All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 21 - Chapter 30

150 Chapters

Bab 21: Keangkuhan Rakyan Tumenggung

Di tengah pertempuran yang semakin sengit, suara dentingan pedang dan teriakan menggema di seluruh Desa Kembang Ilalang. Desa yang tadinya tenang kini berubah menjadi medan pertempuran berdarah, di mana penduduk desa yang tersisa berusaha mati-matian melawan serangan para bandit. Di pusat kekacauan itu, Rakyan Tumenggung berdiri dengan angkuh, menghadapi Jaka Tandingan dengan senyum penuh kesombongan di wajahnya.Jaka, meskipun lelah dan terluka, tetap berdiri teguh dengan pedang di tangannya. Matanya menatap Rakyan Tumenggung dengan tekad yang tidak goyah, meskipun dia tahu bahwa musuh yang dihadapinya jauh lebih kuat dari yang bisa dia bayangkan.Rakyan Tumenggung tertawa kecil, suara tawa yang penuh dengan kesombongan dan ejekan. “Kau pikir kau bisa mengalahkanku, anak muda?” katanya dengan suara yan
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bab 22: Licik Demi Kebenaran

Matahari hampir di atas kepala, memancarkan sinarnya yang panas di atas Desa Kembang Ilalang. Pertempuran antara Jaka Tandingan dan Rakyan Tumenggung semakin memanas, udara di sekitar mereka bergetar karena benturan energi besar yang terus menerus terjadi. Desa yang tadinya tenang kini berubah menjadi medan pertempuran yang mencekam, dengan suara dentingan pedang dan teriakan yang menggema di udara.Jaka tahu bahwa kultivasinya berada tiga tingkat di bawah Rakyan Tumenggung. Lawannya telah mencapai tingkat Penggabungan, sementara Jaka masih berada di tingkat Pencerahan. Ini adalah perbedaan yang sangat signifikan, dan dalam kondisi normal, Jaka tidak akan memiliki peluang untuk menang. Namun, dia juga ta
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

Bab 23: Tekad yang Tak Tergoyahkan

Kematian Rakyan Tumenggung seharusnya menjadi akhir dari pertempuran di Desa Kembang Ilalang, tetapi sebaliknya, itu malah memicu kemarahan yang tak terbendung dari para bandit yang tersisa. Melihat pemimpin mereka tergeletak tak bernyawa di tanah, para bandit yang sebelumnya diliputi ketakutan kini dipenuhi dengan kebencian yang mendalam. Teriakan dan sumpah serapah mereka menggema di udara, memenuhi suasana dengan rasa benci yang pekat."Dia membunuh Rakyan Tumenggung!" teriak salah satu bandit dengan suara yang bergetar karena amarah. "Kita tidak bisa membiarkan mereka lolos hidup-hidup!"Tanpa menunggu perintah lebih lanjut, para bandit itu mulai bergerak, mengelilingi Jaka, Gema, dan Roro dengan cepat. Mata mereka memancarkan kebencian yang membara, senjata mereka terangkat tinggi, siap untuk menghabisi siapa
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 24: Pertemuan di Ruang Kesadaran

Dalam kegelapan yang tak berujung, Gema merasa tubuhnya melayang tanpa arah, seolah-olah terjebak dalam ruang hampa yang tidak memiliki batas. Kesadaran yang biasanya penuh dengan kegelisahan kini terselimuti oleh rasa tenang yang aneh, tetapi di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang mengintai—sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.Tiba-tiba, Gema merasakan dirinya ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, dan sebelum dia bisa mengerti apa yang sedang terjadi, dia menemukan dirinya berdiri di tengah sebuah ruang yang sangat luas. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya redup yang berasal dari sumber yang tidak jelas. Dinding-dindingnya dipenuhi dengan bayangan-bayangan yang bergerak, seolah-olah mereka adalah makhluk yang hidup namun tidak memiliki bentuk yang pasti.
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 25: Perenungan di Balik Kesadaran

Gema terbangun dengan keringat dingin yang membasahi tubuhnya. Matahari pagi baru saja mulai menyentuh langit timur, mengusir sisa-sisa kegelapan malam. Namun, di dalam dirinya, kegelapan itu masih bertahan, menghantui setiap sudut hatinya. Dia terdiam, duduk di atas alas tidur yang tipis, matanya terpaku pada Medali Nusantara yang tergantung di dadanya.Medali itu, yang selama ini menjadi sumber kekuatan yang menyelamatkannya dari berbagai situasi berbahaya, kini tampak mati. Cahaya yang biasanya memancar lembut dari medali itu kini benar-benar padam, seolah-olah tidak ada energi yang tersisa di dalamnya. Gema merasakan kekosongan yang mendalam, tidak hanya dari medali itu, tetapi juga dari dirinya sendiri.Kata-kata kasar yang diucapkan oleh sosok misterius dalam mim
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Bab 26: Awal dari Sebuah Perubahan

Setelah perenungannya yang mendalam, Gema memutuskan untuk mengurung diri di dalam sebuah ruangan kecil di rumah yang mereka tempati di desa itu. Dia telah memutuskan untuk mulai melatih dirinya, meskipun dia tidak tahu harus memulai dari mana. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia tidak bisa lagi bergantung pada Medali Nusantara atau kekuatan orang lain. Dia harus menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri.Ruangan itu sederhana, hanya ada tikar dan sebuah lampu minyak yang menyala redup, memberikan cahaya yang cukup untuk membuatnya merasa tenang. Dinding-dinding kayu di sekitarnya terasa sejuk, memberikan kesan kedamaian yang kontras dengan gejolak yang ada di dalam hati Gema.Dia duduk di atas tikar, mencoba menenangkan pikirannya. Mengikuti petunjuk dasar yang pernah dia dengar dari Jaka, Gema mulai memusatkan pikira
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Bab 27: Penerobosan yang Mengejutkan

Selama beberapa hari, Gema tenggelam dalam latihan kultivasinya, membiarkan dunia luar berlalu tanpa menyadari waktu yang berjalan. Setiap saat yang dia miliki dihabiskan untuk memusatkan energi di dalam tubuhnya, berusaha memperkuat Dantian yang baru terbentuk dan mengalirkan qi dengan lebih teratur. Dia merasa bahwa setiap latihan yang dia lakukan membawa perubahan kecil dalam tubuhnya, seperti arus yang perlahan-lahan mengikis tebing hingga terbentuk jurang yang dalam.Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang mendorongnya dari dalam, kekuatan yang tidak bisa dia jelaskan namun terasa akrab. Mungkin itu adalah bantuan tak terlihat yang dia rasakan sebelumnya, atau mungkin semangat baru yang muncul dari keputusannya untuk menjadi lebih kuat. Apa pun itu, Gema merasakan kekuatan di dalam dirinya tumbuh dengan cepat
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 28: Tersenyum di Tengah Ketakutan

Keesokan harinya, matahari terbit dengan cemerlang di atas Desa Kembang Ilalang. Udara pagi yang sejuk membawa harapan baru bagi para penduduk yang kini mulai bangkit dari ketakutan yang selama ini membayangi mereka. Desa ini, yang sebelumnya berada di bawah cengkeraman para bandit, kini mulai berbenah, memperbaiki rumah-rumah yang rusak dan merapikan jalan-jalan yang hancur.Jaka, yang merasa bangga dengan pencapaian Gema, memutuskan untuk mengajak kedua anak itu melihat-lihat desa yang sedang dalam renovasi. “Gema, Roro, ayo kita keluar. Sudah saatnya kita melihat apa yang telah kita capai bersama,” ajak Jaka dengan senyum hangat.Gema, yang masih merasa sedikit canggung dengan kekuatan barunya, mengangguk pelan. Roro, yang dari tadi tampak sangat bersemangat, langsung menarik tangan Gema. “Ayo, Gema! Kau harus m
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 29: Pamit di Bawah Sinar Bulan

Di malam harinya, desa Kembang Ilalang kembali tenang, diterangi oleh cahaya bulan yang memancar lembut dari langit yang cerah. Angin malam yang sejuk berhembus pelan, membawa serta aroma tanah yang segar dan sisa-sisa dupa yang masih membara di beberapa sudut desa. Di bawah naungan malam, Jaka, Gema, dan Roro memutuskan untuk menemui kepala desa dan para sesepuh untuk berpamitan.Jaka menyadari bahwa waktunya di desa ini sudah habis. Meskipun mereka telah membantu desa ini terbebas dari cengkeraman para bandit, dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Ada tugas yang lebih besar menanti mereka di timur, sesuai wasiat terakhir Dewi Sri Lestari. Dan dengan kekuatan yang telah mulai bangkit dalam diri Gema, Jaka merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk melanjutkan perjalanan mereka.
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 30: Pengkhianatan di Balik Senyuman

Malam semakin larut ketika Jaka, Gema, dan Roro kembali ke tempat mereka beristirahat, siap menghadapi perjalanan panjang keesokan harinya. Namun, di sisi lain desa, di dalam rumah kepala desa, suasana berbeda terjadi. Kepala desa yang tadi memberikan restunya kepada ketiga anak muda itu kini duduk dengan wajah penuh ketegangan. Di sekelilingnya, para sesepuh desa yang selama ini dianggap bijak dan berpengalaman berkumpul, namun pandangan mata mereka kini dipenuhi oleh keseriusan yang mengancam.Kepala desa, yang sebenarnya adalah seorang perwira tinggi dari Benua Barat, menatap para sesepuh dengan mata yang tajam. “Kita akhirnya menemukannya,” ucapnya dengan nada dingin yang penuh kemenangan. “Anak itu, Gema, adalah sosok yang ada dalam Ramalan Agung. Takdir kita sebagai penyusup di Benua Timur akhirnya terwujud.”
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status