Share

Penggemar Baru

Penulis: Ayaya Malila
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 23:52:15
Beberapa hari telah berlalu sejak pertemuan Aira dengan Manggala.

Setelah berdiskusi bersama seluruh anggota keluarga, Aira pun memutuskan untuk berangkat ke Amerika. Sayangnya, Sammy tak diajak serta.

Bukannya Aira kejam, tapi dia hanya ingin melindungi bocah malang itu dari kenyataan yang mungkin saja dia alami.

Aira hanya berusaha untuk berjaga-jaga jika ayah biologis Sammy menolak kehadiran Sammy dan akan semakin membuat bocah itu terluka.

"Sammy baik-baik bersama Nenek, ya," pamit Aira dengan mata berkaca-kaca. Padahal, tak sampai seminggu Sammy tinggal di rumahnya, tapi bocah itu telah berhasil menghipnotis semua orang dan mendapatkan kasih sayang yang begitu besar oleh semua penduduk rumah.

"Nanti kita memancing lagi di kolam belakang, ya," hibur Kartika saat melihat raut Sammy yang sedikit murung.

"Apakah Aunty Aira akan lama berada di New York?" tanya Sammy lesu.

"Tentu saja tidak!" elak Aira. "Pokoknya setelah semua urusan beres, Tante akan pulang dan mengajak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Janda Tapi Perawan   Salah Paham

    Aira bernapas lega ketika berhasil menidurkan Enzo di kursi khusus bayi yang sengaja dia pesan untuk putranya. Namun, kelegaan itu tak berlangsung lama. Aira mendengar suara keributan yang berasal dari belakang tempat duduknya. "Sepertinya itu suara Tante Mira, deh?" celetuk Ibra. Penasaran, Aira langsung bangkit dari duduk dan menoleh ke belakang. Benar saja, tantenya itu seperti sedang beradu mulut dengan seorang pria, sampai-sampai beberapa awak kabin datang melerai. "Astaga, bikin malu saja!" omel Aira pelan. Dengan tergesa, dia berdiri dan mendekati Mira. "Ada apa ini, Tante?" sergah Aira. "Kita sudah ditipu, Ra!" jawab Mira dengan nada menggelegar. "Ditipu? Siapa yang menipu?" Aira benar-benar tak paham dengan maksud perkataan sang tante. "Nih!" Mira mengarahkan telunjuknya tepat ke muka Alex. "Ini dia tukang tipunya!" "Hah?!" Aira semakin bingung menghadapi sikap Mira. Belum habis tanda tanyanya, dua orang awak kabin lain datang menghampiri. "Maaf, Tuan dan Nyo

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Janda Tapi Perawan   Bebas

    Hampir 24 jam perjalanan udara, kini rombongan Aira sudah tiba di bandara John F. Kennedy, New York. Aira meletakkan Enzo di stroller, lalu mendorongnya menyusuri area terminal kedatangan. Sementara itu, Ibra sibuk dengan troli berisi barang-barangnya dan Aira. "Setelah ini, kita ke mana, Kak?" tanyanya pada sang kakak ipar. Belum sempat Aira menjawab, teriakan seseorang tiba-tiba mengalihkan perhatiannya. Ibra dan Aira spontan menoleh ke arah suara. Ternyata, suara cempreng itu adalah milik Catherine. "Aira!" serunya seraya menghambur ke pelukan sahabatnya itu. "Cat! Jadi kau yang menjemput?" balas Aira ceria. "Iya! Mr. Jati yang memberitahukan bahwa kalian semua akan datang hari ini, dan dia memintaku untuk menjemput kalian," papar Catherine. "Kok Jati bisa tahu kalau kita datang ke New York hari ini?" Mira memicingkan mata curiga. "Biasa ... Kak Wildan!" Aira memutar bola matanya malas. Siapa lagi yang dengan mudahnya membocorkan rahasia pada Jati jika bukan kakak ip

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Janda Tapi Perawan   Perjanjian Hitam

    "Manggala sekarang kaya raya, ya. Dia bisa sewa penthouse sebesar ini," celetuk Mira, yang membuat semua orang memusatkan perhatian kepadanya. "Benar juga, ya," gumam Ibra. "Apa bisnis start upnya meningkat pesat?" terka pemuda tampan itu. Alex langsung menggeleng. "Saya belum bisa mengatakannya pada kalian, tapi Tuan Manggala mendapat dukungan dari banyak orang penting dan berpengaruh," ungkapnya. "Ah, syukurlah." Ibra mengempaskan napas lega. "Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?" "Untuk anda, bisa istirahat di sini sambil menjaga Tuan Muda Enzo, sedangkan saya dan Nyonya Aira akan menemui Tuan Clarks," timpal Alex. "Hah? Lalu, aku bagaimana?" Mira menunjuk hidung sendiri. "Anda temani Tuan Ibra saja, menjaga Tuan Muda Enzo," jawab Alex sambil tersenyum puas. Sayang, senyuman menawan itu tak berlangsung lama. Sebuah suara nyaring yang berasal dari interkom, memudarkan lengkungan bibirnya. Alex buru-buru menekan satu tombol pada benda persegi yang tertempel di di

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Janda Tapi Perawan   Potret Malam

    Aira berbaring santai di kamar yang berada di lantai dua bersama Enzo yang tertidur pulas di sebelahnya. Lembut jemarinya membelai pucuk kepala putra semata wayang yang semakin tampan dari hari ke hari. Saat itu, Aira boleh bernapas lega karena pertemuannya dengan William dapat dikatakan berhasil. Pria itu bersedia datang ke Indonesia untuk bertemu dengan Sammy. Rencana selanjutnya adalah mempertemukan William dengan Cynthia. "Kak." Terdengar ketukan pelan dari arah pintu yang tak tertutup sempurna. Aira menoleh dan tersenyum mendapati Ibra berdiri dan bersandar di ambang pintu. "Hei," balasnya seraya beringsut turun dari ranjang. Aira berniat untuk menghampiri adik iparnya itu. "Kok belum tidur?" "Pengen jalan-jalan, mumpung di sini," jawab Ibra. "Seminggu lagi kita pulang, kan?" Aira mengangguk. Dirinya dan Mira memang berniat tinggal sedikit lebih lama di New York. Selain karena perjalanan menuju salah satu kota terbesar di dunia itu memakan waktu lama, sehingga tak ingin rugi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Janda Tapi Perawan   Gemerlap Kota

    Ibra berkali-kali mengarahkan lensa kamera Aira ke arah kakak iparnya itu. Entah berapa banyak foto diam-diam yang dia ambil. Sesaat kemudian pemuda tampan itu tersenyum samar. Saat ini, mereka sedang berada di restoran kecil yang menyajikan berbagai macam menu seafood. Ibra dan Aira duduk berhadapan di sebuah meja yang terletak di dekat jendela. "Kak, lihat ini." Ibra menunjukkan hasil fotonya pada Aira. "Cantik, kan?" "Ya, ampun. Ibra! Kenapa kamu memotretku terus? Mana eksposurnya kurang pas pula. Aku jadi kelihatan jelek," sungut Aira. "Siapa bilang? Kak Aira cantik, kok! Mau pose apapun, dan dari sudut manapun, kakak tetap cantik," sanjung Ibra. Matanya berbinar, tanda dia bersungguh-sungguh dalam ucapannya. "Ah, gombal sekali kamu!" gerutu Aira. "Begitu katanya belum punya pacar." "Memang belum. Meskipun pacaran, aku tetap harus menyeleksi. Aku tidak mau sembarangan dekat dengan seseorang," jelasnya. "Seperti apa sih, kriteria cewek favoritmu?" pancing Aira. "Yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Janda Tapi Perawan   Tak Sadar

    Aira tak jadi berjalan-jalan. Dia memutuskan untuk langsung menjenguk Senja, istri Jati. Deretan rencana yang akan dia lakukan selama berada di New York harus dia batalkan sebab William sudah mendesak mereka supaya dapat terbang ke Indonesia secepatnya. Tak ada yang Aira lakukan selain menuruti permintaan pria yang dia harapkan untuk bisa menolong suaminya itu. "Biar Enzo sama aku, Ra," cetus Mira. "Saya yang menemani, jangan khawatir," timpal Alex. Sedangkan, Ibra tak terlihat. Hanya terdengar suaranya saja yang riang berceloteh. Ya, Ibra tengah asyik bermain bersama Enzo di lantai dua penthouse. "Aira pergi dulu, Tante," pamitnya seraya mencium pipi kiri dan kanan Mira. Keluar dari gedung apartemen mewah yang rencana awalnya akan ditempati selama sebulan, tapi kini harus ditinggalkan dalam waktu kurang dari seminggu saja, Aira dan Alex berjalan menghampiri sebuah kendaraan mewah yang disupiri oleh Fox. "Ke rumah sakit Metro," ucap Alex tanpa ditanya. Fox mengangguk, lalu mem

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Janda Tapi Perawan   Buah Cinta

    "Senja! Aku sudah menikah. Aku punya suami!" tegas Aira seraya menarik tangannya paksa. Tentu apa yang dia ucapkan itu membuat Senja dan Jati kebingungan. Terutama Jati yang mengira bahwa Aira masih belum bisa bangkit dari rasa kehilangannya."Ra, maaf. Bukannya aku menggurui, tapi kurasa hidup harus terus berjalan. Kamu harus bisa menatap ke depan, sesulit apapun. Kasihan anakmu," tutur Senja dengan nada bicara lemah. "Kalau kamu terpuruk seperti ini, aku akan semakin merasa bersalah," ujarnya.Aira terkesiap. Dia sadar jika dua orang di depannya ini sama sekali tak mengetahui perihal kematian palsu Manggala. Sementara untuk mengungkapkan kebenaran pada pasangan suami istri itu juga tak mungkin, sehingga Aira memutuskan untuk bersandiwara."Te-terima kasih nasihatnya, Senja. Tapi, aku memang benar-benar tak ingin berhubungan dengan lelaki manapun lagi. Bagiku, Manggala akan tetap hidup dalam hati dan pikiranku," tegas Aira.Mendengar hal itu, Jati langsung memalingkan muka. Entah me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Janda Tapi Perawan   Tak Mengerti

    Aira mengempaskan napas pelan. "Tenang saja, Tante. Aku yakin, Ibra anak yang baik. Dia tidak akan berani berbuat macam-macam. Terlebih, Ibra sangat menyayangi dan menghormati Manggala," tuturnya. "Tapi, tak ada salahnya berjaga-jaga." Mira bersikeras. "Iya." Aira mengangguk seraya tersenyum, sebagai isyarat jika dirinya tak ingin berdebat lagi. Mira pun akhirnya menyadari bahwa dia atak boleh terlalu dalam memaksakan kehendak serta mengatur Aira. "Ya, sudah. Kamu susul dulu Enzo di kamar Sinta," titahnya mengalihkan pembicaraan. "Tunggu. Aira mau melihat keadaan Sammy dulu," balasnya. Sejak kedatangannya dari New York beberapa jam lalu, Aira belum sempat menjenguk Sammy. Berdasarkan informasi dari Kartika, bocah kecil itu tengah asyik bermain bersama anak dari salah satu asisten rumah tangga di kediaman Kartika yang memiliki usia sama. "Den Sammy ada di halaman belakang, Non. Asyik memancing bersama Bagus," ujar salah satu pekerja di rumah itu. "Oh, oke. Terima kasih, Bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-24

Bab terbaru

  • Janda Tapi Perawan   Bahagia Untuk Semua

    "Hei, Manggala. Kau datang?" sapa Cynthia dengan suara yang sengaja dibuat manja dan menggoda. "Ya, bersama Aira. Dia sedang ke toilet." Manggala mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari wanita yang sampai detik itu masih menyimpan rasa cinta untuknya. "Hm, anakmu tampan," sanjung Cynthia sambil iseng menyentuh pipi gembul Enzo. "Terima kasih," ucap Manggala singkat. "Di mana William dan Sammy?" tanyanya mengalihkan perhatian Cynthia. "Sedang bersiap bersama kru event organizer," jawab Cynthia dengan tatapan tak lepas dari wajah tampan Manggala. "Kalau begitu, aku permisi hendak menyusul Aira ke toilet," pamit Manggala. Sejak awal, dia merasa tak nyaman dengan interaksi Cynthia. Sebisa mungkin, Manggala akan berusaha mati-matian untuk menjauh dari ibunda Sammy itu. "Minggu depan adalah sidang pertama ayahku!" seru Cynthia, mencegah langkah Manggala agar tak buru-buru menjauh. "Baguslah!" sahut Manggala singkat. "Banyak saksi baru yang memberatkan ayahku. Ditambah m

  • Janda Tapi Perawan   Undangan Pesta

    Aira mengajak Catherine ke ruang tamu. Untuk menuju ke sana, mereka harus melewati taman belakang. Masih ada Ibra dan Arka yang betah nongkrong di bangku taman. "Kak," sapa Arka dengan sorot penuh arti. Aira yang memahami maksud adik iparnya, langsung tersenyum lebar. "Cat, kenalkan, mereka adik-adikku yang tampan!" Merasa dirinya dipanggil, Catherine yang awalnya berjalan dengan tatapan lurus ke depan sambil menggendong Enzo, segera menoleh. Sementara Ratri yang berada di gendongan Aira, mulai rewel. Bayi cantik itu merengek ingin bersama ibunya. "Ibra, Arka. Kalian berdua mengobrol dulu saja dengan Catherine. Aku mau mengantar Ratri ke ibunya," pamit Aira. Dia langsung pergi tanpa menunggu tanggapan ketiga orang itu. Beberapa langkah menjauh, Aira bisa mendengar gelak tawa dan obrolan ringan yang berasal dari Catherine beserta dua adik iparnya. Sesekali, Enzo ikut berceloteh. Aira pun tersenyum lega. Ternyata, tak sulit bagi mereka bertiga untuk saling mengakrabkan di

  • Janda Tapi Perawan   Jelas Berbeda

    "Hah, menikah?" Aira terkejut luar biasa. "Bukankah Tante Mira memutuskan untuk melajang seumur hidup?" serunya.Teringat oleh Aira, dulu sang tante mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan menikah. Alasannya hanya satu, yaitu ribet. Namun, siapa sangka jika hari ini, prinsip itu roboh."Coba tebak, siapa calonnya?" sela Kartika tak kalah antusias."Alex!" sahut Manggala enteng. "Lho, kok tahu?" Kartika melongo."Kapan hari kami melihat Tante Mira dilamar oleh Alex," beber Manggala sambil tersenyum geli."Ya, ampun!" Aira menepuk dahi."Jadi, kedatangan kami kemari adalah mengundang keluarga Manggala untuk hadir dalam resepsi sederhana yang akan diadakan di rumah," tutur Kartika."Tentu, Jeng. Dengan senang hati, kami akan hadir!" balas Imelda tak kalah antusias."Syukurlah!" Kartika berdiri memeluk Imelda, kemudian menyalami Bayu yang lebih banyak diam dan hanya senyum-senyum saja."Eh, tunggu! Enzo dan Ratri ke mana?" Saking hebohnya, Aira sampai melupakan keberadaan putra semata waya

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Selamanya

    Manggala menahan napas. Menelan ludah pun terasa sulit. Tak disangka Aira bersedia menuruti keinginan gilanya. "Ra, sudah, Ra. Kamu menang," desis Manggala saat Aira terus meliukkan tubuh yang kini hanya terbalut pakaian dalam. "Nanggung, Sayang." Rupanya Aira terbawa permainan sendiri. Dia begitu menghayati hingga tanpa sadar kini hanya tersisa segitiga hitam berenda yang menutupi inti tubuhnya. "Oke, stop!" Manggala bangkit dari ranjang dan menerjang Aira. Dicumbuinya sang istri dengan sedikit kasar. Manggala lalu mendudukkan Aira di sofa, mengungkung dan menyerangnya dengan ciuman. Ketika Manggala hendak melepas segitiga berenda itu, Aira tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan suaminya. "Tunggu!" pinta Aira. "Lepas, Ra," geram Manggala yang sudah tak dapat menahan gairah. "Kamu masih marah, kan? Masih cemburu?" cecar Aira. Manggala menggeleng lemah. "Aku memaafkanmu, Sayang. Sekarang, ayo kita lanjut!" Manggala mendorong lembut tubuh Aira hingga berbaring di sofa. Dia l

  • Janda Tapi Perawan   Debat Panas

    "Sayang, kamu marah, ya?" Aira menarik-narik ujung lengan T-shirt yang dikenakan Manggala. "Sungguh aku tidak tahu kalau Hilda akan mengajakku ke rumah itu," beber Aira membela diri. Manggala masih diam, meskipun jemari Aira sudah menggerayangi bagian-bagian sensitif di tubuh tegapnya. "Sayang, please. Jangan diamkan aku. Aku tak kuat," rayu Aira tak putus asa. Kini, dia mengalungkan tangan di leher Manggala, lalu menariknya pelan. Dikecupnya leher kokoh itu berkali-kali. "Aira, geli!" hardik Manggala kesal. Dia jadi tidak bisa berkonsentrasi mengendarai mobil. Namun, Aira seakan tak menghiraukan protes suaminya. Dia malah meninggalkan bekas merah keunguan di leher bawah Manggala. "Astaga!" Manggala menyerah. Dia tak mau membahayakan istrinya akibat tidak bisa konsentrasi saat mengemudi. Dengan penuh emosi, Manggala membelokkan kemudi di sebuah hotel yang kebetulan dia lintasi. "Lho, Ngga? Kok belok ke hotel? Mau ngapain?" cecar Aira grogi. "Menurutmu?" sahut Man

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Dan Percaya

    "Tadi rencananya Tante mau mengajak kamu makan pagi menjelang siang bersama-sama, tapi Hilda buru-buru berpamitan pulang," ujar Andini. "Oh, iya, Bu. Kebetulan suami saya juga barusan menelepon. Saya harus cepat-cepat kembali ke kantor," pamit Aira. "Iya, tentu! Tapi, sebelum kamu pulang, tolong bawa ini untuk makan siang kalian. Ini untuk Hilda dan suaminya juga." Andini menyodorkan lima kotak makanan pada Aira. "Banyak banget, Tante?" Sambil berkata demikian, Hilda langsung meraih kotak-kotak makanan yang ditata dalam paperbag itu. "Biasanya para pria porsi makannya lebih banyak," timpal Andini seraya tertawa. "Ah, Tante memang yang terbaik!" sanjung Hilda. Dipeluknya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Tak lupa ciuman pipi kanan dan kiri. Begitu pula Aira. Dia memeluk Andini cukup lama. Ada rasa haru terselip di dada. Bagaimanapun, sejak menjadi menantu, ibunda Jati itu selalu bersikap baik dan lembut padanya. "Sering-sering main ke sini ya, Nak," pinta

  • Janda Tapi Perawan   In Another Life

    Aira berkata sejujurnya. Dia sudah melepaskan masa lalu. Tak ada lagi alasan baginya untuk melihat ke belakang. Dia sudah sangat bahagia bersama Manggala, terlepas dari permasalahan besar yang pernah menimpa sang suami dan dirinya. Jati pun sepertinya tak perlu tahu tentang hal itu. Apalagi Manggala berhasil menyembunyikan insiden besar kecelakaan mereka. Tak seorang pun tahu apa yang terjadi dalam kemelut rumah tangga mereka selain keluarga dekat Aira dan Manggala. "Aku sungguh-sungguh minta maaf, Ra," ucap Jati dengan bibir bergetar. "Aku mendapat hukumanku bertahun-tahun lamanya." "Apa?" Aira mengernyit tak mengerti. "Seperti yang kubilang tadi, kukira aku bahagia dengan pilihanku, yaitu Senja. Namun, nyatanya, setelah aku melihat wajah sedihmu di hari perceraian kita, aku merasa gamang," ungkap Jati. "Sejak hari itu, aku merasa ada sudut hatiku yang kosong, ikut terbawa pergi bersamamu. Hal itu mempengaruhi kehidupan rumah tanggaku bersama Senja. Semua jadi terasa ... hambar.

  • Janda Tapi Perawan   Bicara Berdua

    "Eh, ada Aira?" Jati terkesiap menangkap sosok sang mantan istri yang berjarak beberapa meter dari hadapannya itu. "Halo, apa kabar?" Aira melambaikan tangan, berusaha menyamarkan sikap canggung yang tak biasa. "Kok, kamu bisa ada di sini, Ra?" tanya Jati terheran-heran. Dia seolah tak percaya melihat penampakan Aira di rumah yang pernah mereka tinggali bersama itu. "Aku yang mengajaknya ke sini, Mas. Kebetulan, suami Mbak Aira berteman dekat dengan Mas Gading," jelas Hilda. "Oh, begitu." Jati tersenyum kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Eh, Ibu sampai lupa!" Andini menepuk pelan dahinya. "Bisa-bisanya sedari tadi Ibu mengajak kalian bicara, tanpa suguhan apa-apa!" "Eh, tidak usah, Bu. Sebentar lagi, kami juga harus kembali ke kantor. Iya kan, Hil?" Aira mengerjapkan mata berkali-kali sebagai isyarat agar Hilda mengiyakan kalimatnya. Namun, sayang. Wanita cantik berambut pendek itu sama sekali tak paham sinyal rahasia yang dikirimkan oleh Aira kepadanya.

  • Janda Tapi Perawan   Nostalgia Sejenak

    Ada rasa yang tak bisa Aira artikan saat memasuki rumah yang pernah dia huni selama menikah dengan Jati itu. Setiap sudut mengingatkannya akan kenangan buruk pernikahannya bersama suami pertamanya itu. Air mata Aira sudah mengambang di pelupuk ketika terdengar langkah kaki yang berasal dari ruang tengah. Spontan Aira dan Hilda menoleh ke arah suara. "Tante! Lihat siapa yang kuajak kemari!" seru Hilda antusias. Sosok yang baru memasuki ruang tamu itu berdiri terpaku sembari menatap nanar Aira. "Hai, Tante Andini. Apa kabar?" sapa Aira kikuk. Buliran air bening yang sedari tadi dia tahan, kini lolos sudah. Hati Aira seakan tercubit saat melihat wanita yang pernah menjadi mertuanya itu. Andini tampak lebih kurus dari saat terakhir mereka bertemu. Walau memang kecantikannya tak pernah pudar. Sikap anggun wanita paruh baya itu juga tetap melekat dalam setiap lakunya. "Kamu Aira? Benar-benar Aira, kan?" tanya Andini dengan bibir bergetar. "Iya, Tante." Ragu-ragu Aira hendak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status