapa awak kabin datang melerai. "Astaga, bikin malu saja!" omel Aira pelan. Dengan tergesa, dia berdiri dan mendekati Mira. "Ada apa ini, Tante?" sergah Aira. "Kita sudah ditipu, Ra!" jawab Mira dengan nada menggelegar. "Ditipu? Siapa yang menipu?" Aira benar-benar tak paham dengan maksud perkataan sang tante. "Nih!" Mira mengarahkan telunjuknya tepat ke muka Alex. "Ini dia tukang tipunya!" "Hah?!" Aira semakin bingung menghadapi sikap Mira. Belum habis tanda tanyanya, dua orang awak kabin lain datang menghampiri. "Maaf, Tuan dan Nyo
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bebas

Hampir 24 jam perjalanan udara, kini rombongan Aira sudah tiba di bandara John F. Kennedy, New York. Aira meletakkan Enzo di stroller, lalu mendorongnya menyusuri area terminal kedatangan. Sementara itu, Ibra sibuk dengan troli berisi barang-barangnya dan Aira. "Setelah ini, kita ke mana, Kak?" tanyanya pada sang kakak ipar. Belum sempat Aira menjawab, teriakan seseorang tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Ibra dan Aira spontan menoleh ke arah suara. Ternyata, suara cempreng itu adalah milik Catherine. "Aira!" serunya seraya menghambur ke pelukan sahabatnya itu. "Cat! Jadi kau yang menjemput?" balas Aira ceria. "Iya! Mr. Jati yang memberitahukan bahwa kalian semua akan datang hari ini, dan dia memintaku untuk menjemput kalian," papar Catherine. "Kok Jati bisa tahu kalau kita datang ke New York hari ini?" Mira memicingkan mata curiga. "Biasa ... Kak Wildan!" Aira memutar bola matanya malas. Siapa lagi yang dengan mudahnya membocorkan rahasia pada Jati jika bukan kakak ip
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Perjanjian Hitam

"Manggala sekarang kaya raya, ya. Dia bisa sewa penthouse sebesar ini," celetuk Mira, yang membuat semua orang memusatkan perhatian kepadanya. "Benar juga, ya," gumam Ibra. "Apa bisnis start upnya meningkat pesat?" terka pemuda tampan itu. Alex langsung menggeleng. "Saya belum bisa mengatakannya pada kalian, tapi Tuan Manggala mendapat dukungan dari banyak orang penting dan berpengaruh," ungkapnya. "Ah, syukurlah." Ibra mengempaskan napas lega. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Untuk anda, bisa istirahat di sini sambil menjaga Tuan Muda Enzo, sedangkan saya dan Nyonya Aira akan menemui Tuan Clarks," timpal Alex. "Hah? Lalu, aku bagaimana?" Mira menunjuk hidung sendiri. "Anda temani Tuan Ibra saja, menjaga Tuan Muda Enzo," jawab Alex sambil tersenyum puas. Sayang, senyuman menawan itu tak berlangsung lama. Sebuah suara nyaring yang berasal dari interkom, memudarkan lengkungan bibirnya. Alex buru-buru menekan satu tombol pada benda persegi yang tertempel di di
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Potret Malam

Aira berbaring santai di kamar yang berada di lantai dua bersama Enzo yang tertidur pulas di sebelahnya. Lembut jemarinya membelai pucuk kepala putra semata wayang yang semakin tampan dari hari ke hari. Saat itu, Aira boleh bernapas lega karena pertemuannya dengan William dapat dikatakan berhasil. Pria itu bersedia datang ke Indonesia untuk bertemu dengan Sammy. Rencana selanjutnya adalah mempertemukan William dengan Cynthia. "Kak." Terdengar ketukan pelan dari arah pintu yang tak tertutup sempurna. Aira menoleh dan tersenyum mendapati Ibra berdiri dan bersandar di ambang pintu. "Hei," balasnya seraya beringsut turun dari ranjang. Aira berniat untuk menghampiri adik iparnya itu. "Kok belum tidur?" "Pengen jalan-jalan, mumpung di sini," jawab Ibra. "Seminggu lagi kita pulang, kan?" Aira mengangguk. Dirinya dan Mira memang berniat tinggal sedikit lebih lama di New York. Selain karena perjalanan menuju salah satu kota terbesar di dunia itu memakan waktu lama, sehingga tak ingin rugi
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Gemerlap Kota

Ibra berkali-kali mengarahkan lensa kamera Aira ke arah kakak iparnya itu. Entah berapa banyak foto diam-diam yang dia ambil. Sesaat kemudian pemuda tampan itu tersenyum samar. Saat ini, mereka sedang berada di restoran kecil yang menyajikan berbagai macam menu seafood. Ibra dan Aira duduk berhadapan di sebuah meja yang terletak di dekat jendela. "Kak, lihat ini." Ibra menunjukkan hasil fotonya pada Aira. "Cantik, kan?" "Ya, ampun. Ibra! Kenapa kamu memotretku terus? Mana eksposurnya kurang pas pula. Aku jadi kelihatan jelek," sungut Aira. "Siapa bilang? Kak Aira cantik, kok! Mau pose apapun, dan dari sudut manapun, kakak tetap cantik," sanjung Ibra. Matanya berbinar, tanda dia bersungguh-sungguh dalam ucapannya. "Ah, gombal sekali kamu!" gerutu Aira. "Begitu katanya belum punya pacar." "Memang belum. Meskipun pacaran, aku tetap harus menyeleksi. Aku tidak mau sembarangan dekat dengan seseorang," jelasnya. "Seperti apa sih, kriteria cewek favoritmu?" pancing Aira. "Yang
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Tak Sadar

Aira tak jadi berjalan-jalan. Dia memutuskan untuk langsung menjenguk Senja, istri Jati. Deretan rencana yang akan dia lakukan selama berada di New York harus dia batalkan sebab William sudah mendesak mereka supaya dapat terbang ke Indonesia secepatnya. Tak ada yang Aira lakukan selain menuruti permintaan pria yang dia harapkan untuk bisa menolong suaminya itu. "Biar Enzo sama aku, Ra," cetus Mira. "Saya yang menemani, jangan khawatir," timpal Alex. Sedangkan, Ibra tak terlihat. Hanya terdengar suaranya saja yang riang berceloteh. Ya, Ibra tengah asyik bermain bersama Enzo di lantai dua penthouse. "Aira pergi dulu, Tante," pamitnya seraya mencium pipi kiri dan kanan Mira. Keluar dari gedung apartemen mewah yang rencana awalnya akan ditempati selama sebulan, tapi kini harus ditinggalkan dalam waktu kurang dari seminggu saja, Aira dan Alex berjalan menghampiri sebuah kendaraan mewah yang disupiri oleh Fox. "Ke rumah sakit Metro," ucap Alex tanpa ditanya. Fox mengangguk, lalu mem
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Buah Cinta

"Senja! Aku sudah menikah. Aku punya suami!" tegas Aira seraya menarik tangannya paksa. Tentu apa yang dia ucapkan itu membuat Senja dan Jati kebingungan. Terutama Jati yang mengira bahwa Aira masih belum bisa bangkit dari rasa kehilangannya."Ra, maaf. Bukannya aku menggurui, tapi kurasa hidup harus terus berjalan. Kamu harus bisa menatap ke depan, sesulit apapun. Kasihan anakmu," tutur Senja dengan nada bicara lemah. "Kalau kamu terpuruk seperti ini, aku akan semakin merasa bersalah," ujarnya.Aira terkesiap. Dia sadar jika dua orang di depannya ini sama sekali tak mengetahui perihal kematian palsu Manggala. Sementara untuk mengungkapkan kebenaran pada pasangan suami istri itu juga tak mungkin, sehingga Aira memutuskan untuk bersandiwara."Te-terima kasih nasihatnya, Senja. Tapi, aku memang benar-benar tak ingin berhubungan dengan lelaki manapun lagi. Bagiku, Manggala akan tetap hidup dalam hati dan pikiranku," tegas Aira.Mendengar hal itu, Jati langsung memalingkan muka. Entah me
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status