Home / Romansa / Mempelai Pengganti Tuan Zeroun / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mempelai Pengganti Tuan Zeroun: Chapter 11 - Chapter 20

68 Chapters

Part 11

Ariana dibawa ke sebuah hotel megah—yang ia tahu merupakan milik dari keluarga Turki-Indonesia bermarga Levent—secara terpaksa.Hotel yang ia tahu merupakan tempat dimana resepsi pernikahan Gerald dan Karenina akan dilaksanakan.Seandainya ia adalah tamu pesta, mungkin ia akan menikmati seluruh kemewahan yang tersedia. Semua yang tampak di depan matanya sangatlah fantastis, se-fantastis harga yang harus Karenina dan Gerald keluarkan untuk semua kemegahan itu.Dekorasi yang super mewah dengan bunga-bunga asli menjadi penghias ruangan. Catering dengan menu beragam yang ia yakini akan enak dilidah yang mungkin dalam keadaan normal akan jadikan sebagai bahan testimoni untuk cateringnya sendiri. Dan tentu saja, souvenir ekslusif yang Ariana yakin akan membuat jiwa kaum kekurangan meronta menginginkannya.Kemewahan resepsi yang selama ini Karenina banggakan, malam itu seolah menjadi kutukan tersendiri untuk Ariana.Terbiasa mengenakan celana jeans dan at
Read more

Part 12

Ariana kembali bergelung dan memeluk gulingnya karena enggan meninggalkan rasa hangat yang menjalar di tubuhnya. Ia mengeryit tanpa membuka mata saat merasakan kakinya ditindih sesuatu.Lani? Pikirnya tanpa membuka mata.Sahabat sekaligus sepupunya itu memang selalu saja masuk ke kamarnya dan tidur bersamanya tanpa seijinnya. Namun Ariana selalu membiarkannya.Mereka selama ini memang hidup berdua dan katakanlah mereka bergantung satu sama lain karena semenjak duduk di bangku SMA mereka sudah tinggal satu rumah bersama.Anehnya, Lani tidak seperti biasa.Apa tubuh sahabatnya itu menggemuk dalam semalam? Kenapa bobotnya menjadi semakin berat? Dan apa Lani juga mengonsumsi obat penumbuh bulu? Kenapa kaki sahabatnya itu terasa kasar?Ah ya, mungkin Lani belum melakukan waxing. Pikir Ariana lagi.Ariana mencoba menggerakkan tubuhnya. Namun bukannya bergerak menjauh, tubuh Lani malah beringsut semakin dekat. Bahkan tangan gad
Read more

Part 13

Ariana merasakan sebuah tangan hangat dan sedikit kasar terasa menyentuh perutnya. Mengusapnya dengan pelan dan bergeser naik untuk menangkup salah satu payudaranya sementara tangan yang lain terasa menyentuh bagian luar pakaian dalamnya. Ariana juga merasakan gesekan halus di ceruk lehernya diiringi dengan usapan lembut yang hangat dan kecupan. Tak sadar ia menggigit bibirnya, merasakan sensasi aneh, hangat dan menyenangkan menjalar ke seluruh tubuhnya. Terlebih denyutan menyenangkan di area intimnya.Seseorang melepas kaitan branya dan mengecupi punggungnya, hal yang membuat Ariana geli namun tak mau menghindarinya.Apakah ia bermimpi? Kenapa mimpinya terasa senyata ini? Saat ia merasakan tangan yang mengelus bagian luar pakaian dalamnya itu bergerak dan hampir menyusup masuk, Ariana terbelalak.'Gerald !'Teriak otaknya lantang dan ia seketika merubah posisi tubuhnya menjadi terlentang yang kemudian ia sesali karena hal itu membuat Gerald mala
Read more

Part 14

Di dalam kamar mandi Ariana menepuk kedua pipinya pelan seraya memandangi penampilannya di depan cermin. Ya Tuhan apa yang baru saja ia lakukan barusan? Bercumbu? Sepertinya itu lebih dari sekedar bercumbu. Atau sebenarnya inilah yang disebut dengan make out? Padahal belum sampai 24 jam ia menjadi istri pria asing itu tapi ia sudah melakukan hal-hal mesum yang..."Aaarrrggghhhh..." Ariana meredam teriakan tertahannya. Sumpah, ia sebenarnya malu, meskipun ia tidak ingin mengakui hal itu.Pria itu mengajarkannya hal-hal yang buruk. Padahal demi Tuhan, Ariana belum pernah disentuh pria manapun sebelumnya. Lalu kenapa dia malah bersikap layaknya jalang yang mau-mau saja dicium dan diraba oleh pria asing.Oke, tidak sepenuhnya asing. Pria itu suaminya sekarang. Dan Ariana sendiri tidak melakukan hal dosa meskipun ia melakukan hal yang lebih dari itu.Tapi pria itu tetap saja orang asing. Meskipun statusnya adalah suaminya. Yang Ariana tahu t
Read more

Part 15

"Bunda...!" satu teriakan diiringi dengan sebuah pelukan erat di kaki Ariana membuat Ariana mematung. Ia memandang bocah tampan dan Gerald secara bergantian. "Bunda?" lirih Ariana dengan dahi mengernyit dalam lebih kepada Gerald."Iya, Bunda." Jawab bocah kecil itu masih dengan kedua tangan memeluk paha Ariana. "Bunda, Bundanya Asha kan?” Tanya bocah itu penuh harap. “Papa bilang, Papa bakal ngajak Bunda pulang ke rumah. Tapi Asha tungguin dari kemarin Papa gak juga bawa Bunda pulang." Ucap bocah kecil itu dengan kata agak cadelnya. Ariana hanya mengernyit bingung dengan ucapan bocah itu. Mungkin yang bocah itu sebut dengan ‘Bunda’ itu adalah Karenina, bukan dirinya. “Maaf, tapi…”“Semalam Bunda sama Papa kecapekan, jadi kita gak pulang ke rumah.” Gerald menyanggah sebelum Ariana mengklarifikasi siapa dirinya pada bocah itu. Ia memandang Gerald dengan tajam. Bagaimana bisa pri
Read more

Part 16

"Papa...!" Arshaq kembali menggedor pintu kamar Gerald  dengan tak sabar.Gerald mencoba menahan geramannya, namun pria itu berbisik di telinga Ariana, "Ini belum selesai." sesaat sebelum pria itu memberikan kecupan singkat di sudut bibir Ariana. "Kita akan membahas ini nanti di rumah." Dan setelah mengatakan itu, Gerald membuka pintu kamar lebar-lebar dan menurunkan pandangan untuk melihat sosok bocah yang balik memandangnya dengan ekspresi kesal. "Kamu kenapa?" tanya Gerald pada bocah lima tahun di depannya."Jangan sembunyiin Bunda." Rengek bocah itu seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan mencari Ariana. Melihat Ariana yang tengah berdiri, Arshaq langsung memeluk kaki gadis itu lagi. "Bunda, jangan peygi." Mohonnya dengan kepala mendongak memandang Ariana dengan mata berkaca.Ariana mematung. Tatapan itu, apakah itu tatapan yang sama yang ia berikan pada ibunya saat ibunya datang dan membawa Karenina bersamanya dan mengabaikan Ariana? Mes
Read more

Part 17

Gerald menggiring Ariana keluar dari kamar kamar hotel yang mewah itu menuju lift yang akan mengantarkan mereka menuju basement hotel. Ariana, Gerald dan Arshaq masuk ke dalam sebuah mobil sedan—yang Ariana tahu harganya teramat mahal—dimana asisten Gerald dan juga supir pribadi pria itu sudah menunggu. Sementara ibu dan nenek Gerald naik ke mobil lainnya yang juga sudah terparkir di belakang mobil Gerald."Mereka sudah menunggu kita di rumah Anda, Tuan." Ucap pria yang Ariana tahu bernama Izzan. Tangan kanan Gerald. Gerald hanya menjawab berita itu dengan anggukan kepala, sama sekali tidak terlihat ingin menjelaskan sesuatu pada Ariana sehingga membuat gadis itu bertanya-tanya siapa gerangan yang sudah menunggu ‘mereka’ di kediaman pria itu.Mobil melaju dalam keheningan. Tidak ada percakapan, tidak ada musik. Yang terasa hanya deru halus mobil mahal itu dan suara-suara yang sedikit teredam yang berasal dari padatnya lalu lintas di luar sana. Ketika Arian
Read more

Part 18

Setelah Ariana menandatangani dokumen pengajuan adopsi, pria yang tadi diminta Gerald untuk meninggalkan ruangan kembali masuk. Masih ditemani pria tua yang sejak tadi dengan setia berdiri tanpa ekspresi."Kami akan melakukan pengajuan. Anda hanya perlu menunggu kabar." Ucap pengacara Gerald yang hanya dijawab dengan anggukkan. "Seperti yang sudah saya informasikan sebelumnya. Setelah pengajuan masuk ke pengadilan. Akan ada orang dinas yang mungkin melakukan inspeksi mendadak. Dan saya harap Anda dan istri bersiap untuk itu."Gerald kembali menganggukkan kepala. Dan setelah itu, kedua orang tersebut pamit dari kediaman Gerald."Jadi, apa kita akan membahas perceraian kita sekarang?" tanya Ariana  dengan nada menantang. Gerald  memandang gadis itu dengan sebelah alis terangkat."Kau benar-benar ingin menjadi janda di usia muda?" tanyanya dengan nada mengejek yang membuat Ariana  mendengus. "Apa kau tidak keberatan atau risih dengan status it
Read more

Part 19

Ariana berusaha untuk mengendalikan pikiran dan tubuhnya supaya ia tidak membalas ciuman Gerald. Ia tidak boleh membalasnya karena jika ia melakukannya, itu sama saja dengan menyerahkan dirinya pada pria itu. Ariana berusaha sekuat mungkin untuk menutup mulutnya sedemikian rupa, namun bukan Gerald namanya jika pria itu tidak bisa menggoyahkan iman kaum wanita. Pria itu menggodanya dengan begitu lembut sehingga Ariana tak bisa menahan diri dan turut membalas ciuman pria itu.Apakah Gerald akan selalu menghukum kecerewetannya dengan cara seperti ini? Tanya Ariana dalam hati. Apakah hukuman ini hanya menguntungkan Gerald, atau sebenarnya menguntungkan juga untuknya? Toh mau tak mau Ariana harus akui kalau dia juga menikmatinya.Menyadari hal itu membuat pikiran waras Ariana kembali. Matanya terbuka dan kedua tangannya mendorong dada Gerald  dengan cukup kuat sehingga pria yang sebelumnya masih terlena dengan pergulatan bibir mereka itu terhuyung selangka
Read more

Part 20

Ariana memilih untuk menghindari orang-orang di kediaman Gerald dan terus tinggal di dalam kamar. Wanita yang bernama Kemala yang saat siang membangunkannya ia perintahkan untuk membawa makan siang dan makan malamnya ke kamar Gerald. Ariana bukannya tidak ingin pindah dari kamar itu. Dia sudah meminta Khaled untuk menempatkannya di kamar yang lain, namun pria tua yang tidak memiliki ekspresi itu dengan tegas mengatakan kalau Ariana tidak bisa menempati kamar lain selain kamar yang Gerald tunjukkan bagi mereka berdua. Dan yang bisa Ariana lalukan adalah menggunakan kamar itu seolah kamar itu adalah miliknya sendiri.Ariana juga bukannya tidak berani turun ke bawah untuk makan siang bersama keluarga Gerald. Hanya saja semenjak pembicaraan yang ia lakukan dengan ibu pria itu, Ariana ingin menghindari konfrontasi lainnya. Siapa yang menjamin nenek Gerald akan bersikap manis padanya? Ibu Gerald pun sebelumnya tak banyak bicara, tapi setelah G
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status