Home / Romansa / Mempelai Pengganti Tuan Zeroun / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Mempelai Pengganti Tuan Zeroun: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

Part 41

"Apa tidak ada satu hal pun yang baik dari diriku menurutmu?" tanya Gerald beberapa saat kemudian setelah mereka terdiam dalam keheningan yang tak menyenangkan."Ada." Jawab Ariana cepat yang membuat Gerald kembali mengernyit."Apa itu?" tanya Gerald ingin tahu."Kau orang yang baik." Jawab Ariana lagi."Maksudnya?""Kau orang yang baik dan memiliki kasih sayang yang tulus." Jawab Ariana dengan nada datarnya. "Setidaknya pada orang-orang tertentu." Lanjutnya seolah menjawab tanya tak terucap dalam benak Gerald. "Kau terlihat menyayangi Arshaq dengan tulus. Dan itu salah satu kebaikanmu.Aku juga tahu kalau kau orang yang cukup dermawan. Aku tanpa sengaja tahu kalau kau suka berdonasi pada yayasan secara diam-diam." Ucap Ariana dengan wajah tiba-tiba memanas karena malu.Ia tidak mengintip Gerald , ia hanya secara kebetulan melihat nama sebuah yayasan di atas meja kerja pria itu di perpustakaan kala ia harus menandatangani dokumen adop
Read more

Part 42

Flashback"Tetaplah bertahan." Ucapan lirih bernada memohon itu diiringi dengan derai airmata dari sesosok pria yang sebelumnya amatlah tampan namun karena rasa sakitnya melihat sang istri yang menderita, perlahan menjadi kuyu dan tak bercahaya lagi. "Aku mohon, Sayang. Bertahanlah untukku. Aku masih ingin kita bersama sampai tua." Isak pria itu lagi seraya mengusap airmatanya dengan kasar."Mas. Jangan sedih. Kalau Mas sedih, aku juga ikut sedih." Jawab sang istri dengan lirih. Tubuh wanita yang dulunya segar dan cantik kini teramat kurus. Sisa tulang dan kulit. Bukan hanya itu, kulitnya yang dulu putih kini menghitam dan bahkan berbintik di banyak tempat. Rambutnya rontok. Satu-satunya yang menonjol dari penampilan wanita yang tengah berbaring itu adalah dadanya yang membesar dan seringkali mengeluarkan darah."Maaf.." Isak sang suami seraya mengecup tangan istrinya berkali-kali. "Karena sudah membuatmu menderita selama ini."W
Read more

Part 43

"Aku tidak mempercayai itu pada awalnya. Pikiran remajaku menolak ucapan Evencio. Bagiku, Evencio hanya mengarang cerita seolah Rosaline membenciku supaya aku membencinya. Tidak ada orang yang selalu memberikanku apa yang kumau selain Rosaline."Tapi ternyata pada akhirnya Evencio benar."Ayahku, Alaric. Semakin lama semakin menderita."Melihat Amara yang terlahir melalui jebakan yang dibuat Rosaline dan Hestia membuatnya merasa telah mengkhianati cintanya pada Gandes. Ia meninggal tak lama setelah Amara lahir dalam sebuah kecelakaan yang Evencio duga merupakan percobaan bunuh diri."Semeninggalnya Alaric, kediaman Zeroun berubah kacau. Terlebih dalam wasiat Alaric dia menyatakan bahwa tiga perempat hartanya dan Gandes akan menjadi milikku dan seperempatnya menjadi milik Amara. Tidak sedikitpun hartanya tersisa untuk Hestia."Jika setelahnya aku atau Amara meninggal, maka seluruh harta yang diwariskan untuk kami harus diberikan pada yayasan yang Al
Read more

Part 44

Ariana mendorong bahu Gerald dan melepaskan bibirnya dari bibir pria itu namun membiarkan dahinya menempel di dahi Gerald, begitu juga puncak hidungnya. Keduanya menarik napas dengan tak beraturan. Terengah akibat ciuman penuh gairah yang baru saja mereka lakukan.Telapak tangan Ariana mulai bergerak turun dan kini bersandar lemas di dada Gerald, merasakan gemuruh jantung pria itu yang tak kalah riuhnya dengan gemuruh jantungnya sendiri.Sesak? Rasa itu memang ada, namun Ariana memilih untuk mengabaikannya. Usapan tangan Gerald yang besar dan hangat di pinggangnya justru lebih dominan ia rasakan dibandingkan rasa sakit yang mulai mencubit jantungnya.Bagian bawah tubuhnya pun terasa hangat dan basah. Apalagi sesuatu yang keras dibawah sana terus menggeliat dan bersentuhan dengan miliknya membuat Ariana harus menahan diri untuk tidak melenguh dan menelanjangi diri.Oh, dia menginginkan Gerald tentu saja. Hanya saja ia enggan memuaskan egonya sendiri dan le
Read more

Part 45

Setelah perdebatan pagi yang cukup panjang, tentang boleh atau tidaknya Ariana kembali bekerja. Akhirnya Gerald mengijinkan Ariana untuk kembali ke restoran. Dengan syarat jam kerjanya tidak boleh lebih dari jam delapan malam dan Ariana harus kembali pulang ke penthouse yang mereka diami saat ini. Bukan ke apartemen yang selama ini Ariana tinggali bersama Lani apalagi sampai memilih untuk tinggal restoran.Sekalipun menurut Ariana kedua tempat itu nyaman, tapi tidak bagi Gerald. Menurut Gerald, tempat paling nyaman untuk Ariana hanyalah tempat dimana mereka bersama. Dan meskipun tidak mengiyakan secara langsung, jauh dalam hati Ariana ia setuju dengan apa yang Gerald katakan.Gerald dengan sengaja mengantarkan Ariana langsung ke restoran tanpa supir. Memberikan ciuman panas dan lama sebelum akhirnya melepas istrinya itu pergi dengan setengah hati."Ingat, kembali ke penthouse." Ucap Gerald seraya mengusap bibir Ariana yang basah akibat ciumanny
Read more

Part 46

Ada yang berbeda dari Gerald saat pria itu menjemput Ariana di kantor malam itu. Wajah pria itu terlihat muram, tak seceria pada pagi hari. Jika sebelumnya pria itu mengantarkan Ariana dengan senyuman, kali ini pria itu hanya mengangkat sudut mulutnya dan tersenyum ala kadarnya."Ada masalah?" Tanya Ariana ingin tahu saat ia masuk ke dalam mobil.Suaminya itu kembali mengangkat sudut mulutnya dan menggelengkan kepala."Tidak ada." Jawab Gerald masih dengan senyum yang jelas tampak dipaksakan kepada Ariana. Tanpa babibu, pria itu lantas menyalakan mobilnya dan keluar dari area parkiran restoran Ariana dan masuk kedalam kepadatan lalu lintas kota.Perjalanan berlalu dalam hening. Tidak ada ocehan, tidak ada rayuan dan bahkan tidak ada umpatan saat sebuah sepeda motor menyerobot masuk disela kendaraan yang padat yang membuat pengendara lain membunyikan klakson karena kesal.Ariana tahu ada sesuatu yang sedang Gerald pikirkan. Namun yang tidak dia tahu
Read more

Part 47

Malam pertama Ariana dirawat, Aji menghubunginya. Sahabat baik yang juga merupakan orang yang berperan besar dalam menyembunyikan status Ariana sebagai pasien itu mendapatkan kabar dari pihak rumah sakit tentang Ariana dan hal itu jelas membuatnya cemas."Aku baik-baik aja, Ji. Gak usah khawatir." Bujuk Arianayang entah untuk keberapa kalinya."Apa kamu sakit karena Gerald?" Tanya pria itu ingin tahu, dan hal itu membuat Ariana mengernyit bingung."Kenapa bawa-bawa dia?" Tanya Ariana ingin tahu.Sama seperti Lani, Aji sudah tahu tentang penyakit yang dimilikinya sejak lama. Jadi tentu pria itu tidak akan menyalahkan orang lain kalau penyakitnya kumat kan? Karena itu jelas sangat tidak masuk akal."Mm... Bukan apa-apa." Jawab Aji kikuk. "Apa dia masih belum tahu tentang kondisimu?" Tanya Aji lagi masih terdengar penasaran."Tidak. Dan jangan coba-coba mengatakan apapun padanya?" Jawab Ariana ketus."Kenapa? Takut dia mengasihanimu atau
Read more

Part 48

Ariana menghabiskan waktu bermain dengan Arshaq sampai pengasuh bocah itu mengatakan kalau sudah waktunya Arshaq tidur siang. Setelah yakin Arshaq sudah terlelap, Ariana memilih untuk pamit. Dia jelas merasa enggan untuk tinggal lebih lama di kediaman Gerald."Kenapa pergi?" Tanya Ava saat Ariana berpamitan pada penghuni rumah lainnya."Karena tempatku bukan disini." Jawab Ariana dengan senyum manis di wajahnya. Ia memandang tepat ke wajah Nyonya Hestia dan mengabaikan tatapan penuh tanya dari Karenina dan juga ibunya. "Kamu gak tahu, kalo Gerald udah beliin penthouse buat aku?" Tanya Ariana dengan nada balik mengejek, hal yang dengan jelas membuat Ava geram.Ava dan Karenina jelas tidak menyembunyikan rasa tak suka mereka atas ucapan Ariana. Namun keduanya tidak mengatakan apa-apa.Ariana merasa tidak perlu mengatakan kepada keduanya kalau ia sama sekali tidak ada niatan untuk kembali ke penthouse milik Gerald. Untuk apa?Mengata
Read more

Part 49

Apa yang Khaled khawatirkan bukannya tanpa alasan. Meskipun ia mengenal Ariana dalam waktu singkat, tapi usia dan pengalaman hidupnya jelas membuat Khaled bisa mengenal karakter Ariana dengan sangat baik.Dan faktanya, Ariana memang memiliki pikiran buruk tentang Gerald.Dalam benaknya, hanya butuh hitungan hari sampai Gerald mengajukan gugatan cerai padanya dan mengembalikan posisi Karenina pada tempat yang seharusnya.Ariana sadar akan posisinya, dan dia memang tidak banyak berharap meskipun rasa kecewa itu tetap ada.Ariana yang sejak awal sudah pendiam dan tertutup kini menjadi semakin tertutup. Dia tidak banyak bicara pada Lani. Setiap kali sahabatnya itu bertanya tentang Gerald dan kenapa ia tidak melihat Gerald menghantui restoran atau kenapa Ariana tidak pulang ke penthouse, Ariana selalu mengalihkan pembicaraan.Dan lambat laun hal itu membuat Lani membungkam mulutnya.Ariana juga memilih untuk menghabiskan waktunya dengan
Read more

Part 50

Hamil?Ariana terkejut dengan fakta yang baru saja diperolehnya.Ia hamil? Anak Gerald?Perasaannya kini bercampur aduk. Bahagia tapi juga merasa takut dan sedih.Ariana bahagia karena pada akhirnya ia bisa menjadi wanita seutuhnya.Bukankah mengandung adalah angan semua wanita yang sudah menikah di dunia ini? Dan pada akhirnya Ariana bisa mengalaminya sendiri, itu jelas sebuah berkah tersendiri untuknya.Terlebih selama ini dia selalu menolak untuk membayangkan bahwa dia akan menjadi ibu di masa depan.Namun di saat bersamaan, Ariana juga merasa sedih dan khawatir.Faktanya, ia bukan wanita yang sehat dan sempurna. Dari luar memang ia tampak baik-baik saja. Tapi dari dalam, dia cacat. Dan kenyataan itu membuatnya takut.Bagaimana jika karena penyakitnya, fisiknya tidak kuat menampung satu nyawa yang nanti akan bergantung hidup padanya?Bagaimana jika di tengah jalan, ia dan bayinya tak bisa bertahan?Atau
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status