All Chapters of Legenda Dewa Nusantara: Perang Dua Benua: Chapter 31 - Chapter 40

150 Chapters

Bab 31: Rencana Dibalik Kekuasaan

Di sebuah kastil megah yang berdiri di atas bukit tertinggi di Benua Barat, sebuah pertemuan penting sedang berlangsung. Kastil itu, yang dikenal dengan nama Kraton Bumi Alang-alang, adalah pusat kekuasaan di Benua Barat, tempat di mana keputusan-keputusan besar diambil dan strategi-strategi perang direncanakan. Dinding-dindingnya terbuat dari batu hitam yang kokoh, dan di dalamnya, aula besar yang dipenuhi dengan perabotan mewah menjadi saksi bisu dari banyak pertemuan rahasia.Di dalam aula tersebut, lima orang duduk mengelilingi meja besar yang terbuat dari kayu jati kuno. Masing-masing dari mereka adalah tokoh penting yang memegang kekuasaan besar di Benua Barat. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penggerak utama dari konflik yang telah berlangsung selama ribuan tahun antara Benua Barat dan Benua Timur.Di ujung meja, duduk seorang pria dengan wajah tegas dan mata yang penuh ambisi. Dialah Prabu Singasari, raja yang memerintah Benua Barat dengan tangan besi.Rambutnya yang h
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 32: Pemburu dari Kegelapan

Di bawah langit yang mendung, sekelompok pasukan elit dari Benua Barat bergerak dengan cepat melalui hutan-hutan lebat di Benua Timur.Mereka adalah prajurit pilihan, terlatih dalam seni sihir yang mematikan, dan masing-masing dari mereka membawa kekuatan yang bisa menghancurkan desa dalam hitungan detik.Pasukan ini telah menerima perintah langsung dari Prabu Singasari: tangkap Gema, hidup atau mati, sebelum dia mencapai Ibukota Kerajaan Langit Timur.Memimpin pasukan ini adalah seorang pria berwajah angker, dengan mata hitam yang dalam dan tajam seperti elang. Dialah Patih Wiradana, seorang penyihir ulung yang dikenal karena kemampuannya dalam mengendalikan sihir bayangan.Nama Patih Wiradana sudah menjadi legenda di Benua Barat, ditakuti oleh musuh-musuhnya dan dihormati oleh pasukannya. Di bawah perintahnya, tidak ada misi yang gagal, dan tidak ada musuh yang dibiarkan hidup.Pasukan itu bergerak dengan kecepatan yang mengerikan, tanpa suara da
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 33: Kepekaan yang Tumbuh

Langit masih gelap ketika Gema, Jaka, dan Roro melanjutkan perjalanan mereka di pinggir hutan. Jalanan sepi, hanya ditemani oleh suara angin yang berbisik lembut di antara pepohonan. Bayangan pepohonan yang tinggi menjulang tampak melindungi mereka dari sinar bulan yang tertutup awan. Sejauh mata memandang, jalan menuju ibukota Kerajaan Langit Timur terbentang, dan mereka tahu bahwa tujuan mereka sudah dekat.Namun, di dalam hati Gema, ada sesuatu yang tidak tenang. Setelah kenaikan mendadaknya ke tahap kedua dalam kultivasi, dia merasakan perubahan besar dalam dirinya. Tidak hanya kekuatan fisiknya yang meningkat, tetapi juga kepekaannya terhadap sekitarnya. Seolah-olah alam sendiri memberitahunya bahwa ada bahaya yang mengintai, mendekat tanpa suara.Awalnya, Gema mencoba mengabaikan firasat itu, menganggapnya sebagai perasaan gugup karena perjalanan panjang yang mereka tempuh. Namun, semakin mereka melangkah maju, semakin jelas
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 34: Pertempuran di Ambang Gerbang

Langit yang sebelumnya hanya mendung kini berubah menjadi gelap gulita, seolah-olah memprediksi kehancuran yang akan segera terjadi. Gerbang besar Ibukota Kerajaan Langit Timur sudah terlihat jelas di kejauhan, namun harapan untuk mencapainya tampak semakin tipis saat Gema, Jaka, dan Roro mendengar suara langkah-langkah yang mendekat dengan cepat dari arah belakang mereka.Tiba-tiba, tanpa peringatan, sebuah serangan sihir yang mematikan menghantam tanah di depan mereka, menciptakan ledakan besar yang mengguncang bumi di bawah kaki mereka. Gema, Jaka, dan Roro terhuyung mundur, berusaha menyeimbangkan diri dari guncangan yang tidak terduga itu.Dari dalam kegelapan, suara tawa yang dingin dan penuh kemenangan terdengar. “Akhirnya kalian terpojok,” ujar suara itu, milik Patih Wiradana, pemimpin pasukan elit Benua Barat. Dia muncul dari bayangan, diikuti oleh puluhan prajurit elitnya yang siap melancarkan serangan lebih lanjut.“Tidak ada
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 35: Bertahan di Tengah Kehancuran

Pertempuran di bawah langit yang gelap itu berubah menjadi sebuah mimpi buruk. Gema, Jaka, dan Roro berjuang mati-matian untuk bertahan dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan oleh pasukan elit Benua Barat. Sayangnya, meskipun mereka bertiga memberikan perlawanan yang luar biasa, jumlah dan kekuatan musuh yang jauh lebih besar mulai mengambil alih.Teriakan Jaka terdengar ketika sebuah mantra sihir bayangan menembus pertahanannya, menghantam tubuhnya dengan kekuatan yang cukup untuk membuatnya terhuyung mundur. "Argh!" Jaka berteriak, darah mengalir dari luka dalam di sisi tubuhnya. Dia mencoba berdiri, tetapi sihir gelap yang menjalar ke seluruh tubuhnya membuatnya lemas, kehilangan kekuatan untuk bergerak.“Jaka!” teriak Roro, namun sebelum dia bisa mendekat, sebuah ledakan sihir petir menghantam tanah di depannya, memaksa gadis muda itu untuk mundur. Tanpa sempat bereaksi lebih jauh, sebuah serangan sihir lain—sebuah cambuk
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 36: Keputusasaan di Tengah Pertempuran

Jaka terbaring di tanah, napasnya tersengal-sengal, tubuhnya dihiasi dengan luka-luka yang menganga. Rasa sakit yang menjalar melalui tubuhnya hampir tak tertahankan, namun yang lebih menyakitkan adalah rasa penyesalan yang mulai menguasai pikirannya.Dia melihat ke arah Gema dan Roro yang terjebak dalam cengkeraman musuh, dan hatinya hancur.“Kak Jaka!” teriak Roro dengan suara serak, air mata mengalir di wajahnya yang terluka. Meskipun tubuhnya terbelenggu oleh cambuk sihir, Roro berusaha menggapai Jaka, tapi kekuatannya terlalu lemah.Jaka mencoba bangkit, tangannya meraih salah satu artefak spiritual yang disembunyikan di balik pakaiannya. Artefak itu adalah sebuah cincin kuno yang diwariskan dari gurunya, dengan kemampuan untuk memanggil energi pelindung yang kuat. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Jaka merapalkan mantra yang telah dia pelajari sejak lama, berharap bisa menciptakan perisai yang cukup kuat untuk melindungi mereka
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 37: Intervensi dari Langit

Gema berjuang mati-matian untuk tetap sadar, tetapi kekuatan musuh yang mengikat tubuhnya terlalu besar. Dia bisa merasakan kekuatan di dalam dirinya berusaha melawan, tetapi semakin dia melawan, semakin erat cengkeraman sihir gelap itu. Roro, yang masih terbelenggu di dekatnya, sudah hampir pingsan karena kelelahan dan luka-luka yang dideritanya.Patih Wiradana, yang melihat bahwa perlawanan mereka sudah hampir berakhir, memberi isyarat kepada para penyihir untuk memberikan pukulan terakhir. "Selesaikan mereka," perintahnya dingin. "Kita bawa mereka ke Benua Barat sebagai tawanan. Mereka akan menjadi hadiah yang berharga bagi Prabu Singasari."Penyihir-penyihir elit mulai merapal mantra mereka, dan energi hitam mulai mengalir di udara, menyelimuti Gema dan Roro. Gema bisa merasakan dunia di sekelilingnya mulai kabur, pandangannya semakin gelap. Dia tahu bahwa jika dia tidak menemukan cara untuk melawan sekarang, semuanya akan ber
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 38: Di Hadapan Sang Guru

Waktu berlalu, dan suasana di ruang pemulihan istana Kerajaan Langit Timur terasa tenang. Cahaya matahari yang hangat menyusup melalui jendela besar, menciptakan suasana yang damai di dalam ruangan yang dikelilingi oleh batu giok yang bercahaya lembut. Di salah satu sudut ruangan, Gema masih terbaring tidak sadar di atas ranjang, wajahnya pucat tetapi napasnya sudah lebih tenang. Di sampingnya, Jaka berdiri dengan kepala tertunduk, lututnya bersentuhan dengan lantai dingin di depan gurunya, Raden Jayabaya.Raden Jayabaya, dengan jubah keemasannya yang memancarkan aura kebijaksanaan, menatap Jaka dengan penuh perhatian. Meskipun wajahnya penuh ketenangan, ada ketegangan halus yang terlihat di sudut matanya saat dia mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut muridnya."Maafkan aku, Guru," Jaka memulai, suaranya sedikit gemetar. "Aku telah gagal melindungi mereka... Gema dan Roro, mereka hampir dibawa oleh musuh. Jika bukan karena kedatangan Anda tepat w
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 39: Diskusi Dibalik Tirai

Di salah satu ruangan tertutup di Istana Kerajaan Langit Timur, Raden Jayabaya duduk dengan tenang di kursi kayu yang dihiasi ukiran-ukiran rumit. Di sekelilingnya, terdapat beberapa penasihat dan orang kepercayaan yang paling dia percayai. Mereka duduk dalam sebuah lingkaran, menjaga jarak, tetapi tetap memusatkan perhatian penuh pada sosok yang mereka panggil sebagai “Yang Mulia.”Ruang pertemuan ini bukanlah aula utama istana, melainkan ruang pribadi yang tersembunyi, tempat keputusan-keputusan penting dan rahasia dibuat. Di atas meja yang terletak di tengah ruangan, terdapat beberapa gulungan naskah kuno yang sebagian terbuka, menampilkan teks-teks berbahasa kuno dan simbol-simbol yang sulit dipahami.Dewi Sekarwangi, salah satu penasihat utama Raden Jayabaya, adalah yang pertama membuka pembicaraan. Dia adalah seorang penyihir kuat dengan pengetahuan mendalam tentang sihir kuno dan ramalan. Rambutnya yang hitam panjang tergera
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 40: Pertemuan dengan Raja

Cahaya matahari pagi yang lembut menembus jendela ruang pemulihan, menciptakan nuansa hangat di dalam ruangan. Gema mengerjapkan matanya, berusaha fokus pada langit-langit di atasnya yang terukir dengan pola-pola indah. Kepalanya masih terasa sedikit pusing, tetapi dia merasakan kehangatan yang menenangkan menyelimuti tubuhnya. Seolah-olah semua luka dan kelelahan yang dialaminya beberapa hari terakhir telah ditarik keluar dari tubuhnya.Di sebelahnya, Roro juga mulai bergerak, menggerakkan tubuhnya dengan hati-hati saat dia perlahan membuka mata. Dia merasa sedikit bingung, tidak yakin di mana dia berada. Namun, pandangannya segera tertuju pada Gema yang juga sudah sadar."Gema?" Roro berbisik, suaranya masih lemah tetapi penuh dengan kekhawatiran. "Kau... kau baik-baik saja?"Gema menoleh ke arah Roro dan tersenyum lemah. "Aku baik-baik saja, Roro. Bagaimana denganmu? Kau terluka?"Roro menggelengkan kepalanya, meskipun masih merasakan sedi
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status