All Chapters of TERPAKSA MENIKAH dengan CEO TEMPERAMEN: Chapter 31 - Chapter 40

57 Chapters

Bab 31

"Diam, tetap seperti ini. Aku butuh kehangatan, aku menginginkan ini!" Suarnya terdengar seperti orang mengigau.Setelah berpikir sejenak, tanganku meraba lehernya ternyata panas banget. Berarti dia demam tinggi."Mas, badanmu panas banget. Kamu tunggu di sini dulu ya, biar aku buatkan teh hangat sekalian mau bilangin kepala pelayan biar dipanggilkan dokter sekarang!" Aku segera mengurai paksa pelukannya dan menyuruhnya berbaring di kasur. Matanya yang terpejam dengan mulut yang bergetar.Aku beranjak meninggalkannya sendiri di kasur dan bergegas keluar dari kamar menuruni anak tangga dengan langkah cepat. Netraku menyisir mencari keberadaan Kepala Pelayan yang biasa menangani semua urusan di sini. "Pak, itu ...," ucapku terhenti seraya mengatur napas yang tersengal-sengal akibat lari ke sana ke mari."Ratna, ada apa? Bicara pelan-pelan, atur napas dulu!" tukasnya dengan raut muka penuh telisik."Mas Very badannya panas banget sampe-sampe dia ngigau, Pak. Tolong , panggilkan Dokter s
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 32

"Mas, apa yang kamu lakukan padaku? Kenapa kamu ...." Aku menarik diri dan segera menjauh dari hadapannya. Dengan tatapan penuh telisik, aku mencoba menyelami perasaannya lewat sorotan matanya."Kenapa? Apa kamu gak suka menerima ciuman dari lelaki tampan sepertiku? Bukankah kamu tak pernah mendapatkannya dari Febi?" Dia mengernyitkan dahinya dan duduk anteng di atas ranjangnya."Tapi kamu bukan suamiku, gak seharusnya kamu melakukan ini padaku. Aku gak mau terkesan hina di mata semua lelaki, apa kamu selalu begitu kepada semua cewek?" Aku bergeming dengan perasaan yang pilu, merasa diri ini tak berharga hingga mudahnya lelaki menciumku."Maafin aku, Ratna. Bukan maksudku merendahkanmu, tapi ini murni dari perasaanku yang memang tertarik denganmu. Aku bukan lelaki yang seperti itu, kalau aku gak suka dan gak ada rasa, aku tak mungkin melakukannya." Ia segera beranjak dari ranjang dan jalan mendekatiku.Dengan penuh penyesalan dia meminta maaf.Ia menangkupkan kedua tangannya di dada.
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 33

Lama terdiam menahan malu dengan wajah tertunduk. Rasanya tak berani untuk sekedar mengangkat wajah. "Sudah, gak usah baper gitu. Aaa ...," tegurnya, tangannya menepuk bahuku."Eeh, i_iya, Mas, maaf," ucapku canggung, tanganku segera mengarahkan suapan ke mulutnya. Aku menaroh piring itu di atas meja kecil, dan mengambil obat yang harus diminum sekarang. Tak lupa sekalian mengambil air putih untuknya. Setelah selesai tugas ini, aku beranjak keluar untuk mencuci piring kotor ke lantai bawah."Ratna, jangan lama-lama! Cepat kembali ke sini, aku ada perlu sama kamu!" titahnya dengan penuh penekanan. "Iya, Mas, aku cuma mau naroh piring," jawabku sambil beranjak keluar lalu menutup pintu kamar kembali. Saat sudah berada di ruang dapur yang cukup luas untuk ukuran dapur, nampak Bibi sedang mencuci piring.Tanganku menggeser badannya dan meraih piring kotor di wastafel, aku menggantikan posisinya."Sini, Bi, biar aku saja yang mencuci. Bibi duduk saja dulu, kasihan kan, dari pagi sudah
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 34

"Fe_bi, mau ke sini kok, gak bilang-bilang?!" tegur lelaki berhidung mancung yang kini duduk di sebelahku. "Mas, sudah cukup! Gak enak ada Mas Febi!" desisku dengan mengeratkan gigi sembari mengedipkan mata sebagai kode agar ia berhenti menyuapiku."Udah, diam!" balasnya. Dan aku pun tak bisa berkutik, hanya menuruti perintahnya."Eh, i_ya, gue gak sempat telefon loe soalnya buru-buru. Tadi pagi Sekertaris loe bilang katanya loe lagi sakit, gue jadi khawatir. Makanya gue ke sini mau besuk loe. Tapi, sekarang gue lihat loe baik-baik aja, malahan tambah seger!" Ia menjatuhkan bobotnya di atas sofa yang sendiri, menyandarkan punggungnya ke belakang dan menyilangkan kedua kakinya."Kemarin pulang kerja, badan gue menggigil banget, kepala juga pusing. Gue meriang, soalnya kemarin itu pas jam 12 siang gue belum sempat makan, eh, keburu ada klien yang sudah ada janji dari kemarin-kemarin mau meeting bahas proyek yang di daerah Senen itu loh, Feb sampe sore. Perut kosong ditambah kerjaan
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 35

Tak lama aku segera menarik diri, mengurai pelukannya takut ada yang lihat nanti bisa jadi masalah. Aku mengusap air mata yang jatuh dengan ujung jilbabku.Lelaki yang kini masih duduk di sisiku menatapku lekat dengan tatapan yang peduli, seakan dia mengerti kesedihanku."Ratna, aku mau ke bawah nemui Mamah , kamu istirahat dulu, gih! Nanti kalau aku ada perlu baru aku panggil," tukasnya lembut, ia beranjak lalu segera keluar dari kamar. Dan aku pun pergi hendak masuk ke kamar.Tatapanku mengedar ke segala arah, otakku berselancar memikirkan berbagai hal. Tiba-tiba dering ponsel membuyarkan angan dan lamunanku, itu adalah suara nada pesan masuk. Aku segera meraih benda pipih itu yang aku geletakkan sembarangan di atas kasur.{"Ratna, gimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja?} Pesan itu dari Papinya Mas Febi, iya, Beliau mantan mertuaku. Beliau begitu baik dan perhatian sama aku sudah seperti orang tuaku sendiri.{"Aku baik, Pih, Alhamdulillah. Papi sendiri gimana, sehat?} balasku.{
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 36

"Maksudnya Mas Very ...." Hatiku mencelos mendengarnya, apa aku gak salah dengar? Harusnya aku senang mendengarnya karena aku pun punya rasa yang sama. Tapi aku takut kejadian kemarin terulang, rasanya aku belum siap untuk terluka lagi."Iya, Ratna, aku mencintaimu dari dulu higga sekarang." Ia beranjak dari duduknya lalu berjalan mondar-mandir di depanku, kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celananya.Dia bercerita kalau dirinya sudah tiga tahun menjomblo, itu pun dia pacaran bukan untuk dibawa serius. Dia bilang kalau dia dari dulu mencintaiku semenjak kami tinggal di kampung dan sekolah bareng lalu terpisah karena kita sama-sama pindah. Dan hingga kini katanya dia masih mencintaiku dan berharap kami bisa bertemu lagi. Tanpa diduga doanya terkabul dan kini kami berjumpa lagi. Aku gak mau berharap banyak pada lelaki mapan. Takut diri ini menjadi bahan olokan lagi yang nantinya aku membuatku terluka."Ratna, apa kamu mau jadi pendamping hidupku?" Ia berhenti tepat di depanku
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 37

"Ya, bolehlah, masa enggak ....Ya sudah, ayok kita ke kamar Bibi. Di situ ada empat kamar khusus asisten-asisten di sini, ukurannya gak terlalu besar hanya dua kali dua meter persegi."Bi Sukma menuntunku ke kamarnya yang paling pojok."Ratna, ini kamar Bibi, nanti kita tidur berdua ya, kamu boleh taroh baju di sini. Ini masih ada yang kosong." Tangannya menunjuk satu persatu semua yang ada di sini."Iya, Bi, terima kasih ya." Aku terenyuh melihat ketulusan hatinya. "Ratna, tadi kamu kenapa tiba-tiba ke sini bawa tas? Siapa yang menyuruhmu?" Dahinya berkerut dengan tatapan penuh telisik. "Aku disuruh ke sini sama Nyonya, katanya di kamar atas itu khusus buat tamunya yang mau nginap." Aku masih sibuk menata baju dalam lemari, sesekali mengalihkan pandangan ke arahnya."Iya, itu memang betul, ya, sudah gak apa-apa. Kamu tidur di sini sama Bibi," tuturnya lembut, ia mengusap kepalaku sambil tersenyum. "Tapi, Bi, Nyonya ngomongnya ketus banget, bikin aku takut," keluhku."Ya, udah, bia
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 38

"Ratna!! Sudah siap belum?" Mas Very mengetuk pintu kamar ini disertai suara memanggil."Itu pasti Tuan Muda. Biar Bibi buka dulu pintunya." Bibi beranjak lalu berjalan ke arah pintu untuk membukakannya.Saat pintu dibuka, terlihat sosok lelaki dengan celana levis dipadukan dengan kaos pendek tanpa kerah berdiri di ambang pintu. Dia begitu tampan dan mempesona."Ratna, itu sudah ditungguin sama Tuan Muda, kenapa malah bengong?" tegur Bibi membuatku segera tersadar dari lamunanku lalu aku mengedipkan mata berkali-kali. Ternyata barusan aku terkesima melihat lelaki di depan mataku.Dengan mengenakan rok rempelan warna biru dipadukan dengan kemeja lengan panjang motif daun senada dengan jilbabnya. Dengan make-up tipis sekedar menyamarkan kulit yang terlihat pucat. Dandananku ala kadarnya karena beginilah aku, wanita sederhana dari orang tua yang tak mampu dan juga aku bukan wanita karir. "Eh, iya, Bi," jawabku seraya meraih tas kecil yang ada di atas lemari plastik tempatku menaruh baj
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 39

"Mas, siapa dia?" tanyaku kemudian karena kepo juga setelah cewek itu pergi dengan muka ditekuk."Dia mantan aku," jawabnya kesel."Bukannya mantan kamu namanya Rahel yang katanya kuliah bareng sama kamu di luar? Sekarang namanya Sandra?" tanyaku bingung dengan menatapnya serius menunggu jawaban darinya."Iya benar, kalau Sandra mantan terakhirku," jawabnya lagi."Oh, ternyata kamu gonta-ganti cewek terus ya? Laris banget!" lirihku, tapi dia mendengarku."Iya dong, aku kan, cowok keren. Banyak cewek yang ngejar-ngejar untuk minta diajak jalan bareng aku. Tapi, aku gak berselera, aku maunya ...," ia menggantungkan ucapannya sambil menatapku lekat."Maunya ...?" tanyaku melanjutkan."Aku maunya jalan sama kamu, tapi kamunya malah cemberut gini," gerutunya dengan mulut yang dimonyongin.Seketika senyumku terukir indah menghiasi wajahku yang tadi agak kaku karena menahan kesal di dada. Aku menatapnya penuh semangat dengan rasa bangga dan bahagia di hati. Gimana tidak, lelaki sekelas Mas V
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 40

"Mah, udah, cukup ngomelnya! Mamah mau ngapain pagi-pagi ke sini, tumben banget?" pekiknya seraya menggandeng bahunya menuju sofa di kamarnya."Very, Papah siang nanti pulang dan malamnya kita pergi ke rumah teman Papah, si Om Raka," tuturnya."Mau ngapain?" pekik Maa Very penasaran."Papah mau ngenalin kamu sama putri tunggalnya yang cantik," sahutnya dengan melirik ke arahku sambil menyeringai.Sementara putranya itu memberi kode padaku dengan menggerakkan wajahnya agar aku segera keluar dari kamarnya. Mungkin obrolannya yang pribadi itu gak boleh aku dengar.Aku pun mengikuti perintahnya, bergegas keluar dari kamarnya menuju dapur untuk membantu pekerjaan Bibi di belakang."Ratna, kamu kenapa murung gitu? Bukannya barusan dari kamar Tuan Muda?" tanya Bibi penasaran."Aku gak apa-apa, Bi. Sini biar aku aja yang beresin, ya!" tawarku pada Bibi yang sedang memasukkan segala sayur dan ikan-ikan ke dalam kulkas. "Ya, sudah, ini kamu beresin, ya? Bibi mau ngupas bawang buat masak nanti,
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status