Di dalam kamar mandi Ariana menepuk kedua pipinya pelan seraya memandangi penampilannya di depan cermin. Ya Tuhan apa yang baru saja ia lakukan barusan? Bercumbu? Sepertinya itu lebih dari sekedar bercumbu. Atau sebenarnya inilah yang disebut dengan make out? Padahal belum sampai 24 jam ia menjadi istri pria asing itu tapi ia sudah melakukan hal-hal mesum yang...
"Aaarrrggghhhh..." Ariana meredam teriakan tertahannya. Sumpah, ia sebenarnya malu, meskipun ia tidak ingin mengakui hal itu.
Pria itu mengajarkannya hal-hal yang buruk. Padahal demi Tuhan, Ariana belum pernah disentuh pria manapun sebelumnya. Lalu kenapa dia malah bersikap layaknya jalang yang mau-mau saja dicium dan diraba oleh pria asing.
Oke, tidak sepenuhnya asing. Pria itu suaminya sekarang. Dan Ariana sendiri tidak melakukan hal dosa meskipun ia melakukan hal yang lebih dari itu.
Tapi pria itu tetap saja orang asing. Meskipun statusnya adalah suaminya. Yang Ariana tahu t
"Bunda...!" satu teriakan diiringi dengan sebuah pelukan erat di kaki Ariana membuat Ariana mematung. Ia memandang bocah tampan dan Gerald secara bergantian."Bunda?" lirih Ariana dengan dahi mengernyit dalam lebih kepada Gerald."Iya, Bunda." Jawab bocah kecil itu masih dengan kedua tangan memeluk paha Ariana. "Bunda, Bundanya Asha kan?” Tanya bocah itu penuh harap. “Papa bilang, Papa bakal ngajak Bunda pulang ke rumah. Tapi Asha tungguin dari kemarin Papa gak juga bawa Bunda pulang." Ucap bocah kecil itu dengan kata agak cadelnya.Ariana hanya mengernyit bingung dengan ucapan bocah itu. Mungkin yang bocah itu sebut dengan ‘Bunda’ itu adalah Karenina, bukan dirinya.“Maaf, tapi…”“Semalam Bunda sama Papa kecapekan, jadi kita gak pulang ke rumah.” Gerald menyanggah sebelum Ariana mengklarifikasi siapa dirinya pada bocah itu. Ia memandang Gerald dengan tajam. Bagaimana bisa pri
"Papa...!" Arshaq kembali menggedor pintu kamar Gerald dengan tak sabar.Gerald mencoba menahan geramannya, namun pria itu berbisik di telinga Ariana, "Ini belum selesai." sesaat sebelum pria itu memberikan kecupan singkat di sudut bibir Ariana. "Kita akan membahas ini nanti di rumah." Dan setelah mengatakan itu, Gerald membuka pintu kamar lebar-lebar dan menurunkan pandangan untuk melihat sosok bocah yang balik memandangnya dengan ekspresi kesal. "Kamu kenapa?" tanya Gerald pada bocah lima tahun di depannya."Jangan sembunyiin Bunda." Rengek bocah itu seraya menerobos masuk ke dalam kamar dan mencari Ariana. Melihat Ariana yang tengah berdiri, Arshaq langsung memeluk kaki gadis itu lagi. "Bunda, jangan peygi." Mohonnya dengan kepala mendongak memandang Ariana dengan mata berkaca.Ariana mematung. Tatapan itu, apakah itu tatapan yang sama yang ia berikan pada ibunya saat ibunya datang dan membawa Karenina bersamanya dan mengabaikan Ariana?Mes
Gerald menggiring Ariana keluar dari kamar kamar hotel yang mewah itu menuju lift yang akan mengantarkan mereka menuju basement hotel. Ariana, Gerald dan Arshaq masuk ke dalam sebuah mobil sedan—yang Ariana tahu harganya teramat mahal—dimana asisten Gerald dan juga supir pribadi pria itu sudah menunggu. Sementara ibu dan nenek Gerald naik ke mobil lainnya yang juga sudah terparkir di belakang mobil Gerald."Mereka sudah menunggu kita di rumah Anda, Tuan." Ucap pria yang Ariana tahu bernama Izzan. Tangan kanan Gerald. Gerald hanya menjawab berita itu dengan anggukan kepala, sama sekali tidak terlihat ingin menjelaskan sesuatu pada Ariana sehingga membuat gadis itu bertanya-tanya siapa gerangan yang sudah menunggu ‘mereka’ di kediaman pria itu.Mobil melaju dalam keheningan. Tidak ada percakapan, tidak ada musik. Yang terasa hanya deru halus mobil mahal itu dan suara-suara yang sedikit teredam yang berasal dari padatnya lalu lintas di luar sana.Ketika Arian
Setelah Ariana menandatangani dokumen pengajuan adopsi, pria yang tadi diminta Gerald untuk meninggalkan ruangan kembali masuk. Masih ditemani pria tua yang sejak tadi dengan setia berdiri tanpa ekspresi."Kami akan melakukan pengajuan. Anda hanya perlu menunggu kabar." Ucap pengacara Gerald yang hanya dijawab dengan anggukkan. "Seperti yang sudah saya informasikan sebelumnya. Setelah pengajuan masuk ke pengadilan. Akan ada orang dinas yang mungkin melakukan inspeksi mendadak. Dan saya harap Anda dan istri bersiap untuk itu."Gerald kembali menganggukkan kepala. Dan setelah itu, kedua orang tersebut pamit dari kediaman Gerald."Jadi, apa kita akan membahas perceraian kita sekarang?" tanya Ariana dengan nada menantang. Gerald memandang gadis itu dengan sebelah alis terangkat."Kau benar-benar ingin menjadi janda di usia muda?" tanyanya dengan nada mengejek yang membuat Ariana mendengus. "Apa kau tidak keberatan atau risih dengan status it
Ariana berusaha untuk mengendalikan pikiran dan tubuhnya supaya ia tidak membalas ciuman Gerald. Ia tidak boleh membalasnya karena jika ia melakukannya, itu sama saja dengan menyerahkan dirinya pada pria itu.Ariana berusaha sekuat mungkin untuk menutup mulutnya sedemikian rupa, namun bukan Gerald namanya jika pria itu tidak bisa menggoyahkan iman kaum wanita. Pria itu menggodanya dengan begitu lembut sehingga Ariana tak bisa menahan diri dan turut membalas ciuman pria itu.Apakah Gerald akan selalu menghukum kecerewetannya dengan cara seperti ini? Tanya Ariana dalam hati. Apakah hukuman ini hanya menguntungkan Gerald, atau sebenarnya menguntungkan juga untuknya? Toh mau tak mau Ariana harus akui kalau dia juga menikmatinya.Menyadari hal itu membuat pikiran waras Ariana kembali. Matanya terbuka dan kedua tangannya mendorong dada Gerald dengan cukup kuat sehingga pria yang sebelumnya masih terlena dengan pergulatan bibir mereka itu terhuyung selangka
Ariana memilih untuk menghindari orang-orang di kediaman Gerald dan terus tinggal di dalam kamar.Wanita yang bernama Kemala yang saat siang membangunkannya ia perintahkan untuk membawa makan siang dan makan malamnya ke kamar Gerald.Ariana bukannya tidak ingin pindah dari kamar itu. Dia sudah meminta Khaled untuk menempatkannya di kamar yang lain, namun pria tua yang tidak memiliki ekspresi itu dengan tegas mengatakan kalau Ariana tidak bisa menempati kamar lain selain kamar yang Gerald tunjukkan bagi mereka berdua. Dan yang bisa Ariana lalukan adalah menggunakan kamar itu seolah kamar itu adalah miliknya sendiri.Ariana juga bukannya tidak berani turun ke bawah untuk makan siang bersama keluarga Gerald. Hanya saja semenjak pembicaraan yang ia lakukan dengan ibu pria itu, Ariana ingin menghindari konfrontasi lainnya.Siapa yang menjamin nenek Gerald akan bersikap manis padanya? Ibu Gerald pun sebelumnya tak banyak bicara, tapi setelah G
Ariana keluar dari kamar mandi dengan mengenakan bathrobe. Rambut basahnya ia bungkus dengan handuk. Ia malas untuk kembali ke dalam kamar dan mencari keberadaan piyamanya. Dan ia juga tidak ingin mengenakan koleksi lingerie yang ada di dalam lemari pakaian Karenina. Sementara ia juga tahu bahwa subuh seperti ini bukan waktunya mengenakan setelan kerja.Karenanya, ia dengan sengaja membuka lemari milik Gerald dan menarik kaus milik pria itu secara sembarangan. Kaus bermerk berwarna hitam yang ia ambil secara acak itu ternyata berukuran super besar hingga hampir menelan tubuhnya dan bagian bawahnya mencapai setengah paha.Ariana kembali mencari bawahan dari dalam lemari Karenina, namun karena tidak menemukan celana pendek ataupun celana olahraga. Ia akhirnya menarik sebuah rok plisket berwarna hitam dan langsung mengenakannya. Saat ia kembali masuk ke kamar untuk melakukan kewajibannya, ia melihat Gerald sudah kembali mengenakan celana dan tampak
"Tidak ada kisah apapun diantara kami di masa lalu." Ucap Gerald yang muncul tiba-tiba dari belakang.Gerald berjalan mendekat. Terlihat sudah sangat segar dan tampan. Rambut pria itu terlihat masih basah. Bagian atas tubuhnya terbungkus kemeja hitam dimana dua kancing teratasnya sengaja dibuka. Sementara bagian bawahnya mengenakan celana bahan berwarna hitam yang tersetrika sangat rapi yang disangga oleh ikat pinggang yang Ariana yakin berharga mahal dan bukan produk lokal."Dan bukannya aku memintamu untuk membangunkanku, Sayang? Kenapa kamu tidak muncul?" tanyanya tepat di samping Ariana dan mencium pelipis Ariana sebelum duduk di sampingnya.Gerald mengulurkan tangan dan mengambil roti yang ada di atas piring dan mencelupkannya ke dalam mangkuk sup sebelum memasukkannya ke dalam mulut. Persis seperti yang Ava lakukan sebelumnya. Mengamati itu jelas membuat Ariana mengangkat sebelah alisnya."
"Karen, Sayang. Kamu sudah sadar?" Pertanyaan Nyonya Juliarty membuat semua orang yang ada di ruangan itu mendongakkan kepala. Tuan Toni Sadhana dan sang ibu mendekati tempat tidur Karenina sementara Gerald masih terduduk di kursinya dan tersenyum menatap sang istri yang masih menutup mata."Sayang, Karenina sudah kembali." Ucapnya berbisik pelan."Mami..." Lirih Karenina dan gadis itu menangis terisak begitu saja dalam pelukan sang ibu yang berdiri dan membungkuk susah payah menahan rasa sakitnya hanya untuk memberikan putrinya ketenangan. "Maafin Karen. Maaf." Lirihnya masih terisak."Mami maafkan kamu, Sayang. Selalu." Ucap Nyonya Juliarty menenangkan."Ana?" Karenina teringat saudara kembarnya. Ia menoleh dan melihat Ariana yang masih menutup mata. Tangan kanannya yang terpasang selang transfusi memegang tangan kiri Ariana yang terpasang infus. "Ana, kenapa kau tidak bangun?" Tanyanya lirih seraya mengguncang lengan Ariana. "Ana, bukankah Ayah menyuru
Tempat yang luas dengan cahaya matahari yang yang sangat terang membuat Ariana mengangkat tangannya untuk menghalau cahaya yang membuatnya tak bisa melihat jelas.Dimana ini? Tanya Ariana pada dirinya sendiri. Ia berusaha untuk duduk dan melihat sabana luas tanpa ujung. Tidak ada binatang, tidak ada pohon tinggi yang membuatnya bisa berteduh."Kamu sudah bangun?" Ariana mendengar suara wanita yang sangat ia kenal dan menoleh pada Karenina yang berdiri menjulang di sampingnya mengenakan gaun putih sebatas betis. Kembarannya itu menggeraikan rambut hitam panjangnya.Ariana berdiri. Mengibaskan roknya yang ia yakini ditempeli rumput karena tadi ia sudah berbaring dan Karenina membantunya membersikan potongan-potongan yang nakal dan enggan pergi. Kini setelah sama-sama berdiri Ariana memperhatikan kalau jenis pakaian mereka sama. Gaun putih berbahan lembut dengan rok menyentuh betis dan bentuk lengan yang panjang dengan potongan dada berbentuk persegi. Ia juga melih
Seminggu setelah Ariana dipulangkan, ia mendengar kabar baik dari Gerald kalau mereka berhasil mendapatkan pendonor yang cocok untuk ibunya. Meskipun tahu kalau keberadaannya akan membuat Karenina marah, Ariana tetap ingin menemani ibunya sebelum ibunya masuk ke ruang operasi."Apa kau tidak malu?" Tanya Karenina saat mereka sedang menunggu hasil lab akhir keputusan dokter untuk proses tranplantasi yang akan dilakukan Nyonya Juliarty."Malu kenapa?" Ariana balik bertanya. "Kau sudah merebut calon suamiku dan sekarang kau dengan terang-terangan menunjukkan kemesraanmu didepanku. Bukankah tindakanmu ini sangat jahat? Kalau kau memiliki perasaan, seharusnya kau tidak berbuat seperti ini terhadapku.""Maafkan aku, Karen. Tapi aku tidak bisa mengelak kalau suamiku ingin menyentuhku dan menunjukkan betapa dia mencintaiku. Dan kusarankan lebih baik kau berhenti mencintainya karena sampai kapanpun, bahkan jika aku matipun dia tidak akan pernah menjadi milikmu apalagi me
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Karenina saat melihat Ariana muncul dengan menaiki kursi roda didorong oleh Gerald di belakangnya. Tatapan gadis itu tampak marah. Wajahnya terlihat lebih lelah dibandingkan beberapa hari yang lalu saat gadis itu menemui Ariana di penthouse. Saudara kembar Ariana itu jelas tidak baik-baik saja."Dia ingin menemui ibunya, apa itu salah?" Gerald mewakili Ariana menjawab pertanyaan Karenina dengan nada yang tak kalah ketusnya. Karenina berdecih, namun tatapannya tak mengarah pada Gerald. Jelas gadis itu tak sanggup memandang Gerald secara langsung."Untuk apa? Untuk mengejek kami?" Tanya Karenina lagi pada Ariana."Aku hanya ingin melihatnya." Jawab Ariana pada saudara kembarnya namun tatapannya mengarah pada Nyonya Juliarty. "Biarkan kami bicara berdua." Itu bukan permintaan, itu perintah supaya Karenina dan Gerald meninggalkan ruangan Nyonya Juliarty."Kenapa? Mencari celah untuk membunuh ibumu sendiri?" Tuduh Karenina
"Pergilah bekerja." Dorong Ariana pada suaminya yang kini sudah mengenakan atribut kantor lengkap."Aku masih mau liburan." Ucap Gerald manja seraya kembali memeluk Ariana yang langsung Ariana tolak."Jangan berlebihan. Ingat, anak kita dua. Kau harus bekerja ekstra keras untuk membuat mereka bisa mendapatkan pendidikan terbaik." Ucap Ariana kembali mendorong Gerald menjauh darinya."Hanya dua? Gak mau anak ketiga, keempat, kelima?" Tanya Gerald menggoda."Kamu pikir aku ini kucing?" Pekik Ariana kesal karena pertanyaan suaminya."Kucing liar yang terlalu mempesona." Ucap Gerald kembali mencoba memeluk Ariana yang membuat Ariana memekik menghindarinya. "Apa aku sudah mengatakan padamu kalau kau terlihat semakin cantik saat hamil?" Goda Gerald lagi yang membuat Ariana berdecih."Berhenti Gerald. Apa kamu gak malu dilihat Arshaq seperti ini?" Gumam Ariana seraya mengedikkan kepala ke arah dimana Arshaq tengah sarapan."Kenapa harus malu
Ariana merasakan usapan lembut di dahinya. Ia membuka mata dan melihat Gerald yang tengah menatapnya. Ariana tidak perlu heran ataupun mempertanyakan bagaimana caranya Gerald bisa masuk ke kamar padahal semalam ia sudah yakin menguncinya. Gerald selalu memiliki banyak cara untuk melakukan hal yang tidak Ariana duga."Sudah lebih baik?" Tanya Gerald masih mengusap wajah Ariana dengan ujung jemarinya. Ariana hanya memandang wajah pria itu tanpa memberikan jawaban apapun. "Sudah pagi, waktunya sarapan." Gerald menyelipkan tangannya ke bawah leher dan lutut Ariana dan mengangkat tubuhnya dan membawanya menuju kamar mandi.Gerald tidak menurunkan Ariana, dia mendudukan Ariana di meja wastafel dan membuka keran air lalu mengusap wajah Ariana lembut dengan tangannya yang basah. Setelah selesai pria itu mengecup dahinya dan kembali menggendong tubuh Ariana membawanya keluar kamar.Ariana terkejut saat melihat Lani yang sudah duduk di meja bersama dengan Izzan."B
Ancaman Karenina membuat Ariana tidak bisa berpikir jernih. Dia menjadi waswas dan memandang semua orang dengan curiga.Mana orang suruhan Gerald?Mana orang suruhan Mahiswara?Dan mana orang suruhan Ava?Ava? Kenapa wanita itu tidak berhenti mengusiknya? Apa yang wanita itu inginkan darinya?Ariana takut. Ya, dia takut sesuatu terjadi bukan padanya tapi pada bayi yang dikandungnya. Dan ucapan Karenina tentang penyakitnya. Ariana jelas tidak menyangka kalau kembarannya itu tahu dan lebih tidak menyangka kalau kembarannya itu berbahagia atas penyakit yang dideritanya dan bahkan menantikan kematiannya.Dan semisal hal itu terjadi, mungkinkah Ariana akan rela jika anaknya nanti dirawat oleh Karenina?Tidak.Ariana jelas harus membuat wasiat yang memastikan kalau jika kelak dia mati meninggalkan anaknya, maka dia harus memastikan Karenina, Mahiswara, Hestia, Rosaline dan bahkan Juliarty tidak boleh menyentuh bayinya sama sekali. An
"Aku mencintai Gerald dengan segenap hatiku." Bisik gadis itu lirih."Kalau kau memang mencintainya, kenapa kau pergi sebelum hari pernikahanmu?" Tanya Ariana ingin tahu. Dan meskipun ia enggan mengakuinya, pertanyaan itu memang memenuhi benaknya selama ini."Aku tidak lari." Desis Karenina dengan kesal. "Sudah kukatakan padamu kalau aku pergi karena aku membutuhkan waktu untuk mempertimbangkan semuanya kembali."Dan kenapa aku melakukannya?"Karena ada satu hal yang tidak aku katakan padamu yaitu, bahwa aku dan Gerald sudah membuat perjanjian pra nikah, dan saat aku menyadari aku tidak bisa memenuhi isi perjanjian itu, itu membuatku gundah." Ucap gadis itu dengan dingin disertai seringai sinis di wajahnya."Rencana pernikahanku dengan Gerald memang bermula karena perjanjian yang dibuat antara dia dan Papi. Karena uang." Karenina menjelaskan dengan nada santai. Gadis itu kembali menyandarkan punggungnya ke sofa dan melipat kedua lengannya di depan
Waktu kembali berlalu. Ariana yang kini mulai dikenal sebagai istri sah Gerald jelas mendapatkan perlakuan yang berbeda dari karyawan pria itu. Sekalipun sebenarnya Ariana jarang sekali memunculkan wajahnya karena kesehariannya di dominasi ruang kerjanya dan juga kediaman mereka, namun sesekali ia terpaksa mengikuti Gerald ke Zeroun Tower saat Gerald harus mengikuti rapat umum yang tak bisa dia tinggalkan. Dan saat itu terjadi mereka bersikap amat sangat sopan pada Ariana, tak seperti sikap mereka pada awalnya yang tak acuh.Ariana juga tak bisa memungkiri kalau berkat campur tangan Gerald dan Izzan, restoran mereka kini mendapatkan banyak konsumen. Bukan hanya dari kalangan menengah ke bawah seperti konsumen-konsumen sebelumnya, namun juga klien kalangan menengah keatas yang seringnya menyewa privat room saat melakukan transaksi bisnis di restorannya.Ariana juga tahu kalau sebagian dari konsumen yang datang ke restorannya bukan hanya ingin mencoba masakan yang dibuat