Guru Tua menatap Du Fei, matanya yang semula bersinar kejam, mulai memancarkan kelembutan. "Anak pintar, jangan khawatir!" ujarnya, berusaha tersenyum meski menahan sakit. "Aku tidak akan mati begitu mudah." Ia tertawa kecil, namun tawanya segera berubah menjadi batuk beruntun, mengguncang tubuh tuanya yang terlihat melemah.Setelah batuknya mereda, Guru Tua bertanya dengan nada serius, "Apakah ada tempat persembunyian di dekat sini, Nak?"Du Fei mengerutkan kening, berpikir keras. Tiba-tiba, ia menjentikkan jari, matanya berbinar-binar. "Ada, Kek! Di ujung sana ada gua yang kutemukan beberapa tahun silam. Mari kuantar!"Dengan hati-hati, Du Fei membantu Guru Tua berdiri. Dengan sabar, Du Fei mendukung tubuh lemah Guru Tua, berjalan perlahan menuju gua yang dimaksud. Gua itu tersembunyi di balik semak belukar lebat, jauh dari jalan setapak. Meski tidak terlalu besar, interior gua cukup kering dan terlindung dari angin, menjadikannya tempat sempurna untuk beristirahat.Di dalam gua ad
Last Updated : 2024-09-23 Read more